Lampion Merah

Lampion Merah

1199 bookmarks
Custom sorting
Sebatang Kayu di Gerbang Selatan
Sebatang Kayu di Gerbang Selatan
Sebatang Kayu di Gerbang Selatan Adipati Xiao dari Negara Qin (Hanzi: 秦孝公, Pinyin: Qín Xiào Gōng) memiliki tekad kuat untuk memperkuat kekuatan dan menaikan kemakmuran Negara Qin. Adipati Xiao mengeluarkan perintah bahwa siapapun juga, tidak peduli asal usulnya, akan diangkat sebagai pejabat apabila dapat membuat Negara Qin menjadi makmur dan kuat.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/sebatang-kayu-di-gerbang-selatan/
·tionghoa.com·
Sebatang Kayu di Gerbang Selatan
POHON SONG 松 DAN BAI 柏
POHON SONG 松 DAN BAI 柏
POHON SONG 松 DAN BAI 柏 Salam Kebajikan,  惟德動天, Nabi bersabda, "Setelah tiba tengah musim dingin, barulah kita ketahui, pohon song (pinus) dan bai (cemara) paling akhir gugurnya." Bagaimana sikap Anda saat menghadapi situasi sulit dan semua nampak gelap, dingin, tak ada tanda-tanda 'kehidupan', semua nampak semakin beku seperti alam tiba di tengah musim dingin dan sebentar lagi memasuki puncak musim dingin? Pohon song dan bai dapat menjadi contoh ketegaran.  Pada saat semua tumbuhan yang lain meranggas, pohon song dan bai tetap tegak dan daunnya gugur belakangan. Banyak cerita orang-orang yang dapat bertahan saat semua nampak tidak berpihak padanya. Mereka mampu melalui musim dingin kehidupan yang begitu mencekam menyakitkan, memiriskan, dan memasuki musim semi kehidupan saat tunas-tunas harapan baru tumbuh hasil keteguhan iman lalu bunga upaya dan buah hasil kesabaran dan kerja keras bermunculan seiring berjalannya waktu dan upaya yang dilakukan. Apa yang memampukan orang-orang tersebut hingga seperti itu?  Harapan. Ya, harapan jawabannya. Jangan pernah putus harapan. Harapan adalah pelita yang menerangi jiwa untuk menapaki kehidupan. Naik turun kehidupan adalah keniscayaan. Dengan harapan kita selalu melihat cahaya terang di ujung kegelapan. Disabdakan, "Seorang panglima yang mengepalai tiga pasukan masih dapat ditawan. Tetapi cita seorang rakyat jelata tidak dapat dirampas." Seberapa kuat harapan seseorang berkaitan erat dengan cita-cita. Cita-cita membangkitkan harapan yang diwujudkan dalam semangat. Maka peliharalah cita-cita agar harapan tetap ada. Harapan akan membangkitkan semangat. Semangat akan memelihara cita-cita. Cita yang telah menyatu dapat menggerakkan semangat dan semangat yang telah menyatu dapat menggerakan cita. Maka peliharalah cita jangan memperkosa semangat. Itulah kunci kita bertahan seperti pohon song dan bai. Pohon song dan bai di akhir musim dingin meranggas. Sebentar saja, tak seperti pohon yang lain. Saat musim semi tiba, daunnya mulai menghijau kembali.  Begitulah siklus kehidupan. Saat kita mau menerima perubahan yang terjadi sesuai Tianli, semua yang terjadi diterima dengan tulus dan lapang, tak membuat 'penderitaan' menguasai terlalu lama.  Penderitaan tidak lagi dirasakan sebagai penderitaan tapi proses menjadi manusia yang besar, manusia yang lebih baik, manusia yang menjalankan rendao (kemanusiaannya) dalam Tiandao (Jalan Suci Tian) sesuai Tianli (Hukum Tian). Alam memberi pelajaran bagi manusia yang mau belajar dan merenung. (US) 24102021 Lunyu IX: 28, Lunyu IX ayat 26, Mengzi IIA: 2. https://www.uungsendana.com/2021/10/pohon-song-dan-bai.html
·uungsendana.com·
POHON SONG 松 DAN BAI 柏
Musim Semi dan Musim Gugur & Negara-Negara Berperang
Musim Semi dan Musim Gugur & Negara-Negara Berperang
Musim Semi dan Musim Gugur & Negara-Negara Berperang Periode Musim Semi dan Musim Gugur (Simplified: 春秋时代, Traditional: 春秋時代, Pinyin: Chūn Qiū Shí Dài) adalah sebuah periode waktu dari Dinasti Zhou dimana kekuasaan Raja-Raja Zhou semakin melemah, yang salah satunya ditandai dengan ibukota mereka di bagian barat diserang dan diduduki oleh suku Quanrong, sehingga melarikan diri ke timur dan memindahkan ibukota ke Luoyi (Chengzhou).… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/musim-semi-dan-musim-gugur-negara-negara-berperang/
·tionghoa.com·
Musim Semi dan Musim Gugur & Negara-Negara Berperang
Lima Hegemoni Periode Musim Semi dan Musim Gugur
Lima Hegemoni Periode Musim Semi dan Musim Gugur
Lima Hegemoni Periode Musim Semi dan Musim Gugur Lima Hegemoni merujuk kepada lima negara yang sangat berkuasa di Daratan Tengah pada masa Negara-Negara Berperang. Lima Hegemoni muncul akibat dari semakin melemahnya pemerintahan Dinasti Zhou Timur. Disamping lima negara besar tersebut, masih terdapat banyak negara-negara kecil lainnya, dan negara besar biasanya memimpin liga negara-negara kecil melalui persekutuan dengan balasan mendapatkan upeti dari negara kecil.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/lima-hegemoni-periode-musim-semi-dan-musim-gugur/
·tionghoa.com·
Lima Hegemoni Periode Musim Semi dan Musim Gugur
Baili Xi (百里奚)
Baili Xi (百里奚)
Baili Xi (百里奚) Baili Xi lahir selama masa Musim Semi dan Musim Gugur, sebuah periode waktu dimana terjadi kekacauan internal yang besar di Daratan Tengah. Meskipun berbakat, Baili Xi berasal dari keluarga yang sangat miskin dan tidak ada yang menyadari potensinya. Setelah mendapat banyak dorongan dari istrinya, Baili Xi meninggalkan rumah untuk berkelana dengan harapan dapat memajukan ambisi karirnya.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/baili-xi-%e7%99%be%e9%87%8c%e5%a5%9a/
·tionghoa.com·
Baili Xi (百里奚)
Asal Usul Marga Baili (百里)
Asal Usul Marga Baili (百里)
Asal Usul Marga Baili (百里) Nama marga: Baili Pinyin: Bǎilǐ Hanzi (Simplified): 百里 Hanzi (Traditional): 百里 Penulisan lain: – Baklei (Kanton) – Behli (Teochiu) – Pakli (Hakka) – Pehli (Hokkian) Nama keluarga Bǎilǐ berasal dari kerajaan Yu pada masa Musim Semi dan Musim Gugur dan Negara-Negara Berperang.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-baili-%e7%99%be%e9%87%8c/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Baili (百里)
Dàtóng shìjiè (tà túng së ciè 大同世界) dunia dalam kebersamaan agung The World in Great Harmony
Dàtóng shìjiè (tà túng së ciè 大同世界) dunia dalam kebersamaan agung The World in Great Harmony
Dàtóng shìjiè (tà túng së ciè 大同世界) ‘dunia dalam kebersamaan agung’ The World in Great Harmony Dàtóng shìjiè (tà túng së ciè 大同世界) ‘dunia dalam kebersamaan agung, Orang tidak hanya kepada orang tua sendiri hormat-menghormati sebagai orang tuanya; tidak hanya kpada anak sendiri menyanyangi sebagai anaknya. • Menyiapkan bagi orang yang tua supaya tenteram melewatkan hari tua sampai akhir hayatnya; bagi yang muda-sehat medapatkan kesempatan berkarya, dan bagi remaja mendapatkan pengasuhnya. • Kepada para janda, balu, yatim piatu, yang sebatang kara dan yang sedang sakit, semuanya mendapatkan perawatan. • Yang pria mendapatkan pekerjaaan yang tepat, yang wanita memilih rumah tepatnya untuk pulang. • Barang-barang berharga tidak dibiarkan tercampur ditanah, tetapi juga tidak untuk di simpan diri sendiri. • Maka segala upaya yang mementingkan diri sendiri di tekan dan tidak dibiarkan berkembang; perampok, pencuri, pengacau dan pengkhianat menghentikan perbuatanya. • Maka pintu keluarpun tidak perlu di tutup. Demikianlah yang dinamai kebersamaan agung. https://www.gemaku.org/538
·gemaku.org·
Dàtóng shìjiè (tà túng së ciè 大同世界) dunia dalam kebersamaan agung The World in Great Harmony
Permaisuri Xiao Menikahi Enam Kaisar Berturut-turut?
