Lampion Merah

Lampion Merah

1199 bookmarks
Custom sorting
RUMAH IBADAT DI KAMPUS PANCASILA
RUMAH IBADAT DI KAMPUS PANCASILA
RUMAH IBADAT DI KAMPUS PANCASILA Salam Kebajikan,  惟德動天, Hari ini kelenteng Da De Miao 大德廟 (Kelenteng Kebajikan Agung) Universitas Pancasila (UP) diresmikan bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Nabi Kongzi ke-2572. Sungguh kabar menggembirakan dan hadiah istimewa untuk umat Konghucu, khususnya bagi mahasiswa dan dosen Agama Konghucu Universitas Pancasila.  Sejak jauh hari, saya telah memberi konfirmasi kepada Sekretariat Matakin  tak dapat ikut hadir di kampus untuk menyaksikan secara langsung acara peresmian. Hanya ucapan selamat dan sukses dapat saya sampaikan. Tahun ini telah lima tahun saya mengajar Mata Kuliah Agama Konghucu di Universitas Pancasila. Selama lima tahun selalu ada mahasiswa Konghucu yang mengikuti perkuliahan agama Konghucu di semester gasal. Perkuliahan senantiasa dilaksanakan di kampus, kecuali tahun 2020 dan 2021 perkuliahan dilaksanakan secara daring karena pandemi COVID-19. Perkuliahan dilaksanakan pada hari Senin atau Kamis. Pada semester ini saya mulai menerapkan Student Centered Learning (SCL) dengan Problem Solving dan Project Based Learning menggunakan modul pembelajaran yang telah dikembangkan oleh tim penulis dari Matakin (Ws. Budi Suniarto, Ws. Mulyadi, Ws. Andi Gunawan, dan saya) bekerjasama dengan Kemendikbud. Pembelajaran dengan sistem ini menurut saya lebih mengasyikan. Mahasiswa menjadi lebih aktif dan mendorong mereka berpikir analitis sintesis tentang agama Konghucu sebagai bekal kehidupan. Saya telah mendengar mengenai rencana pembangunan rumah ibadat enam Agama di UP beberapa tahun yang lalu dari Ir. Gunady H., M.T., dosen dan sekretaris jurusan elektro di UP, seorang aktivis Konghucu yang menghubungi saya untuk mengajar di sana sebagai dosen tidak tetap menggantikan dosen sebelumnya. Proposal pembangunan rumah ibadat Konghucu mulai dibuat pada bulan Desember 2020. Bersyukur Matakin dilibatkan dalam pembangunan ini. Beberapa saat saya mulai mengajar di UP, Daoqin Gunady H. mengatakan bahwa dia meminta bantuan saya untuk mengajar di UP agar rumah ibadat agama Konghucu 'dikawal' agar 'tidak terlewat' dan dapat berdiri berdampingan dengan rumah ibadat lima agama lain. Ada-ada saja, memangnya saya bodyguard, polisi, preman, atau tentara. Hahaha ... Ternyata UP seperti namanya sangat menjunjung tinggi Pancasila dan UU sehingga tidak melewatkan Konghucu. Walau sebetulnya alangkah baiknya bila dilengkapi rumah ibadat untuk kepercayaan pada Tuhan YME agar lebih menggambarkan keBhinnekaan Indonesia. Pada tanggal 22 Desember 2020 pihak Yayasan bertemu dengan Matakin. Xs. Budi Santoso, Ws. Chandra Setiawan dan Ws. Wawan Wiratma sebagai Ketum Matakin berbagai periode hadir mewakili Matakin. Saya merasa plong mendengarnya, artinya saya tak perlu repot-repot 'berdiplomasi'. Dengan telah berdirinya rumah ibadat tersebut saya lebih 'plong' untuk undur diri sebagai dosen agama Konghucu di UP. Semoga dosen yang menggantikan saya dan mahasiswa Konghucu di UP dapat memanfaatkan rumah ibadat di sana dengan sebaik-baiknya dan semakin banyak mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Wajib Nasional Agama Konghucu di UP. Ditambah Da De Miao di UP, di Jakarta telah ada tiga altar persembahyangan Da Cheng Zhi Sheng Kongzi bagi para mahasiswa. Satu di sekretariat KBMK Universitas Tarumanagara tempat kegiatan mahasiswa Konghucu Untar dikoordinir dan Mingde dilaksanakan setiap hari Jumat. Di Binus, ada altar persembahyangan portable yang dipasang pada saat kegiatan Mingde di kelas. Semua hal di atas menunjukkan perkembangan agama Konghucu yang cukup menggembirakan di kampus-kampus Jakarta. Berbeda dengan kondisi 11 tahun yang lalu saat pertama kali saya mengajar agama Konghucu di Untar dan membina mahasiswa pra KBMK di Binus, laksana mencari oase di gurun pasir tandus, tak nampak banyak tanda kehidupan. Sebetulnya ada satu kampus lagi yang akan mendirikan rumah ibadat enam agama, yaitu Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Pada tanggal 5 Maret 2020 saya dihubungi oleh salah satu dosen agama di sana mengenai rencana pembangunan ini. Saya telah menghubungi Ketua Harian Matakin untuk menindak lanjuti. Entah sampai di mana progresnya.  Kabar terakhir yang saya dengar ditangani oleh Ketua Matakin Provinsi Jateng. Saya terakhir berkomunikasi dengan Bu Endang, dosen UGM tersebut tanggal 24 Juni 2020 untuk mengabarkan siapa yang akan bertemu dan berkomunikasi dengan bu dosen mengenai rencana pembangunan rumah ibadat agama Konghucu. Terima kasih Bu Endang atas perhatian pada Konghucu. Semoga rumah ibadat di UGM tersebut berdiri dan diresmikan penggunaannya seperti di kampus Universitas Negeri Solo (UNS) dan UP. Pengalaman saya saat mendirikan rumah ibadat di Jakabaring Palembang dengan tanpa dukungan apapun di awal dan konon menurut Pak Kakanwil Kemenag hanya ada 9 umat Konghucu di Sumatera Selatan yang tak diketahui rimbanya dan respon negatif serta penolakan dari suatu aliran keagamaan dan pak pejabat, semua hambatan dapat teratasi dengan people skill,   upaya ekstra, ngotot, dan sedikit nekad. Selamat berjuang!!. (US) 03092021 https://www.uungsendana.com/2021/10/rumah-ibadat-di-kampus-pancasila.html
·uungsendana.com·
RUMAH IBADAT DI KAMPUS PANCASILA
Mari Berbuat Amal (行善 Xíngshàn) Patungan Membeli Peti Mati untuk Memupuk Kebajikan
Mari Berbuat Amal (行善 Xíngshàn) Patungan Membeli Peti Mati untuk Memupuk Kebajikan