Permaisuri Xiao Menikahi Enam Kaisar Berturut-turut?
Permaisuri Xiao Menikahi Enam Kaisar Berturut-turut? Dalam sejarah Tiongkok, dinasti berubah dengan cepat, dan kaisar berubah ketika dinasti berubah, dan tentu saja istri kaisar juga akan berubah. Tetapi terdapat seorang wanita yang menikahi enam kaisar secara berurutan dalam waktu singkat benar-benar sulit ditemukan dalam sejarah, dan terdapat kisah Permaisuri Xiao yang menikahi enam kaisar berturut-turut.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/permaisuri-xiao-menikahi-enam-kaisar-berturut-turut/
·tionghoa.com·
Permaisuri Xiao Menikahi Enam Kaisar Berturut-turut?
BERSEMBAHYANG BERDOA DAN BERIKHTIAR
BERSEMBAHYANG BERDOA DAN BERIKHTIAR
BERSEMBAHYANG, BERDOA, DAN BERIKHTIAR Salam Kebajikan,  惟德動天, "Wah, bayinya belum turun ke panggul dan mulut rahim masih kaku. Anaknya besar. Nanti hari Sabtu tanggal 9 Oktober kamu PCR." Dokter menyuruh suster untuk membuat surat pengantar PCR. "PCR tuh apa, Dok?" saya sedang kurang connect sehingga menanyakan mengenai PCR. Padahal PCR adalah istilah yang sering kita dengar belakangan ini, yaitu salah satu tes COVID-19. Tes PCR merupakan salah satu persyaratan yang harus diikuti oleh ibu hamil yang akan menjalankan operasi caesar pada masa pandemi ini. "Nanti Senin tanggal 11 kalian datang lagi ke sini untuk menentukan tanggal operasi caesar, mungkin besoknya," kata dokter melanjutkan. Kami berdua saling berpandangan nanar tidak percaya. Air mata menggenang di pelupuk mata istri saya. "Saya ingin melahirkan normal, Dok," istri dengan lirih berkata. "Ya, bagaimana lagi pemeriksaan medis tidak mendukung kelahiran normal. Keyakinan pada Tuhan dan harapan harus didukung juga oleh data medis," ujar dokter mencoba menjelaskan. Suster mencoba menguatkan dengan pengalaman pribadinya. Dia dulu ingin melahirkan normal tapi akhirnya caesar karena ada masalah dalam kandungannya. Kami menatap dokter dan suster sambil berkata, "Kan masih ada Tuhan?" Suster tersenyum pasrah, "Mudah-mudahan ada mukjizat ya." Kami berdua tetap berkeyakinan anak kami akan dilahirkan normal, tidak melalui caesar. Dengan rahmat Tian, penyertaan shen, dan doa restu orang tua dan leluhur apa yang dianggap tidak mungkin akan menjadi kenyataan. Dalam hati saya mengatakan, saya dan istri masih punya waktu empat hari untuk melakukan apa yang perlu dan bisa dilakukan agar istri melahirkan normal. Sebetulnya telah lebih kurang dua minggu, sejak usia kandungan 37 minggu kami memperbanyak jalan agar bayi turun ke panggul. Nampaknya upaya kami belum membuahkan hasil hingga usia kandungan memasuki 39 minggu. Maka empat hari ke depan kami akan meneruskan aktivitas jalan kaki sambil mengajak bayi dalam kandungan untuk turun ke panggul. Setiap hari kami selalu berjalan kaki lebih dari 10 ribu langkah, bahkan 14 ribu langkah kami lahap dengan penuh semangat. Satu hal yang jadi andalan kami setelah mendengar saran dokter adalah bersembahyang dan berdoa memohon bantuan dan restu orang tua dan leluhur, penyertaan para shen dan tentu saja rahmat dan berkah Tian agar kelahiran dapat berjalan baik dan lancar dengan normal. Setiap sembahyang kami tempatkan air dalam botol dengan dibuka tutupnya, untuk nanti diminum dan disiramkan pada perut istri. Pada hari Sabtu tanggal 9 kami tidak melaksanakan PCR. Dalam pikiran saya, kami membeli waktu. Senin tanggal 11 kami akan datang. Kalau hasilnya masih mesti caesar, kami bisa mundurkan jadwal caesar beberapa hari karena kami baru tes PCR. Sambil tetap berharap ada perkembangan menuju persalinan normal. Hari Senin dilakukan pemeriksaan, ternyata leher rahim telah lunak, artinya dimungkinkan lahir normal. Dokter dan suster tersenyum semringah, kami pun merasa lega. Mukjizat telah kami dapatkan. "Nanti Kamis tanggal 14 kalian datang lagi ya buat cek up. Kita tunggu sampai tanggal 17, kalau sampai tanggal 17 belum mulas, kita lakukan induksi," ujar dokter memberi tahu kami. Pada hari Selasa malam hingga rabu pagi tanggal 13 rasa mulas semakin sering dirasakan oleh istri. Pada siang hari kami putuskan untuk konsultasi ke dokter, satu hari sebelum jadwal. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, ternyata mulut rahim sudah sangat lunak dan telah mulai pembukaan satu. "Ini sih sudah mau lahiran. Nanti kalian ke IGD kebidanan ya. Di sana lakukan cek dan monitoring kebidanan. " "Loh, kalian belum PCR ya?" dokter yang baik hati itu agak menegur kami. "Belum, Dok. PCR kan buat caesar. Kami kan tidak mau caesar," jawab istri saya sambil nyengir. Dokter hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kebandelan dan keyakinan kami. Maka pada hari itu juga dilakukan test antigen untuk memastikan kami berdua sehat. Setelah menyelesaikan administrasi, sore hari sekira Pukul 16 istri masuk ke IGD kebidanan untuk dilakukan cek up dan monitoring. Monitoring saat pembukaan di bawah tiga adalah setiap 4 jam. Setelah pembukaan tiga setiap dua jam. Begitu yang saya dengar dari bidan. Pada sekira Pukul 20 berdasarkan hasil pemeriksaan, telah memasuki pembukaan tiga. Sampai sekira mendekati tengah malam saat ketuban pecah, pembukaan tidak banyak beranjak. Kami terus berdoa dan afirmasi agar persalinan dapat berjalan lancar dan normal. Kami pun berbicara ke bayi dalam kandungan agar kompak bekerjasama dengan mama supaya proses persalinan dapat berjalan normal dan lancar. Tidak lebih dari tiga jam kemudian berdasar pemeriksaan, telah pembukaan delapan. Bidan cukup terkejut dengan perkembangan yang sangat cepat. Xie Tian Zhi En, dengan bantuan dokter dan para bidan, persalinan normal—sesuai dengan harapan dan doa—akhirnya terlaksana dengan lancar. Lahirlah seorang bayi laki-laki sehat bershio Kerbau Logam yang bersifat Yin. Ibunya pun sehat.  Tak berapa lama setelah melahirkan istri langsung berdiri dan jalan-jalan hingga membuat para bidan heran. Saya sungguh bersyukur tak banyak masalah yang terjadi selama 40 minggu kehamilan. Bagi kami saran dokter untuk caesar adalah ujian keteguhan kami. Kalau saja selama kehamilan banyak masalah, mungkin kami akan menuruti saran dokter. Pada pagi hari tanggal 14 sekira pukul 10, dokter mengatakan besok tanggal 15 istri diperbolehkan pulang. Esok harinya setelah hasil tes bilirubin bayi keluar, dan dinyatakan sehat, kami diperkenankan pulang. Bilirubin bayi 8.34 ambang batas maksimal adalah 11. Kami benar-benar bersyukur atas semua berkah ini. Sepulang dari RS, kami menyempatkan diri mampir ke rumah tempat masa kecil saya. Diiringi hujan deras kami bersembahyang mengucapkan syukur dan terima kasih atas restu para leluhur, penyertaan para shen, dan rahmat Tian. Kemarin malam tanggal 19 Oktober 2021 tali pusar bayi lepas (puput). Kami berkeyakinan semua proses persalinan yang begitu lancar tak lepas dari restu leluhur, penyertaan para shen, dan rahmat Tian. Tentu saja olahraga jalan kaki yang kami lakukan dengan intens selama hampir 3 minggu agar bayi turun ke panggul turut memperlancar. Bersembahyang, berdoa, dan berikhtiar perlu kita lakukan sebagai umat Konghucu saat menghadapi persoalan dan kesulitan apapun. Tak perlu mencari 'pertolongan' mukjizat dengan berpindah keyakinan agama. Saya tuliskan proses perjuangan dan persalinan ini agar siapapun yang menghadapi persoalan tidak mudah putus asa dan menyerah. Teruslah bersembahyang, berdoa, dan berikhtiar. Mengenai hasilnya serahkan pada Ming (firman). Bila sembahyang, doa, dan ikhtiar telah dilakukan, dan ternyata apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, tak usah pula disesali. Karena itulah hal terbaik yang harus dilakukan dan dijalani. (US) 20102021 https://www.uungsendana.com/2021/10/bersembahyang-berdoa-dan-berikhtiar.html
·uungsendana.com·
BERSEMBAHYANG BERDOA DAN BERIKHTIAR
Permaisuri Xiao (萧皇后) Dinasti Sui
Permaisuri Xiao (萧皇后) Dinasti Sui
Permaisuri Xiao (萧皇后) Dinasti Sui Permaisuri Xiao (Simplified: 萧皇后, Traditional: 蕭皇后, Pinyin: Xiāo Huánghòu), secara resmi dikenal sebagai Permaisuri Min, adalah seorang permaisuri dari Dinasti Sui. Suaminya adalah Kaisar Yang dari Sui (Hanzi: 隋炀帝, Pinyin: Suí Yáng Dì). Permaisuri Xiao terlahir dari keluarga kekaisaran Dinasti Liang Barat, sebagai putri Kaisar Ming dari Liang Barat (Simplified: 西梁明帝, Traditional: 西梁明帝.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/permaisuri-xiao-%e8%90%a7%e7%9a%87%e5%90%8e-dinasti-sui/
·tionghoa.com·
Permaisuri Xiao (萧皇后) Dinasti Sui
Selir Kesayangan Kaisar Taizong Dinasti Tang
Selir Kesayangan Kaisar Taizong Dinasti Tang
Selir Kesayangan Kaisar Taizong Dinasti Tang Walaupun terkenal dan saling menghormati dengan Permaisuri Zhangsun yang berbudi luhur dan bijaksana, Kaisar Taizong tidak kekurangan wanita cantik di haremnya. Kaisar Taizong lebih menyukai Nona Yang, yang sebenarnya adalah istri adiknya, Li Yuanji (Hanzi: 李元吉, Pinyin: Lǐ Yuánjí). Lǐ Yuánjí dibunuh oleh Li Shimin (Hanzi: 李世民, Pinyin: Lǐ Shìmín) pada insiden Gerbang Xuanwu, kejadian yang kemudian menetapkan Lǐ Shìmín sebagai Kaisar Taizong setelah membunuh dua saudara laki-lakinya dalam suatu pertempuran perebutan takhta.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/selir-kesayangan-kaisar-taizong-dinasti-tang/
·tionghoa.com·
Selir Kesayangan Kaisar Taizong Dinasti Tang
Keluarga Kekaisaran Sui dan Tang Memiliki Darah Xianbei
Keluarga Kekaisaran Sui dan Tang Memiliki Darah Xianbei
Keluarga Kekaisaran Sui dan Tang Memiliki Darah Xianbei Keluarga kekaisaran Dinasti Sui dan Dinasti Tang berkaitan dengan Jenderal Besar Zhou Utara yang bernama Dugu Xin (Simplified: 独孤信, Traditional: 獨孤信, Pinyin: Dúgū Xìn), dari etnis Xianbei. Dúgū Xìn memiliki enam anak laki-laki dan tujuh anak perempuan. Tiga anak perempuannya menjadi permaisuri.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/keluarga-kekaisaran-sui-dan-tang-memiliki-darah-xianbei/
·tionghoa.com·
Keluarga Kekaisaran Sui dan Tang Memiliki Darah Xianbei
Permaisuri Zhangsun (长孙皇后) Istri yang Berbudi Luhur
Permaisuri Zhangsun (长孙皇后) Istri yang Berbudi Luhur
Permaisuri Zhangsun (长孙皇后) – Istri yang Berbudi Luhur Permaisuri Zhangsun (Simplified: 长孙皇后, Traditional: 長孫皇后, Pinyin: Zhǎngsūn Huáng Hòu) memiliki nama gelar Permaisuri Wendeshunsheng (Simplified: 文德顺圣皇后, Traditional: 文德順聖皇后, Pinyin: Wén Dé Shùn Shèng Huáng Hòu), yang sering disingkat Permaisuri Wende (Simplified: 文德皇后, Traditional: 文德皇后, Pinyin: Wén Dé Huáng Hòu), adalah istri yang berbudi luhur dari Kaisar Taizong (Simplified: 唐太宗, Traditional: 唐太宗, Pinyin: Táng Tàizōng), Li Shimin (Hanzi: 李世民, Pinyin: Lǐ Shìmín).… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/permaisuri-zhangsun-%e9%95%bf%e5%ad%99%e7%9a%87%e5%90%8e/
·tionghoa.com·
Permaisuri Zhangsun (长孙皇后) Istri yang Berbudi Luhur
Orang-Orang Berambut Putih dari Shangyang (上阳白发人)
Orang-Orang Berambut Putih dari Shangyang (上阳白发人)
Orang-Orang Berambut Putih dari Shangyang (上阳白发人) Yang Guifei (Simplified: 杨贵妃, Traditional: 楊貴妃, Pinyin: Yáng Guìfēi), selir kesayangan Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang (Hanzi: 唐玄宗, Pinyin: Táng Xuánzōng), memiliki nama asli Yang Yuhuan (Simplified: 杨玉环, Traditional: 楊玉環, Pinyin: Yáng Yùhuán). Yang Guifei tidak mau memberikan peluang kepada wanita cantik manapun mendekati Kaizar Xuanzong.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/orang-orang-berambut-putih-dari-shangyang/
·tionghoa.com·
Orang-Orang Berambut Putih dari Shangyang (上阳白发人)
Hidup Selaras dengan Tao
Hidup Selaras dengan Tao