Mari Berbuat Amal (行善 Xíngshàn) Patungan Membeli Peti Mati untuk Memupuk Kebajikan Mari Berbuat Amal (行善 Xíngshàn) Patungan Membeli Peti Mati untuk Memupuk Kebajikan Namo Amituofo, Salam Kebajikan Foto by : https://j3tourshongkong.com/bl… Bagi masyarakat Tionghoa praktik 行善 Xíngshàn atau berbuat amal adalah sebuah tradisi yang diajarkan turun temurun dari leluhur kepada para generasi penerusnya, ini dilakukan agar mampu memupuk perbuatan moral kebajikan dan diyakini akan menjadi berkah bahkan untuk kebaikan di kehidupan yang akan datang. 行善 Xíngshàn tidak hanya dilakukan oleh keluarga yang mampu atau kaya raya saja, melainkan dilakukan juga oleh siapapun masyarakat Tionghoa yang ingin memupuk kebajikan. Bagi masyarakat Tionghoa praktik 行善 Xíngshàn atau berbuat amal ini sangat populer di mana para orang tua mengajarkan pada anak cucunya untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan, khususnya dalam berdonasi untuk bahu membahu patungan membeli peti mati bagi orang-orang yang tidak mampu agar di tengah kesedihan keluarga yang tengah berduka. Namun setidaknya kita mampu memberi sedikit penghiburan dengan mengurangi beban keluarga tersebut untuk membayar jasa peti mati dan upacara pemakaman. Foto by: https://chinesefuneralpractice… Pandemik Covid-19 menambah kesusahan banyak orang, banyak masyarakat Tionghoa kurang mampu kesulitan untuk mengusahakan mendapatkan peti mati di tengah situasi ekonomi yang juga sangat berdampak. Mari patungan membeli peti mati semampunya, bagi siapapun yang membutuhkan. Kita sama-sama donasikan sedikit rezeki kita untuk mengurangi beban saudara-saudara kita yang kurang mampu tersebut agar mengurangi kesulitan mereka dan memupuk kebajikan kita dari generasi ke generasi. Klik disini untuk donasi https://kitabisa.com/campaign/patunganmembelipetimati   https://www.gemaku.org/471
·gemaku.org·
Mari Berbuat Amal (行善 Xíngshàn) Patungan Membeli Peti Mati untuk Memupuk Kebajikan
Asal Usul Marga Zha (查)
Asal Usul Marga Zha (查)
Asal Usul Marga Zha (查) Nama marga: Zha Pinyin: Zhā Hanzi (Simplified): 查 Hanzi (Traditional): 查 Penulisan lain: – Caa (Kanton) – Cha (Hokkian) – Chee (Hokkian) – Tsa – Tso – Za (Teochiu) – Zaa (Kanton) Nama marga Zhā (查) berasal dari cabang nama marga Jiāng (姜).… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-zha-%e6%9f%a5/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Zha (查)
Asal Usul Marga Nan (南)
Asal Usul Marga Nan (南)
Asal Usul Marga Nan (南) Nama marga: Nan Pinyin: Nán Hanzi (Simplified): 南 Hanzi (Traditional): 南 Penulisan lain: – Lam (Minnan & Teochiu) – Lan – Nam (Hakka & Kanton) – Nang (Minbei, Mindong & Teochiu) Selama Dinasti Xia, terdapat keluarga Si (姒) yang mendapatkan nama keluarga Nan (南).… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-nan-%e5%8d%97/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Nan (南)
Asal Usul Marga Mi (米)
Asal Usul Marga Mi (米)
Asal Usul Marga Mi (米) Nama marga: Mi Pinyin: Mǐ Hanzi (Simplified): 米 Hanzi (Traditional): 米 Penulisan lain: – Bhi (Minnan) – Bi (Hokkian) – Mai (Kanton) – Mei Nama marga Mǐ (米) pada Seratus Nama Keluarga dicatat sebagai salah satu dari Sembilan Nama Keluarga Sogdiana.… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-mi-%e7%b1%b3/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Mi (米)
TIME IS LIFE
TIME IS LIFE
TIME IS LIFE Salam Kebajikan,  惟德動天, Seberapa sering Anda jalan tergesa-gesa? Seberapa cepat Anda berjalan? Ataukah Anda memang terbiasa berjalan cepat? Km per jam atau mil per jam adalah satuan yang biasa digunakan untuk mengukur kecepatan berjalan. Dalam matematika kecepatan sama dengan jarak dibagi waktu. Semakin jauh jarak yang Anda tempuh dalam waktu tertentu berarti semakin cepat Anda berjalan. Seberapa cepat dan seberapa tergesa-gesa Anda berjalan tergantung dari kebiasaan, janji atau acara yang telah dijadwalkan. Konon kecepatan jalan seseorang berkaitan dengan kesuksesan seseorang. Entah bagaimana kaitannya. Yang jelas beberapa orang yang saya kenal adalah pedagang besar yang sukses, jalannya cepat. Percaya atau tidak, ritme bicaranya pun cepat.   Saya pikir hal ini berkaitan dengan bekerjanya otak. Bisa jadi ada hubungannya dengan peribahasa 'time is money': waktu adalah uang. Kalau jalan berlambat-lambat artinya kesempatan mendapat uang bisa terlewat. Cukup masuk akal. Berapa lama Anda beroleh kesempatan hidup di dunia. Konon kalau Anda cukup sehat, Anda berkesempatan hidup 120 tahun. Dalam berbagai zaman, manusia (biasanya para penguasa dan bangsawankaya) terus berupaya untuk panjang umur bahkan hidup abadi. Menurut cerita, tabib yang dikirim Qin Shi Huang untuk mencari obat panjang umur memilih tidak pulang karena tidak berhasil menemukan obat tersebut. Daripada kepala dipenggal mereka lebih memilih hidup di tempat yang sekarang kita kenal sebagai Jepang. Kalau beroleh kesempatan hidup 120 tahun artinya kita mempunyai waktu hidup 63.072.000 menit. Sehari Anda punya waktu 1440 menit atau 86.400 detik. Menurut BPS rata-rata hidup orang Indonesia adalah 71.5 tahun. Kesempatan waktu yang tidak banyak diberikan pada kita untuk berbuat sesuatu. Pertanyaannya berapa bagian dari waktu yang tak banyak itu kita gunakan untuk sesuatu yang berguna bagi diri kita dan bagi sesama? Berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk berbenah diri atas kekeliruan dan kesalahan yang kita buat baik sengaja atau tidak sengaja? Berapa banyak waktu yang kita gunakan memberi dampak positif bagi kehidupan? Tak sedikit orang yang sibuk menghabiskan waktu untuk usil pada urusan orang lain, julid, menyebar gosip, membaca dan men-share konten negatif, membanding-bandingkan diri dengan orang lain atau hal lain yang tak berguna bagi kehidupan kecuali menghabiskan jatah waktu yang tak banyak. Coba hitung lagi waktu yang diberikan pada Anda. Waktu yang Anda peroleh tetap dan jauh lebih sedikit dari uang yang dapat Anda peroleh sepanjang hidup. Waktu yang diberikan pada Anda jauh lebih berharga dibanding uang. Maka lebih tepat dikatakan time is life bukan time is money. Waktu adalah kehidupan bukan uang. Ada pepatah dalam bahasa Inggris mengatakan bahwa anak mengeja waktu (TIME) sebagai cinta (LOVE). Daripada menghabiskan waktu untuk hal tak berguna kenapa tak luangkan banyak waktu untuk keluarga untuk mengekspresikan cinta? Para pengusaha sukses berjalan tergesa-gesa karena beranggapan time is money.  Seberapa 'tergesa-gesa' Anda mempersiapkan diri setelah menyadari time is life? (US) 25092021 https://www.uungsendana.com/2021/09/time-is-life.html