Hidup Selaras dengan Tao Di dalam buku Jiang Yi tertulis “Tao sudah ada di dalam kehidupan sehari-hari, yaitu berupa peraturan-peraturan atau cara-cara untuk menjadi manusia sempurna.” Ini mengandung arti bahwa kehidupan kita ini adalah Tao. Oleh karena itu, seyogyanya hidup kita selaras dengan Tao supaya hidup menjadi lebih baik. Selaras dengan Tao dapat dicapai dengan cara menerapkan kaidah-kaidah Tao, antara lainzi ran, yin yang, wu wei, he li, he qing, dan he fa. Apabila hidup sudah selaras dengan Tao, apakah hidup akan berjalan lancar, hambatan akan lenyap, dan mulus seperti jalan tol? Ternyata tidak. Lalu apa manfaatnya? Di dalam kitab suci Er Lang Shen tertulis “Matahari dan rembulan ada pasang surutnya. Meskipun ini adalah takdir, tetapi yang berbudi, yang baik hati, yang belajar Tao, yang mengerti Tao, ketika nasib malang, sialnya akan dikurangi setengah. Ketika nasib jaya rezeki ditambah empat sampai lima bagian. Sembahyanglah dengan hio sujud di atas kepala serta beramal dan berbudi cukup sudah.” Jadi sudah jelas bahwa naik turunnya kehidupan ini karena takdir, bahkan Dewa pun tidak bisa sembarangan meloloskan takdir buruk seseorang. Hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi nasib buruk atau hambatan hidup adalah sembahyang, berbuat amal kebaikan, dan berbudi baik. Bila hidup sedang berada di bawah, kita harus bisa menerima, tidak patah semangat, dan menunggu dengan tenang hingga perubahan datang. Bila nasib sedang berada di atas, kita tidak boleh sombong, melainkan tetap rendah hati. Orang Tao harus pandai menghadapi berbagai macam keadaan, termasuk kesulitan. Tao adalah jalan kebenaran yang harus kita tempuh. Jika kita mengerti dan menjalankan Tao, pastilah hidup kita akan lebih tenang karena lebih mengerti apa itu kehidupan dan bagaimana menjalaninya. Bila kita dapat menjalani hidup selaras dengan Tao, meskipun ada halangan, kita akan tetap tenang dan mencari jalan keluar. Dewa-dewi akan datang membantu dan mempermudah hidup kita. Oleh karena itu, hendaknya kejodohan kita dengan Tao tetap dipupuk dan dipelihara supaya tambah bersemi dan berkembang di sepanjang hidup kita. https://taotsm.org/hidup-selaras-dengan-tao/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=hidup-selaras-dengan-tao
·taotsm.org·
Hidup Selaras dengan Tao
Menghakimi Orang Lain
Menghakimi Orang Lain
Menghakimi Orang Lain Pernah mendengar istilah judgemental? Judgemental adalah sikap menghakimi/menilai orang lain atau sesuatu berdasarkan pendapat dan perasaan diri sendiri tanpa seratus persen memahami kondisinya. Faktanya, tidak ada siapa pun yang bisa seratus persen memahami kondisi orang lain karena kita tidak berjalan di jalan hidup mereka. Misalnya, ketika kita melihat pengemis di jalan, mungkin di pikiran kita langsung tercetus bahwa dia pengangguran dan malas bekerja, padahal kita belum mengetahui latar belakangnya sama sekali. Misalnya lagi, ketika kita melihat seorang ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya, kita langsung menghakiminya sebagai ibu yang tidak baik. Ini adalah contoh-contoh penghakiman yang negatif terhadap orang lain. Kita semua sering melakukannya tanpa sengaja, tetapi ada sebagian orang yang berlebihan dalam menghakimi orang lain atau malah secara sadar melakukannya. Biasanya orang tersebut dikatakan sebagai orang yang judgy atau tukang nge-judge. Dalam kehidupan sosial, orang-orang judgy ini sebenarnya sangat tidak disukai oleh siapa pun. Tidak ada yang suka dihakimi tanpa alasan dan dicampuri urusan kehidupannya. Namun, otak kita mungkin terprogram untuk melakukan penghakiman yang belum tentu benar. Contohnya dalam satu menit pertama kita pertama kali bertemu orang baru, di otak kita langsung muncul berbagai penilaian subjektif tentang orang itu, seperti kecerdasannya, status sosialnya, kompetensinya, dan penilaian lainnya yang menentukan apakah kita menyukai orang itu atau tidak. Dari semua kesan pertama ini, pada akhirnya berapa persen yang benar? Ini adalah salah satu contoh menghakimi orang tanpa mengetahui latar belakang aslinya. Namun, ini sebenarnya hal yang lumrah dan normal. Hal yang tidak baik adalah menghakimi orang lain secara negatif. Lain halnya dengan menghakimi secara tidak sengaja, ada orang yang suka menghakimi orang lain dengan sengaja. Ini semua berakar dari ego yang besar. Mengapa ada orang yang suka menghakimi orang lain secara negatif? Salah satu alasannya adalah karena mereka merasa superior daripada orang lain. Meninggikan diri sendiri dengan cara merendahkan orang lain. Dengan menghakimi orang lain, mereka membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka anggap lebih rendah. Selain itu, hal ini juga bisa disebabkan karena mereka tidak ingin mengakui kejelekan diri sendiri kepada orang lain atau mereka hanya tidak suka saja dengan orang yang mereka hakimi itu. Sekarang mari kita bercermin, apakah kita telah banyak menghakimi orang lain? Apakah kita sering mengucapkan, “Wah, si dia begitu, pastilah dia begini begini begini!”; “Kok kamu begitu? Pantas saja kamu begini begini begini.”; “Soalnya kamu begitu sih, harusnya begini begini begini.”; atau “Dia itu orangnya begini begini sih….” Pernahkah kita meremehkan seseorang yang berpendapat atau bercerita? Ucapan-ucapan dan sikap seperti ini sebenarnya sangat menyakiti perasaan orang lain, terutama penghakiman dalam bentuk setumpuk kritik atau saran yang tidak dibarengi dengan empati. Bagaimana caranya agar kita bisa mengurangi sikap menghakimi orang lain secara negatif? Langkah pertama adalah kita harus mengerti bahwa semua orang berasal dari latar belakang dan kondisi yang berbeda. Kita harus berusaha memahami mengapa dia bertindak/bersikap seperti itu. Langkah kedua adalah memahami diri sendiri. Mengapa kita harus menghakimi orang lain, memangnya manfaat apa yang kita dapatkan, dan yang terpenting adalah akibat apa yang bisa kita timbulkan. Lalu, kurangilah melayangkan opini pada siapa pun, kecuali benar-benar diminta, dan hati-hati berbicara! Bahkan kalimat sederhana seperti “Kamu gemukan ya, makmur ya makan terus?” adalah bentuk penghakiman yang bisa menyakiti perasaan. Meskipun kita mungkin tidak berniat seperti itu, tetapi orang lain akan merasa dihakimi. Satu poin yang tidak kalah penting adalah berhentilah untuk berusaha menyamakan atau mengubah orang lain agar sesuai dengan standar kita. Saat seseorang bercerita atau berkeluh kesah pada kita, bertanyalah dahulu apakah ia ingin mendengarkan saran dari kita atau tidak, sebelum melayangkan omongan yang tidak-tidak. Kebanyakan orang hanya ingin keluh kesahnya didengarkan dan diberikan dukungan atau motivasi saja, tidak ingin mendengarkan kritik. Bersimpatilah pada apa pun yang dijalankan/dihadapi orang lain dan hargai perjuangan/usahanya! Jangan langsung memberikan penghakiman bahwa orang itu tidak baik!. Simpan saja penghakiman itu dalam hati dan fokus pada sisi positif yang bisa kita berikan kepadanya! Memang jauh lebih mudah untuk menghakimi orang lain daripada menemukan sisi positif dari  seseorang dan memuji atau mendukungnya dengan tulus. Namun, bayangkan betapa indahnya masyarakat jika semua orang mengurangi untuk menghakimi orang lain dan saling menjaga perasaan satu sama lain! https://taotsm.org/menghakimi-orang-lain/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=menghakimi-orang-lain
·taotsm.org·
Menghakimi Orang Lain
Perubahan
Perubahan
Perubahan Di dunia ini perubahan terus terjadi tanpa henti sehingga bisa dikatakan hanya perubahan yang tidak pernah berubah. Maka dari itu, sekejap itu abadi karena perubahan yang berkesinambungan. Apa pun itu, tidak mungkin berada dalam suatu posisi dan kondisi yang sama dalam waktu lama karena dalam sekejap saja akan terjadi perubahan. Tidak mungkin seseorang bisa menyeberangi sebuah jalan dalam kondisi yang sama lebih dari satu kali. Walaupun orang tersebut menyeberang pada titik yang sama, akan ada banyak hal yang telah berubah, seperti waktu, posisi matahari, kondisi debu-debu di jalan yang terus bergerak akibat angin, posisi orang-orang di sekeliling jalan, dan sebagainya. Kaum xiudao harus bisa memahami masalah perubahan ini agar batin selalu siap menghadapi setiap perubahan. Seseorang boleh memiliki harapan yang besar atau tinggi, tetapi kala harapan tidak tercapai, janganlah merasa kecewa. Kenyataan yang biasa terjadi adalah semakin besar harapan atau keinginan, semakin besar pula kekecewaan saat harapan atau keinginan tersebut tidak tercapai. Sama halnya dengan nasib dan takdir seseorang yang tetap akan dapat berubah. Nasib dan takdir seseorang yang sudah dikatakan peramal, bukanlah harga yang tidak bisa ditawar. Seperti yang dijelaskan di atas, dunia terus berubah, termasuk nasib dan takdir manusia yang dapat berubah dari apa yang telah digariskan. Timbul pertanyaan, “Apa yang dapat mengubah nasib dan takdir seseorang?” Di dalam Thay Shang Lao Jun Zhen Jing (太上老君真 经) pada halaman 5 bait ke-2 baris ke-3 dan 4 tertulis “万事天注定, 诚善变天机 (Wan shi tian zhu ding, cheng shan bian tian ji)” artinya “Semua hal sudah ditakdirkan; hati/batin yang baik, tulus, dan jujur dapat mengubahnya menjadi lebih baik.” Dengan demikian, kaum xiudao harus tidak henti-hentinya untuk xiu atau merevisi diri, yaitu mengubah batin dan karakter menjadi lebih baik dari hari ke hari, melakukan hal-hal yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain, dan memberikan orang lain kemudahan. Inilah yang disebut memupuk amal dan jasa demi orang lain dan diri sendiri. https://taotsm.org/perubahan/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=perubahan
·taotsm.org·
Perubahan
Asal Usul Marga Xian (咸)
Asal Usul Marga Xian (咸)
Asal Usul Marga Xian (咸) Nama marga: Xian Pinyin: Xián Hanzi (Simplified): 咸 Hanzi (Traditional): 咸 Penulisan lain: – Haam (Kanton) – Ham (Hakka, Hokkian & Teochiu) Keturunan Kaisar Di Ku (帝喾) mendapatkan nama keluarga Xian (咸). Selama Dinasti Shang, Astronom Wu Xian (巫咸) mendapatkan nama keluarga Xian (咸).… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-xian-%e5%92%b8/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Xian (咸)
Asal Usul Marga Yu (俞)
Asal Usul Marga Yu (俞)
Asal Usul Marga Yu (俞) Nama marga: Yu Pinyin: Yú Hanzi (Simplified): 俞 Hanzi (Traditional): 俞 Penulisan lain: – Ju (Minnan) – Jyu (Kanton) – Lu (Minnan) – Yi (Hakka) Pada masa Dinasti Zhou, putra penguasa Negara Zheng (郑国) Adipati Wen dari Zheng (鄭文公) menciptakan nama keluarga Yu (俞).… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-yu-%e4%bf%9e/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Yu (俞)
Asal Usul Marga Yangshe (羊舌)
Asal Usul Marga Yangshe (羊舌)
Asal Usul Marga Yangshe (羊舌) Nama marga: Yangshe Pinyin: Yángshé Hanzi (Simplified): 羊舌 Hanzi (Traditional): 羊舌 Penulisan lain: – Iangsiat (Hokkian) – Iangzih (Teochiu) – Joengsit (Kanton) – Yongsat (Hakka) Marga Yangshe (羊舌) adalah keluarga bangsawan pada Negara Jin (晉国) selama periode Musim Semi dan Musim Gugur.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-yangshe-%e7%be%8a%e8%88%8c/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Yangshe (羊舌)
Asal Usul Marga Rong (荣)
Asal Usul Marga Rong (荣)
Asal Usul Marga Rong (荣) Nama marga: Rong Pinyin: Róng Hanzi (Simplified): 荣 Hanzi (Traditional): 榮 Penulisan lain: – Jiong (Hokkian) – Jung (Kanton) – Yung (Hakka) Seorang menteri senior yang mengabdi kepada Kaisar Huang Di bernama Rong Yuan. Keturunannya menggunakan Róng (荣) sebagai nama marga mereka.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-rong-%e8%8d%a3/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Rong (荣)
Asal Usul Marga Rong (容)
Asal Usul Marga Rong (容)