·uungsendana.com·
TIME IS LIFE
BERBAHAGIALAH HIDUP KITA
BERBAHAGIALAH HIDUP KITA
BERBAHAGIALAH HIDUP KITA Salam Kebajikan,  惟德動天, Berbahagialah hidupmu Karena Tuhan sertamu s'lalu Damailah di dalam kalbumu Karena kau dibimbing Nabi Janganlah takut akan rintangan Singkirkan jauhkan segala gangguan Carilah jalan terang dan nyata Hidupmu akan bahagia selamanya Lagu rohani ciptaan L.J.T. di atas yang berjudul 'Berbahagialah Hidupmu' sering terlintas dalam hati dan akhirnya dinyanyikan dalam senandung kecil. Saya nyanyikan dengan pelan karena suara saya hanya enak didengar oleh saya sendiri. Saya tidak berbakat untuk menyanyi dan kurang menguasai dasar musik.  Salah satu hal 'gila' yang saya inginkan adalah belajar menyanyi dari seorang guru menyanyi profesional. Suara yang tidak fals apalagi merdu dalam menyanyi akan mendukung seorang pembicara dan pengkhotbah dalam menyampaikan materi pembicaraan dan khotbahnya. Suara yang bagus akan membangkitkan sukma pendengar. Ada daya magis di situ.  Bagi Anda yang sedang mencari jodoh, suara yang bagus akan mengirimkan 'godaan' pada lawan jenis Anda seperti ekor merak yang sedang mengembang. Ada pelatihan khusus untuk mempunyai suara yang bagus. Kebahagiaan adalah salah satu kondisi yang diharapkan seorang manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk menggapai kebahagiaan. Ada yang menggunakan obat (bahkan narkoba), ada pula dengan cara mengikuti suatu bimbingan spiritual tertentu. Cara terbaru adalah dengan memasang chip dalam ukuran nano di salah satu bagian otak manusia agar manusia merasa bahagia dan tidak depresi. Pada dasarnya kebahagiaan bersumber dari dalam diri dan dari luar diri. Dalam bahasa inggris dibedakan antara joy (suka cita) dan happiness (kebahagiaan). Suka cita timbul dari dalam diri, tidak atau sedikit dipengaruhi oleh keadaan luar. Kebahagiaan seringkali berkenaan apa yang dialami seseorang. Tak heran kebahagiaan sering naik dan turun karena berkelindan dengan kepuasan seseorang yang berkaitan dengan keinginan yang terpenuhi. Memang tidak mudah dalam membedakan kedua istilah ini karena batas keduanya nampak samar, tidak nyata berada dalam diri manusia dan pribadi manusia itu sendiri yang dapat merasakannya. Kita sering menggeneralisasi suka cita dan kebahagiaan dalam istilah kebahagiaan. Dalam bahasa Kitab kita mengenal istilah Le Tian dan Le Dao. Bahagia dalam Tuhan dan bahagia dalam Dao. Sebetulnya yang dimaksudkan adalah suka cita dalam Tian dan suka cita dalam dao. JOY. Dengan makan nasi kasar dan tangan dilipat sebagai bantal, orang dapat merasakan kebahagiaan/suka cita di dalamnya. Saat mencapai apa yang diinginkan, memperistri atau mempersuami seseorang, membeli iPhone terbaru, baju baru, mobil baru, rumah baru seseorang merasakan kebahagiaan tapi seiring berjalan waktu kebahagiaan itu perlahan memudar karena yang baru menjadi lama, yang cantik menua, yang canggih menjadi ketinggalan. Kebahagiaan itu dipengaruhi kondisi diluar dirinya. Maka cepat lekang oleh waktu. Mengzi mengatakan 'kalau memeriksa diri ternyata penuh cheng (iman/ketulusan), sesungguhnya tiada kebahagiaan (suka cita) yang lebih besar dari ini.' Kenapa? 'Karena sesungguhnya berlaksa benda tersedia lengkap dalam diri'. Hong Fan Jiu Chou (Kitab Wahyu Pedoman Agung dengan Sembilan Pokok Bahasan) yang diturunkan pada Yu Agung, pendiri Dinasti Xia (2205 SM–1706 SM) seperti tertulis dalam Shujing poin kesembilan memberikan pedoman pada umat manusia mengenai Wu Fu (Lima Rahmat/Kebahagiaan): panjang usia memiliki ketahanan, kaya mulia, sehat jasmani rohani, senantiasa menyukai kebajikan dan menggenapi firman sampai akhir hayat. Kitab Zhongyong memberi pedoman pada umat manusia bahwa 'seseorang yang mempunyai kebajikan besar niscaya mendapat kedudukan, mendapat berkah mendapat nama mendapat panjang usia dan tentu saja mendapat firman.' Bersukacitalah dalam Tian dan bersukacitalah dalam dao maka iman kita akan tumbuh berkembang sehingga hidup dipenuhi kebahagiaan yang kokoh tak mudah condong oleh godaan dan badai kehidupan. Anda mau hidup penuh suka cita dan kebahagiaan? Saya mau. Jangan salah memilih jalan. Mulailah menelusuri kedalaman batin tempat xing (watak sejati/firman Tian) bersemayam dan di sanalah Anda akan mengenal Tian lalu jangan abai untuk berusaha dan bekerja dengan sebaik-baiknya mengenai hasilnya berserah diri pada firman.  Senantiasa ingat yin yang itulah dao.  Samar-samar terdengar senandung 'Carilah jalan terang dan nyata.. Hidupmu akan bahagia selama-lamanya.' (US) 25092021 Lunyu VII: 16, Shujing V: IV: 39, Zhong Yong XVI: 2, 5, Mengzi VIIA: 4. Mengzi VIIA: 1, Zhong Yong Bab Utama. https://www.uungsendana.com/2021/09/berbahagialah-hidup-kita.html
·uungsendana.com·
BERBAHAGIALAH HIDUP KITA
Sembilan Nama Keluarga Sogdiana
Sembilan Nama Keluarga Sogdiana
Sembilan Nama Keluarga Sogdiana Nama keluarga Sogdiana yang tinggal di Tiongkok dikaitkan dengan kota-kota Sogdiana tertentu di mana mereka atau nenek moyang mereka berasal. Sogdia atau Sogdiana, adalah sebuah peradaban Iran kuno di Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan, dan Kirgistan saat ini. Hubungan antara Sogdiana dengan Tiongkok diprakarsai oleh Zhang Qian (Simplified: 张骞, Traditional: 張騫, Pinyin: Zhāng Qiān) yang membuka Jalan Sutra selama masa Dinasti Han.… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/sembilan-nama-keluarga-sogdiana/