Asal Usul Marga Rong (容) Nama marga: Rong Pinyin: Róng Hanzi (Simplified): 容 Hanzi (Traditional): 容 Penulisan lain: – Jiong (Hokkian) – Jung (Kanton) – Yung (Hakka) Salah satunya asal usul nama marga Róng (容) adalah Rong Cheng, seorang menteri senior yang mengabdi pada Kaisar Huang Di, yang dianggap sebagai penemu kalender Tionghoa.… Baca selengkapnya https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-rong-%e5%ae%b9/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Rong (容)
Mengenal Karakter Diri Sendiri (Bagian ke-2)
Mengenal Karakter Diri Sendiri (Bagian ke-2)
Mengenal Karakter Diri Sendiri (Bagian ke-2) Baca bagian pertama di Mengenal Karakter Diri Sendiri Empat karakter dasar (temperamen) manusia terdiri dari sanguinis, melankolis, plegmatis, dan koleris. Setiap tipe karakter dasar tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apakah kita sudah menemukan bahwa diri kita cenderung termasuk tipe karakter dasar  yang mana? Pada umumnya orang hanya memiliki satu karakter dasar yang dominan atau memiliki kombinasi dari dua karakter dasar. Namun, bagi kita yang menjalankan siutao dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran dan nasihat Lie Song Hoo Shifu yang sekarang diteruskan oleh ZMR Lie Ping Sen, maka biasanya kita memiliki keunggulan dibandingkan orang lain. Keunggulan yang dimaksud adalah kita yang menjalankan siutao dapat memiliki kombinasi dari empat karakter dasar tersebut di dalam diri kita. Mengapa bisa demikian? Hal ini dikarenakan orang yang menjalani siutao selalu mengutamakan dan mengasah wu (kesadaran dan daya nalarnya yang tinggi) sehingga ia dapat mengatur hati, pikiran, ucapan, dan tindakannya agar selaras dengan setiap situasi/kondisi yang ada. Dengan wu, kita menjadi pemimpin diri sendiri yang memiliki kontrol penuh atas segala ucapan dan tindakan yang akan kita lakukan. Sebagai contoh, kita memiliki karakter tipe koleris yang kesannya terlalu apa adanya dan berbicara seenaknya sendiri tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Jika kita menjalankan siutao, maka kita menyadari bahwa kekurangan diri saya adalah berbicara seenaknya sendiri tanpa peduli pada perasaan orang lain. Lalu kita berusaha memperbaiki kekurangan tersebut dengan menambahkan karakter melankolis, yaitu lebih berhati-hati dalam berpikir, berbicara, dan bertindak. Kita juga dapat menambahkan karakter plegmatis, yaitu dengan kesadaran penuh berusaha mengontrol cara berbicara agar lebih tenang dan memperhatikan tutur kata agar dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara. Akibatnya, kita dapat mencegah timbulnya konflik, hubungan pertemanan dapat berjalan dengan baik, dan kita bisa menjadi pendengar yang baik. Sebagai pelengkap, kita juga dapat menambahkan karakter sanguinis ke dalam diri agar dapat menjadi lebih ramah kepada orang-orang di sekitar kita sehingga mereka merasa nyaman berada di dekat kita. Jika kita dapat mengombinasikan semua kelebihan yang terdapat di dalam empat karakter dasar tersebut di dalam diri, maka kita akan memiliki kualitas karakter yang lebih baik daripada orang-orang pada umumnya. Kita juga harus berhati-hati dan berusaha sadar sepenuhnya bahwa setiap karakter tersebut juga memiliki kekurangan. Jika kita dapat meminimalkan kekurangan tersebut, maka tentunya hasil yang baik akan lebih mendominasi. Sebagai contoh, seseorang dengan karakter super sanguinis memiliki sifat sangat cerewet. Cara berbicaranya seperti tanpa rem dan mendominasi pembicaraan sehingga orang lain kurang mendapatkan kesempatan untuk berbicara dan akan segera pamit meninggalkannya. Hal ini tentunya tidak baik, bukan? Jika kita bisa menyadari bahwa diri kita terlalu cerewet, maka cobalah kita belajar untuk mengontrol diri. Kita belajar untuk menambahkan karakter plegmatis ke dalam diri. Cobalah kita menahan diri dalam proses berbicara dan berilah kesempatan agar teman bicara juga dapat berbicara! Kita harus belajar untuk mengatur kapan perlu berbicara dan kapan harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Kita juga belajar untuk dapat menjadi pendengar bagi teman bicara. Belajarlah untuk jujur terhadap diri sendiri terlebih dahulu! Kenalilah karakter dasar diri kita seperti apa serta temukan kelebihan dan kekurangannya! Dengan demikian kita baru dapat memupuk karakter yang baik serta mengurangi atau memperbaiki karakter diri sendiri yang kurang baik. Tanpa melalui proses menyadari/mengenali diri kita terlebih dahulu, maka proses revisi/perbaikan diri menjadi percuma karena tidak ada hal yang dapat diperbaiki. Proses belajar ini memang tidak mudah dan instan, tetapi jika kita melakukannya terus- menerus, sedikit demi sedikit memperbaikinya, maka seiring waktu hasilnya pasti akan terasa dan terlihat secara nyata oleh teman-teman kita bahwa karakter diri kita mulai berubah menjadi lebih baik. Inilah yang menunjukkan bahwa kita sedang menjalankan proses siutao. Selamat mencoba. Kita pasti bisa… jiayou! https://ydpmti.org/mengenal-karakter-diri-sendiri-bagian-ke-2/
·ydpmti.org·
Mengenal Karakter Diri Sendiri (Bagian ke-2)
Tradisi Angpao dan Pekpao
Tradisi Angpao dan Pekpao