·tionghoa.com·
Sembilan Nama Keluarga Sogdiana
Asal Usul Marga Ou (区)
Asal Usul Marga Ou (区)
Asal Usul Marga Ou (区) Nama marga: Ou Pinyin: Ōu Hanzi (Simplified): 区 Hanzi (Traditional): 區 Penulisan lain: – Ao (Kanton) – Au (Kanton) – Auw – Oh – Ow – Ung Nama marga Ōu (区) berasal dari marga Ōu (欧). Keturunan dari Ou An (Simplified: 欧安, Traditional: 歐安, Pinyin: Ōu ān), seorang pedagang kaya dan dermawan yang menarik perhatian Kaisar Jing dari Dinasti Han (Simplified: 汉景帝, Traditional: 漢景帝, Pinyin: Hàn Jǐng Dì).… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-ou-%e5%8c%ba/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Ou (区)
Asal Usul Marga Ou (欧)
Asal Usul Marga Ou (欧)
Asal Usul Marga Ou (欧) Nama marga: Ou Pinyin: Ōu Hanzi (Simplified): 欧 Hanzi (Traditional): 歐 Penulisan lain: – Ao (Kanton) – Au (Kanton) – Auw – Oh – Ow – Ung Nama marga Ōu (欧) memiliki asal usul dari penguasa Negara Yue (越國) pada masa Negara-Negara Berperang.… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-ou-%e6%ac%a7/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Ou (欧)
MEMBENTUK TUBUH PIKIRAN DAN JIWA YANG SEHAT
MEMBENTUK TUBUH PIKIRAN DAN JIWA YANG SEHAT
MEMBENTUK TUBUH, PIKIRAN, DAN JIWA YANG SEHAT Salam Kebajikan,  惟德動天, Bagaimana sikap Anda saat pekerjaan hampir mendekati tenggat waktu? Sebagian orang menjadi panik, menangis, marah-marah, tak dapat berpikir, stress. Sebagian yang lain mencari solusi mengatasi persoalan. Yang lain lagi justru menjadi bekerja lebih efisien dan efektif. Anda termasuk yang mana? Variasi sikap ditengarai berkaitan sangat erat dengan kepribadian dan karakter yang dibentuk sejak dalam kandungan dan lingkungan keluarga tempat dia dididik dan dibesarkan. Lingkungan masyarakat dan pergaulan tentu saja turut berpengaruh. Anda beruntung bila memiliki sikap tidak mudah panik, mencari solusi serta dapat bekerja lebih efektif dan efisien. Bagi Anda yang mudah panik, menangis, marah-marah, tak dapat berpikir, stress tak usah putus asa. Anda bisa belajar dan berlatih agar lebih tenang, fokus dan tidak mudah panik. Bagaimanapun hidup ini pilihan. Anda bukanlah 'barang' jadi yang tak dapat bertumbuh, berkembang dan dibentuk. Jasmani bertumbuh dan berkembang, membesar dan menyusut, sehat dan sakit tergantung asupan yang Anda makan dan minum. Pikiran dan jiwa pun terbentuk, tumbuh dan berkembang sesuai asupan yang Anda pilih. Jingzuo akan membantu Anda mendapatkan itu. Perkuat upaya Anda menggapai kestabilan emosi dengan mendengarkan dan melantunkan lagu puja dan puji serta Jing. Biasakan pula membaca buku dan artikel pengembangan kepribadian sehingga Anda dapat mengarah pada berpikir positif. Kalau teman-teman Anda julid, tukang gosip, dan cenderung berpikir pesimis dan negatif lebih bijak bila Anda menjauhi mereka atau tidak usah bergaul intens dengan mereka. Ada saatnya jasmani akan menua. Kulit menjadi keriput, metabolisme melambat, tubuh mengecil, otak tak lagi moncer, refleks dan keseimbangan berkurang. Itu suatu yang alamiah. Seberapa tua kita akan mengalami tergantung asupan makanan dan minuman serta gerak yang kita lakukan pada saat kita menjalani kehidupan. Hal yang sama terjadi pada pikiran dan jiwa kita. Pikiran dan jiwa kita 'menua'. Tak heran Nabi mengatakan bahwa setelah usia 40 tahun orang sulit sekali berubah. Butuh upaya ekstra dan sungguh sungguh agar pikiran dan jiwa kita bertumbuh dan berkembang. Jasmani perlu diberi asupan yang baik dan gerak yang cukup agar sehat dan tak mudah diserang penyakit. Pikiran dan jiwa kita pun demikian. Intisari jiwa yang berasal dari orang tua menjadi 'aku' terbentuk sejak kita dalam kandungan membawa bibit karakter baik dan buruk. Jingzuo plus belajar dan sembahyang membantu kita untuk mengendapkan karakter buruk dan mengembangkan karakter baik sehingga jiwa/aku mampu memilih berkolaborasi dengan xing atau watak sejati dan mengerem membuncahnya nafsu. Jadilah kita memiliki jiwa yang sehat, karakter yang baik dan nafsu termasuk di dalamnya stress yang terkendali. Dengan demikian kita akan menjadi manusia yang tidak mudah panik, mencari solusi serta dapat bekerja lebih efektif dan efisien. Dalam bahasa agama kita menjadi manusia yang zhonghe (tengah harmonis). Jangan abaikan pula untuk menyeimbangkan gerak dan diam. Gerak dan diam menimbulkan keseimbangan energi. Maka berolah raga adalah pilihan bijak. Kata peribahasa mensana in corpore sano. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Dengan jiwa yang sehat mendorong kita untuk merawat tubuh warisan orang tua.  Yin yang itulah dao.  Anda mau menjalaninya? (US) 23092021 https://www.uungsendana.com/2021/09/membentuk-tubuh-pikiran-dan-jiwa-yang.html
·uungsendana.com·
MEMBENTUK TUBUH PIKIRAN DAN JIWA YANG SEHAT
Asal Usul Marga Ouyang (欧阳)
Asal Usul Marga Ouyang (欧阳)
Asal Usul Marga Ouyang (欧阳) Nama marga: Ouyang Pinyin: Ōuyáng Hanzi (Simplified): 欧阳 Hanzi (Traditional): 歐陽 Penulisan lain: – Auiang (Hokkian & Teochiu) – Auiong (Hokkian) – Aujoeng (Kanton) – Euyong (Hakka) – Oiong (Hokkian) Setelah negaranya dihancurkan oleh Negara Chu (楚國), anak Raja Wujiang (无疆) dari Negara Yue (越國) yang bernama Ti (蹄) tinggal di sisi selatan Gunung Ouyu (欧余山).… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-ouyang-%e6%ac%a7%e9%98%b3/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Ouyang (欧阳)
MENATAP BULAN
MENATAP BULAN