Tradisi Angpao dan Pekpao Dalam budaya Tionghoa, kita memberikan sesuatu kepada orang lain dalam suasana atau situasi tertentu. Di antara pemberian tersebut, ada yang dikenal sebagai angpao (amplop merah) dan pekpao (amplop putih) yang berisi sejumlah uang. Konon tradisi pemberian angpao dimulai sejak zaman dinasti Qin di Tiongkok. Awalnya pada perayaan tahun baru, para orang tua memberikan uang koin yang diikat benang merah kepada anak-anaknya sebagai simbol membagikan rezeki. Kemudian tradisi ini berkembang menjadi bingkisan ucapan selamat yang dibungkus atau diikat kain merah. Warna merah menurut kebudayaan Tionghoa adalah simbol kebahagiaan sehingga sangat banyak dipakai pada suasana yang bahagia dan penuh harapan baik. Belakangan ini, pemberian dalam bentuk barang berkurang dan diganti dengan pemberian dalam bentuk uang tunai yang dikemas dengan amplop merah (angpao) yang diberi simbol-simbol tertentu sesuai dengan situasinya. Pada perayaan tahun baru, orang Tionghoa memberikan angpao berdesain simbol shio tahun tersebut atau juga huruf Fu sebagai lambang keberuntungan. Pada situasi perkawinan umumnya orang Tionghoa memberikan angpao bersimbol huruf shuang xi (double happiness). Selain angpao, dalam budaya Tionghoa juga dikenal pekpao, yaitu pemberian uang tunai sebagai simbol belasungkawa atau turut berdukacita. Warna putih adalah simbol dukacita. Umumnya orang yang melayat pada peristiwa dukacita memberikan tanda belasungkawa kepada keluarga yang berduka, yang secara etis akan dibalas oleh keluarga yang berduka tersebut dengan memberikan seutas benang merah yang dahulu kala akan diikatkan pada salah satu kancing baju orang yang melayat. Zaman sekarang hal ini sudah jarang dilakukan dan diganti dengan pemberian kartu ucapan terima kasih yang diikat seutas benang merah atau sebutir permen atau manisan sebagai simbol rasa terima kasih dari keluarga yang berduka kepada orang yang melayat. Tradisi pemberian simbol terima kasih ini sering juga diartikan sebagai penangkal bala. Dalam budaya Tao pemberian angpao juga dimengerti sebagai suatu bentuk apresiasi dan terima kasih kepada seseorang atas partisipasi dan bantuannya dalam melaksanakan kegiatan tertentu. Budaya berterima kasih merupakan budaya Tao yang sangat positif. Angpao adalah salah satu bentuk perwujudan rasa terima kasih. Sebagai umat Tao, kita mengerti bahwa hidup kita tidak lepas dari jasa orang lain. Selain itu, kita juga membutuhkan peranan orang lain untuk menciptakan kelancaran dan kesuksesan dalam suatu kegiatan. Oleh karena itu, umat Tao harus selalu menghargai semua bantuan orang lain dengan tulus. https://ydpmti.org/tradisi-angpao-dan-pekpao/
·ydpmti.org·
Tradisi Angpao dan Pekpao
TAK SELALU BERSESUAIAN PAHAM
TAK SELALU BERSESUAIAN PAHAM
TAK SELALU BERSESUAIAN PAHAM Salam Kebajikan,  惟德動天, Nabi bersabda, "Yang dapat diajak belajar bersama, belum berarti dapat diajak bersama menempuh dao; yang dapat diajak menempuh dao, belum berarti dapat diajak bersama berteguh; dan yang dapat diajak berteguh, belum berarti dapat terus bersesuaian paham." Ws. Ir. Wastu Pragantha Zhong, Xs. Masari Saputra, dan Xs. Indarto—sekarang ketiganya telah almarhum—adalah rohaniwan yang cukup intens berhubungan dengan PAKIN Bandung pada akhir dekade 1980 dan awal dekade 1990. Beliau bertiga acap kali datang ke Bandung memenuhi undangan menjadi pembicara, dalam program pendidikan agama bagi umat pada triwulan terakhir setiap tahun menjelang tanggal 22 Desember, saat umat yang terpanggil menyatakan diri memasuki pintu gerbang kebajikan dengan menerima liyuan. Pak Zhong ketika itu sedang gencar-gencarnya mempromosikan Etika Konghucu (Confucian Ethics) yang sedang diwacanakan untuk diajarkan di sekolah dasar di Singapura, setiap datang ke Bandung Pak Zhong senantiasa membawa fotokopi buku, jurnal, atau artikel Konghucu dengan tulisan tangan beliau sebagai komentar dan catatan atas tulisan dalam buku, jurnal atau artikel tersebut.  Pak Zhong seorang arsitek, pendiri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, adalah seorang kutu buku yang sangat gandrung membeli dan membaca buku-buku Konghucu, dan berupaya menularkan ajaran Konghucu kepada setiap orang yang beliau temui. Pada awal dekade tahun 1990-an, rumah Pak Zhong di Jalan Bendungan Hilir 104 Jakarta menjadi tempat berkumpul para pemuda Konghucu di Jakarta. Dari tempat itulah peralihan generasi kepemimpinan Matakin dapat terlaksana dengan diselenggarakan Sarasehan/Munas Matakin pada tahun 1993 di gedung Enteos BRI II Jakarta. Xs. Masari Saputra memberi warna sendiri dalam pendidikan agama dengan ulasan bahasa kitab (wen yan wen). Xs. Masari selalu hadir bersama keluarga. Melalui kehadiran Xs. Masari, para pemuda diajak mendalami agama melalui pengenalan dan pendalaman huruf kitab. Dengan rendah hati Xs. Masari selalu mengatakan bahwa dia semakin giat belajar mendalami kitab-kitab Konghucu karena sering diajak 'berdebat' oleh para pemuda saat diundang ke Bandung. Agar tidak dipermalukan, maka beliau terus belajar, belajar dan belajar. Xs. Indarto adalah seorang pengusaha sukses. Beliau mendirikan pabrik elektronika di Surakarta. Pak Indarto adalah contoh pengusaha yang menjadi rohaniwan. Pembinaan diri dan kesuksesan adalah tema pokok yang sangat digemari oleh beliau. Pak Indarto selalu mendorong pemuda untuk menjadi orang sukses sesuai tuntunan Sishu Wujing khususnya Kitab Ajaran Besar (Da Xue). Beliau bertiga memberi warna dan menularkan semangat belajar dengan titik berat berbeda kepada kami. Bagi yang mau mendalami agama, beliau bertiga menjadi teman diskusi yang mengasyikkan dan memperkaya pengetahuan agama yang diajarkan oleh para senior di Bandung khususnya Suhu Chew. Ada pelajaran dan keteladanan yang bisa diikuti dalam berupaya menempuh dao. Dari sekian banyak pemuda yang ikut pendidikan agama serta diskusi-diskusi yang acap dilaksanakan secara formal dan non formal, tidak semua mau terus mendalami dan berupaya menempuh dao sesuai bimbingan agama Konghucu. Banyak alasan yang mengemuka mengapa hal ini terjadi. Salah satunya kesulitan memahami apa yang diajarkan dan didiskusikan. Tapi sebetulnya apa yang terjadi wajar-wajar saja. Seperti diungkapkan dalam ayat Lunyu IX: 30 di atas 'Yang dapat diajak belajar bersama, belum berarti dapat diajak bersama menempuh dao'. Sebagian dari para pemuda berupaya hidup dalam dao tapi seiring berjalan waktu kehidupan tidak berjalan mulus. Tantangan, cobaan dan penderitaan datang silih berganti. Kehidupan percintaan, rumah tangga dan pekerjaan ditambah persoalan lain seperti berpindah kota, lingkungan, organisasi serta hilangnya teman sepenanggungan menggoyahkan cita menempuh dao.  