MENATAP BULAN Salam Kebajikan,  惟德動天, Kemarin tanggal 15-08-2572 Kongzili umat Konghucu melaksanakan sembahyang chang pada saat zhongqiu. Sajian khas persembahyangan zhongqiu adalah kue bulan atau mooncake. Saat kecil saya mengenal sebagai tiong ciu pia. Di pasar-pasar dan tempat penjualan kue kita dapat melihat berbagai variasi bentuk, rasa dan merk tiong ciu pia. Telah banyak tulisan mengenai sembahyang zhongqiu dan mooncake festival dengan berbagai legenda, mitologi, sejarah dan religiusitas di dalamnya tergantung keyakinan dan literatur penulis. Ada yang bersumber cerita rakyat dari mulut ke mulut, ada pula yang bersumber dari Kitab Suci.  Tak mudah menelusuri suatu peristiwa yang telah berlangsung ribuan tahun dan telah melalui berbagai peristiwa dan akulturasi budaya. Perjalanan peristiwa ini menyisakan berbagai tafsir para pendongeng dan penulis yang didengar dan dibaca dari generasi ke generasi melintasi batas waktu dan tempat dengan berbagai akulturasi budaya dan saling pengaruh berbagai agama. Jadilah kita memandang zhongqiu dari kacamata kita sekarang. Bisa jadi pandangan kita berbeda dengan kawan kita. Bisa jadi pandangan saya berbeda dengan Anda sebagai sesama orang Indonesia apalagi dengan kawan kita di mancanegara. Pemaknaan yang berbeda atas suatu peristiwa sadar tidak sadar mempengaruhi sikap dan tindakan kita berkaitan dengan peristiwa tersebut. Perlu kedewasaan dan saling menghormati dalam menyikapi ini. Beberapa waktu yang lalu kita membaca berita tentang suatu peristiwa religi di tepi pantai yang dibubarkan oleh suatu kelompok tertentu dengan alasan keyakinan. Peristiwa ini membuat dahi kita mengernyit karena menunjukkan ketidakdewasaan, intoleransi, dan sikap mau menang sendiri.  Apakah cuma kelompok penyerang yang punya keyakinan dan iman? Bukankah sebetulnya persembahan dalam festival tersebut menunjukkan ada keyakinan yang berbeda dari suatu kelompok masyarakat yang semestinya dihormati? Dalam peristiwa ini lagi-lagi menunjukkan pentingnya golden rule tepasalira 'jangan lakukan apa yang tidak ingin orang lain lakukan pada kita'. Tanpa sikap eling pada hukum emas tersebut akan menyebabkan perdamaian dan kebebasan hanya utopia. Hal tersebut ditunjukkan dalam sikap mau menang sendiri dan sok kuasa yang dimanifestasikan dalam tindakan kekerasan dan represi. Kalau hal ini dibiarkan terus tanpa perlindungan dan penegakan hukum bukan tidak mungkin akan menyebabkan persoalan yang semakin besar di Indonesia yang kaya dengan budaya dan keyakinan beraneka, Bhinneka Tunggal Ika berdasar Pancasila. Yuk kita mulai dari diri kita terlebih dahulu untuk bertepasalira dan bertenggang rasa. Saat zhongqiu bulan nampak bulat bersinar terang. Saat seperti ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk tepekur menelusuri kedalaman diri setelah bersembahyang pada Qian dan Kun serta leluhur. Pada peristiwa ini kita dapat menemukan rasa syukur dan terima kasih atas berkah Tian melalui bumi yang memberikan kita kehidupan. Kehidupan nampak indah beraneka saat kita mampu menggali dan mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kita diiringi asap dupa. Menikmati kue bulan dengan secangkir teh dapat terasa magis, kita rasakan satu untaian peristiwa akan memberi makna dan memperkaya kehidupan karena ada religiusitas disana.  Setidaknya bagi saya. Tak apa juga bila Anda menikmati kue bulan sambil menatap dewi bulan dan membayangkan sang dewi bulan nan cantik datang mendekat menyapa Anda, tak lagi terhalangi corona. Anda bebas melakukannya. Pastikan Anda cukup tersenyum simpul jangan tertawa terbahak-bahak. Kue bulan rasa apa yang Anda suka? (US) 22092021 https://www.uungsendana.com/2021/09/menatap-bulan.html
·uungsendana.com·
MENATAP BULAN
Asal Usul Marga Sheng (盛)
Asal Usul Marga Sheng (盛)
Asal Usul Marga Sheng (盛) Nama marga: Sheng Pinyin: Shèng Hanzi (Simplified): 盛 Hanzi (Traditional): 盛 Penulisan lain: – Seng (Hokkian & Teochiu) – Sia (Hokkian) – Sing (Kanton) – Sun (Hakka) – Zen Raja Mu dari Dinasti Zhou (Simplified: 周穆王, Traditional: 週穆王, Pinyin: Zhōu Mù Wáng) memberikan daerah Shèng (盛) kepada salah satu pengikutnya dan keturunannya menggunakan Shèng (盛) sebagai nama marga mereka.… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-sheng-%e7%9b%9b/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Sheng (盛)
Lu Ban (鲁班) Perajin Paling Terkenal Dalam Sejarah
Lu Ban (鲁班) Perajin Paling Terkenal Dalam Sejarah
Lu Ban (鲁班) – Perajin Paling Terkenal Dalam Sejarah Lu Ban (Simplified: 鲁班, Tradisional: 魯班, Pinyin: Lǔ Bān) adalah seorang tukang kayu, insinyur, filsuf, penemu, ahli militer, dan negarawan yang berasal dari Negara Lu (鲁国). Lǔ Bān dilahirkan dalam keluarga terkenal selama Periode Musim Semi dan Gugur, masa ketika Tiongkok sedang dalam masa susah akibat kekacauan perang sipil antar kerajaan.… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/lu-ban-%e9%b2%81%e7%8f%ad/
·tionghoa.com·
Lu Ban (鲁班) Perajin Paling Terkenal Dalam Sejarah
SISWA SEBAGAI PUSAT PEMBELAJARAN
SISWA SEBAGAI PUSAT PEMBELAJARAN
SISWA SEBAGAI PUSAT PEMBELAJARAN Salam Kebajikan,  惟德動天, Beberapa tahun terakhir ini di Indonesia sedang diupayakan pendidikan dengan siswa sebagai pusat pembelajaran (Student Center Learning) menggantikan pendidikan dengan guru sebagai pusat pembelajaran. Pada praktiknya perubahan ini tidaklah semudah diucapkan. Bertahun-tahun berlalu, pembelajaran di banyak mata pelajaran masih saja guru sebagai pusat pembelajaran. Guru-guru tidak siap, murid-murid tidak siap, buku-buku penunjang pun tidak siap. Hal utama yang menjadi tujuan pembelajaran SCL adalah bangkitnya kehausan siswa akan pengetahuan sehingga dia terus merasa tertantang untuk mencari dan menggali sumber pengetahuan, bukan dicekoki oleh guru. Guru menjadi fasilitator. Sebagai fasilitator tentu saja guru bukan membiarkan siswa tidak terarah dalam pembelajaran dan tidak menguasai materi. Guru perlu mampu menjadi pemicu gairah siswa untuk belajar, mencari, menganalisa, mensintesis, berdiskusi. Bila masih ada yang belum tepat, guru perlu mengarahkan agar siswa kembali mencari sumber yang tepat sesuai tujuan dan capaian pembelajaran. Pembelajaran SCL tidak sekali-kali menjadikan guru membiarkan siswa belajar sendiri tanpa arah yang jelas. Bagi umat Konghucu, proses pembelajaran seperti ini sebetulnya telah diteladankan dalam Kitab Suci. Kita dapat membaca dalam teks Kitab Suci, Nabi berdiskusi dengan murid-muridnya dan mendorong para murid menggali potensi diri dan menggali pengetahuan serta pengertian bukan sekedar berceramah mengajari.  