Memang tak mudah hidup dalam dao. Perlu cita dan semangat menggelora dalam berjuang dan belajar, tak teralihkan oleh segenap tantangan, cobaan dan penderitaan, menjadikan apa yang dipelajari sebagai landasan dan jalan keluar. Dalam Kitab Zhongyong dikatakan hidup mengikuti xing (watak sejati) itulah menempuh dao. Bimbingan untuk menempuh dao itulah agama. Sayang hal ini tak semudah dikatakan. Belajar agama seringkali terabaikan, tak menjadi prioritas dalam kehidupan. Maka tak heran 'Yang dapat diajak menempuh dao, belum berarti dapat diajak bersama berteguh'. Dalam belajar mendalami agama dan hidup menempuh dao banyak hal yang mempengaruhi. Walau ada benang merah dao dalam agama Konghucu yang dibawakan dan diteladankan oleh para Nabi dan tokoh suci Rujiao. Jenis buku yang dibaca, lingkungan, pergaulan, pengalaman hidup, pekerjaan, titik berat pembelajaran adalah beberapa hal yang mempengaruhi pemahaman ajaran agama.  Bagaimanapun agama bersifat pribadi. Pribadi unik adanya. Tak heran murid-murid Nabi mempunyai pemahaman yang tidak selalu sama dalam berbagai hal. Tentu saja kami yang terus berupaya berteguh tidak selalu bersesuaian paham dalam setiap hal.  Wajar-wajar saja karena dao itu bukan garis tapi jalan (suci) yang memberi ruang pada perbedaan, walau tentu saja ada batas jalan yang tak dapat dilanggar yang memungkinkan kita tetap mengarah pada tujuan yang sama. Jadi wajar-wajar saja 'yang dapat diajak berteguh, belum berarti dapat terus bersesuaian paham'. Ws. Pragantha Zhong, Xs. Masari, Xs. Indarto, dan suhu Chew tidak selalu bersesuaian paham, seperti Yan Yuan, Zilu, Zigong, Zi Si, Mengzi, Cheng Hao, Cheng Yi, Zhu Xi, Wang Yang Ming serta para murid dan pengikut Nabi berbagai zaman tidak selalu bersesuaian paham pula. Dalam cakupan yang lebih luas para Nabi dan tokoh suci pun tak selalu bersesuaian paham. Apa yang diajarkan para senior saat kami muda laksana bunga warna warni yang tumbuh di Taman Kebajikan nan indah. (US) 09102021 Lunyu IX: 30, Zhongyong U: 1, Mengzi VB: 1, Lunyu IX: 22. https://www.uungsendana.com/2021/10/tak-selalu-bersesuaian-paham.html
·uungsendana.com·
TAK SELALU BERSESUAIAN PAHAM
LAYAKKAH SAYA SEBAGAI UMAT KHONGHUCU?
LAYAKKAH SAYA SEBAGAI UMAT KHONGHUCU?
LAYAKKAH SAYA SEBAGAI UMAT KHONGHUCU? Salam Kebajikan,  惟德動天, Nabi bersabda, "Kebajikan tidak dibina, pelajaran tidak diperbincangkan, mendengar kebenaran tidak dapat melaksanakan dan terhadap hal-hal yang buruk tidak dapat memperbaiki; inilah yang selalu menyedihkan hatiKu." Apa yang ada di benak Anda saat membaca ayat dalam Lunyu VII: 3 di atas? Seringkali ayat yang kita baca hanya menjadi sekelebat teks yang masuk ke dalam retina mata dan tak menyentuh kedalaman hati tempat kita berpikir lebih mendalam. Hidup beragama bukanlah sekedar membaca teks Kitab Suci, tapi bagaimana kita merefleksikan diri atas ayat yang kita baca lalu melakukan introspeksi. Dengan cara demikian kita mulai mengkalibrasi kehidupan yang kita jalani apakah telah berada dan berjalan dalam dao atau tidak. Ayat akan menjadi petunjuk bagi kita dalam upaya kita memperbaiki diri, membaharui diri dan membina diri kita, yang memampukan kita merengkuh kebajikan bercahaya. Ayat di atas memberi petunjuk pada kita bahwa kebajikan perlu dibina. Kebajikan bukanlah anugerah Tuhan yang beku tetapi benih yang perlu dipupuk, disirami, disemai, dibina sehingga cahayanya menjadi gemilang bukan hanya bagi diri kita tapi juga bagi sesama manusia, makhluk, dan benda. Dalam upaya pembinaan diri kita perlu belajar. Membaca, mendengar dan memperbincangkan teks kitab suci agar pemahaman tidak keliru adalah penting. Beberapa ayat seperti misalnya ayat ini tinggal dipraktikkan. Ayat suci dalam bahasa kitab seringkali mengandung ambiguitas arti sejalan dengan perkembangan bahasa, perkembangan level pengetahuan dan perbedaan zaman saat kita hidup dan nabi mengajar. Bahasa berkembang dari masa ke masa, pengetahuan kita pun tentu seyogianya berkembang.  Mempunyai pembimbing yang kredibel dan mumpuni adalah keniscayaan dan privilege yang perlu disyukuri. Bila tak mempunyai pembimbing tetap banyaklah bertanya, berpikir dan berdiskusi. Begitulah memperbincangkan pelajaran. Kalau Anda tak bisa bahasa kitab, tak menghalangi Anda untuk belajar. Teks-teks terjemahan dan tafsir pada akhirnya akan membimbing Anda memahami kitab dan suatu ayat dengan baik. Yang tak kalah penting dan tak boleh diabaikan adalah tindakan dan aksi nyata dalam kehidupan. Bila kita tak berubah menjadi lebih baik sebagai manusia, tak berlebihan bila dikatakan kita menyia-nyiakan pengetahuan kita.  Pengetahuan agama hanya akan menjadi pengetahuan murni yang asyik untuk diotak-atik hurufnya, ditafsirkan, dibuat teori dan ditulis menjadi buku tapi tak memberi kontribusi maksimal bagi kehidupan, terutama bagi diri pribadi. Kita tetap menjadi pribadi yang terkungkung dalam empat cacat: berangan-angan kosong, mengharuskan, kukuh dan menonjolkan aku.  Dalam ayat ini, ketidakmampuan kita menangkap esensi belajar agama dan kegagalan kita melakukan tindakan dan aksi nyata dikatakan sebagai 'mendengar kebenaran tidak dapat melaksanakan dan terhadap hal-hal yang buruk tidak dapat memperbaiki'. Seberapa besar penghormatan kita pada Guru Agung Sepanjang Masa? Jangan-jangan sebetulnya penghormatan kita hanya sebatas di bibir, tak menyentuh kedalaman hati atau lebih jauh pada iman kita. Bisa jadi disadari atau tidak, kita telah 'menyedihkan' hati Beliau.  Bisa jadi kita adalah umat Ru yang Xiaoren, bukan umat Ru yang Junzi. Atau sebetulnya secara hakiki kita tidak layak menamakan diri umat Konghucu.  Yuk kita bebenah diri. (US) 07102021 https://www.uungsendana.com/2021/10/layakkah-saya-sebagai-umat-khonghucu.html
·uungsendana.com·
LAYAKKAH SAYA SEBAGAI UMAT KHONGHUCU?