Dalam proses pembelajaran ini Nabi memberi keteladanan sikap dan kesempatan seluas-luasnya pada para murid untuk mengemukakan pendapat dan berbeda pendapat untuk kemudian mengarahkan pada inti hakikat pengetahuan. Para murid tidak perlu berpendapat sama. Kita bisa membaca dalam teks Kitab Suci, Nabi memberikan jawaban berbeda pada murid yang satu dengan lainnya, misalnya dalam menjawab tentang Cinta kasih atau kesusilaan. Kita bisa melihat para murid pun dimungkinkan mempunyai pandangan sendiri. Menjadi seorang guru yang mampu memberi keteladanan sikap dan semangat serta memberi kesempatan seluas-luasnya pada siswa sambil terus mengarahkan pembelajaran agar tidak menyimpang dari tujuan dan capaian pembelajaran tidaklah semudah kelihatannya. Perlu kesabaran, kerendahan hati dan kemampuan untuk menghargai disamping tentu saja ilmu yang mencukupi agar pembelajaran dapat berada pada arah yang tepat. Pendidikan yang baik menimbulkan keharmonisan, memberik Liji XVI, Xue Ji I: 13 memberi gambaran pendidikan yang baik yaitu menimbulkan keharmonisan, memberi kemudahan, dan menjadikan orang berpikir. Dalam proses pembelajaran dibuka seluas-luasnya bagi siswa untuk melakukan kekeliruan. Dengan kekeliruan justru siswa akan banyak belajar. Kekeliruan itu manusiawi. Seorang guru perlu mendorong siswa mempunyai mindset tumbuh. Dengan mindset tumbuh siswa akan menjadi orang yang tangguh dan tidak mudah jatuh terkapar karena kekeliruan. Bila mengalami kekeliruan yang berujung kegagalan siswa justru banyak belajar sehingga bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik.  Setelah mengalami kegagalan dan melakukan kekeliruan, siswa dengan mindset tumbuh tidak serta merta mencari kambing hitam dan pembenaran diri atas kekeliruan dan kegagalannya namun merasa gembira karena memperoleh pengalaman berharga dan kemudian berproses menjadi lebih baik.  Proses tidak kalah pentingnya dengan hasil. Hasil yang lebih baik tidak terlepas dari proses. Ada keasyikan sendiri dalam menjalani proses. Tak heran bila kita membaca teks-teks Kitab Suci dan catatan sejarah, upaya pembaharuan dan pembinaan diri menjadi pusat ajaran Konghucu. Memang pada dasarnya umat Konghucu berpusat pada proses menjadi seorang junzi. Agama Konghucu tidak terlalu membahas apa yang akan dicapai tapi mengapa dan bagaimana menjadi orang yang paripurna.  Keparipurnaan seseorang pada dasarnya berada pada semangat dan proses menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, pada semangat dan proses pembaharuan dan pembinaan diri: spirit seorang junzi. Tak heran seorang junzi selalu menuju ke atas, menjadi lebih baik dari hari ke hari bukan beku dalam satu tahapan atau menjadi lebih buruk menuju ke bawah seperti seorang xiao ren atau endah budi. Carol S. Dweck dalam buku best seller 'Mindset' berulang-ulang mengatakan bahwa seorang dengan mindset tumbuh berbeda dengan seorang dengan mindset tetap. Seorang dengan mindset tumbuh terus bertumbuh menjadi lebih baik kendati mengalami kegagalan dan kepahitan dalam hidup dan karirnya. Seorang dengan mindset tetap seringkali terjatuh dan tak mampu bangkit memenuhi potensi dirinya, karena bagi dia kekalahan dan kegagalan adalah aib dan kelemahan diri tak termaafkan, yang disebabkan oleh orang lain atau penyebab lain yang tak bisa diperbaiki, karena upaya perbaikan tak perlu dilakukan oleh seorang genius atau seorang dengan bakat alami tertentu. Tak mudah mendidik murid menjadi seorang dengan mindset tumbuh karena kita sendiri pun seringkali tanpa sadar bermindset tetap karena pendidikan yang kita terima selama ini baik di rumah, di sekolah maupun dalam masyarakat. Perlu upaya ekstra agar Student Center Learning dapat berjalan dengan baik. (US) 21092021 https://www.uungsendana.com/2021/09/siswa-sebagai-pusat-pembelajaran.html
·uungsendana.com·
SISWA SEBAGAI PUSAT PEMBELAJARAN
PURIFIKASI PESAN
PURIFIKASI PESAN
PURIFIKASI PESAN Salam Kebajikan,  惟德動天, Apakah Anda pernah melakukan permainan mengirim pesan? Mudah-mudahan sudah. Permainannya sederhana. Anda membisikkan satu kalimat tertentu lalu pesan tersebut dibisikkan ke orang berikut terus berurutan hingga orang terakhir. Orang terakhir lalu diminta menyebutkan dengan lantang pesan yang dia dengar. Bagaimana hasilnya? Kalau Anda pernah melakukan permainan ini, hampir dapat dipastikan pesan yang diucapkan oleh orang terakhir menyimpang dari pesan pertama yang dibisikkan. Salah satu upaya purifikasi atau pemurnian pesan adalah dengan merekam pesan dan rekaman pesan disampaikan pada semua anggota kelompok bukan dengan berjenjang. Dengan cara ini distorsi pesan diminimalisir. Kesalahan dalam menerima dan menerjemahkan pesan seringkali menimbulkan persoalan. Dalam sejarah dunia kesalahan ini menimbulkan dampak besar dan membelokkan jalan sejarah. Kemampuan secara tepat menerjemahkan pesan morse yang dikirimkan pihak Jerman menyebabkan kekalahan Jerman. Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai bahasa lebih kompleks dibandingkan binatang. Manusia pula yang mampu menerjemahkan bahasa lisan melalui huruf menjadi bahasa tulisan. Bahasa merupakan penyebab utama manusia menjadi yang terunggul dibandingkan makhluk hidup lain. Dengan bahasa manusia menjadi terhubung relatif tanpa batas. Teknologi internet semakin mengakselerasi keterhubungan manusia. Berkomunikasi dengan bahasa lisan dan bahasa tertulis tidaklah sama. Bahasa tertulis tidak mampu menerjemahkan emosi dengan tepat. Mimik muka, gerakan tangan, sentuhan, tangisan, tawa dan bahasa tubuh lainnya mengungkapkan emosi manusia yang dapat dilihat dan dirasakan oleh lawan bicara. Huruf yang dirangkai dalam kata dan kalimat serta emoticon hanya mampu menerjemahkan sebagian perasaan dalam pesan yang disampaikan. Kita sudah tahu perbedaan berkomunikasi langsung dan melalui perantara, kita tahu pula beda bahasa tulisan dan bahasa lisan. Di situ ada distorsi informasi dan perasaan. Maka berhati-hatilah dalam menerima dan meneruskan pesan apalagi bila bukan dari sumber asli, perlu diresapi, dicek dan ricek, saring sebelum sharing agar tidak timbul masalah yang dampaknya bisa dahsyat. Terhadap pesan yang disampaikan dari orang yang Anda kenal perlu cek dan ricek apalagi pesan dari sumber tak jelas karena bisa saja merupakan HOAX yang dibuat secara sengaja untuk memancing diair keruh. Meneruskan pesan yang salah ada konsekuensinya loh. Pada era Perang Dunia II seorang jendral yang sangat sukses melakukan cek dan ricek pada prajuritnya yang paling bodoh untuk memastikan pesan yang dia sampaikan diterima dengan tepat karena pesannya akan sangat menentukan apakah strategi dan taktiknya dapat diimplementasikan dengan baik sehingga akan menentukan kemenangan dan kekalahan. Teknologi informasi memungkinkan adanya purifikasi informasi, tapi teknologi informasi jangan justru memisahkan hubungan antar manusia menjadi sekedar serangkaian pesan melalui deretan huruf menjadi kata dan kalimat. Kemanusiaan tak sekedar huruf dan angka. Bijaklah memilih dan memilah. Ada pesan 'tanpa perasaan' dan ada pesan 'dengan perasaan'. Jangan coba-coba berkomunikasi dengan pasangan Anda hanya melalui line, WA, IG, FB dan lainnya. Anda perlu menjalin hubungan yang lebih intens dengan bergandeng tangan, menonton, tertawa, bertengkar, menangis, makan bakso bareng, atau menatap mata pasangan Anda sambil mengatakan kamu luar biasa 'I love you'.  Hati-hati jangan sampai mimik Anda ragu atau sedang berbohong apalagi sambil tersenyum sinis.  Kalau sampai terjadi, tanggung sendiri akibatnya. (US) 20092021 https://www.uungsendana.com/2021/09/purifikasi-pesan.html
·uungsendana.com·
PURIFIKASI PESAN
Asal Usul Marga Qin (覃)
Asal Usul Marga Qin (覃)
Asal Usul Marga Qin (覃) Nama marga: Qin Pinyin: Qín Hanzi (Simplified): 覃 Hanzi (Traditional): 覃 Penulisan lain: – Cam (Kanton) Tangya Tusi (Hanzi: 唐崖土司城址, Pinyin: Tángyá Tǔsī ChéngZhǐ) adalah ibu kota bersejarah klan Qin Tusi (Hanzi: 覃氏土司, Pinyin: Tán Shì Tǔ Sī) dari Tangya, klan Qin adalah penguasa Tangya Tusi dan secara turun-temurun memerintah.… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/asal-usul-marga-qin-%e8%a6%83/
·tionghoa.com·
Asal Usul Marga Qin (覃)
Jiwa Seorang Huang Yi
Jiwa Seorang Huang Yi
Jiwa Seorang Huang Yi Jiwa seorang huang yi ada empat, yaitu (1) di atas sebagai pemimpin, (2) di bawah sebagai pelayan, (3) di depan sebagai penggerak, dan (4) di belakang sebagai pendorong. Artinya, di setiap posisi dan kondisi seorang huang yi selalu memiliki peran di dalam shimen. Empat jiwa seorang huang yi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Di atas sebagai pemimpin Huang yi adalah calon pemimpin TSM. Saat dipercaya, diberi tugas, dan dibutuhkan sebagai pemimpin, seorang huang yi harus memiliki sikap dan perilaku berikut. Mau memikul tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan sepenuh hati  Mau memajukan TSM dan taoyu di daerahnya Bisa menjadi teladan Memiliki kontribusi dan pengabdian yang tinggi Memiliki jiwa pemimpin yang mengayomi, melayani, mengarahkan, dan membawa anggotanya maju bersama 2. Di bawah sebagai pelayan Walaupun tidak menjadi pemimpin atau pengurus TSM, seorang huang yi harus memiliki sikap dan perilaku berikut. Mau melayani umat Aktif dan mendukung TSM dengan sepenuh hati Tidak mengeluh dan menuntut, tetapi berusaha berbuat dan memberikan sumbangsih untuk kemajuan taoyu dan TSM 3. Di depan sebagai penggerak Saat berada di depan, seorang huang yi harus memiliki sikap dan perilaku berikut. Menjadi roda penggerak TSM Menggerakkan taoyu untuk aktif dan maju Memiliki inisiatif dan ide untuk memajukan Tao Memikirkan agar kegiatan Tao TSM terus berjalan dan berkembang 4. Di belakang sebagai pendorong Saat berada di belakang, seorang huang yi harus memiliki sikap dan perilaku berikut. Memberi semangat dan mendorong taoyu-taoyu untuk maju  Semangatnya tidak boleh kendor Memberi motivasi dan dukungan, baik moral maupun materiel Mempunyai prinsip “jika taoyu maju, saya pun ikut maju” Mengabdi pada shimen merupakan kerja sosial tanpa pamrih, tidak digaji, dan tidak mencari keuntungan pribadi. Huang yi seharusnya bekerja bukan karena diperintah, tetapi atas kesadaran sendiri. Jangan karena tidak menjadi pemimpin atau pengurus, kemudian cuek atau masa bodoh, bahkan menghambat kemajuan taoyu dan perkembangan Tao TSM! Tujuan utama xiu Dao bukan untuk mendapat huang yi, tetapi xiu xin yang xing, yaitu merevisi diri menjadi lebih baik. Menjadi huang yi bukan semata-mata untuk mendapatkan fashu, apalagi minta dihormati atau dilayani, tetapi untuk memajukan diri dan melayani. Menjadi huang yi bukan lagi bicara saya dapat apa atau saya berbuat untuk siapa, tetapi apa yang bisa saya perbuat dan berikan untuk TSM.  Menjadi huang yi juga harus bisa menjaga nama baik huang yi sendiri dan korps huang yi-nya. Jangan sampai direndahkan orang lain, apalagi karena kelakuan dirinya sendiri! Huang yi harus bangga terhadap perguruan TSM dan huang yi-nya, baru bisa menjunjung tinggi Tao TSM serta berbuat banyak untuk TSM dengan sepenuh hati. Huang yi adalah kader TSM yang bisa diandalkan dan sarana untuk xiu Dao yang lebih baik. Menjadi huang yi harus bisa menghargai anugerah huang yi yang diterimanya, baru bisa menjaganya. Menjadi huang yi tidak hanya harus memegang teguh keyakinan Tao-nya, tetapi juga mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan Tao dan taoyu sampai akhir hayat.  https://taotsm.org/jiwa-seorang-huang-yi/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=jiwa-seorang-huang-yi
·taotsm.org·
Jiwa Seorang Huang Yi
Xiao Yao Zi Ran Zi Ran Xiao Yao (逍遥自然 自然逍遥)
Xiao Yao Zi Ran Zi Ran Xiao Yao (逍遥自然 自然逍遥)
Xiao Yao Zi Ran, Zi Ran Xiao Yao (逍遥自然, 自然逍遥) Semua makhluk hidup di dunia ini hidup bebas (xiao yao) dalam kealamiahannya sendiri. Kealamiahan ini ada dan membatasi, tetapi tidak ada yang sadar ataupun terganggu oleh sesuatu yang alamiah (zi ran). Contohnya ikan yang hidup di air tidak sadar akan adanya air. Ikan tidak dapat hidup di luar air, tetapi ikan tidak merasa terganggu akan keterbatasan tersebut karena habitat ikan adalah di air. Jika dibayangkan dalam kehidupan manusia, sebenarnya manusia hidup di dalam lingkungan yang memiliki aturan-aturan yang membatasi. Manusia harus menaati berbagai aturan, norma, adat istiadat setempat, serta hukum negara. Aturan-aturan ini bertujuan mengatur hubungan manusia dengan manusia lain. Baik aturan tertulis maupun tidak tertulis, setiap manusia wajib mematuhinya tanpa merasa terkekang/terbebani. Inilah yang disebut zi ran xiao yao, yaitu di dalam batasan kealamiahan merasa bebas tanpa beban. Ketika kita sudah xiao yao dalam kondisi kealamiahan (zi ran) lingkungan kita, maka saat itu juga secara alamiah (zi ran) kita menjadi bebas tanpa beban (xiao yao). Inilah bagian yang luar biasa dari Tao; ada, tetapi tidak terlihat, tidak terasa, dan seolah tidak ada, tetapi Tao adalah kebenaran dalam kehidupan sehari-hari yang sudah terletak di dalam peraturan-peraturan atau cara-cara untuk menjadi manusia yang sempurna. Orang benar tidak takut akan kebenaran. Hanya orang-orang yang memiliki hati jahatlah yang takut akan kebenaran. Dalam agama Tao tidak ada larangan ataupun aturan khusus bagi umatnya, tidak juga menjanjikan surga dan neraka, tetapi umat Tao selalu menitikberatkan pada kesadaran (wu) dan hati nurani. Syarat yang harus terpenuhi dalam segala kondisi adalah he qing, he li, dan he fa. Walaupun Tao itu dinamis, tetapi nilai dan hakikat kebenaran tidak akan berubah dari waktu ke waktu. Orang yang xiu dao terus merevisi dirinya ke arah yang baik dan menjadikannya kebiasaan yang alamiah. Proses tersebut tentunya memerlukan waktu dan tahap yang berkelanjutan. Oleh karena itu, orang yang xiu dao selalu berjalan di jalan kebenaran, tetapi tidak terkekang oleh kebenaran itu sendiri. Orang yang xiu dao menjadi manusia yang xiao yao dalam zi ran dan otomatis menjadi zi ran xiao yao. https://taotsm.org/xiao-yao-zi-ran-zi-ran-xiao-yao-%e9%80%8d%e9%81%a5%e8%87%aa%e7%84%b6-%e8%87%aa%e7%84%b6%e9%80%8d%e9%81%a5/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=xiao-yao-zi-ran-zi-ran-xiao-yao-%25e9%2580%258d%25e9%2581%25a5%25e8%2587%25aa%25e7%2584%25b6-%25e8%2587%25aa%25e7%2584%25b6%25e9%2580%258d%25e9%2581%25a5
·taotsm.org·
Xiao Yao Zi Ran Zi Ran Xiao Yao (逍遥自然 自然逍遥)
Hakikat Hidup Orang Tao
Hakikat Hidup Orang Tao
Hakikat Hidup Orang Tao Sejak dilahirkan ke dunia, manusia membutuhkan makanan, pakaian, dan tempat berlindung. Seiring bertambahnya usia, kebutuhan manusia terus bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia bekerja sama, membentuk kelompok, dan tinggal bersama-sama. Setelah banyak manusia tinggal bersama di suatu tempat, dibutuhkan aturan untuk mengatur kehidupan manusia. Maka dari itu, dibentuklah norma, peraturan, atau hukum yang berlaku di daerah tersebut. Kita sebagai orang Tao, terutama murid TSM Xiao Yao Pai, meyakini bahwa menjalani kehidupan harus mengikuti adat, norma, dan hukum yang berlaku. Kita juga meyakini bahwa hidup dijalani dengan bekerja keras, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta membangun sebuah keluarga dan berketurunan. Walaupun banyak orang Tao yang memilih untuk meninggalkan semua itu dan hidup di dalam hutan, kita tetap meyakini bahwa hakikat hidup orang Tao adalah menjalani kehidupan yang normal, sebagaimana layaknya seorang manusia. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa di dalam TSM Xiao Yao Pai kita diajarkan untuk hidup sebagai manusia biasa, tetap mencari uang, membentuk keluarga, dan mempunyai keturunan? Mengapa kita tidak diajarkan untuk meninggalkan hal-hal duniawi dan hidup di dalam gua atau hutan? Jawabannya terletak pada tujuan kita belajar Tao. Kita mempelajari Tao dengan harapan memutus mata rantai reinkarnasi dan mencapai level kedewaan. Bagaimana kita bisa mencapai level kedewaan? Tentu saja dengan membuktikan kualitas diri kita sebagai seorang manusia. Apakah dengan mengurung diri di dalam hutan kita bisa menunjukkan kualitas diri kita sebagai seorang manusia? Tentu saja tidak. Dengan bekerja keras mencari nafkah, kita diberi kesempatan untuk menunjukkan bahwa kita tidak terbelenggu oleh nama, jabatan, dan harta. Jerih payah kita dalam mencari uang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan sisanya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang kita cintai. Bahkan, kerja keras kita lebih ditujukan kepada orang-orang yang membutuhkan dibandingkan dengan kebutuhan atau kepentingan diri kita sendiri. Dengan membangun sebuah keluarga dan mempunyai keturunan, kita diberi kesempatan untuk menunjukkan bahwa kita mampu meredam ego dan keinginan diri sendiri dengan mendahulukan kepentingan pasangan hidup dan anak-anak kita. Kita diberikan tanggung jawab dan kewajiban untuk mendidik dan membimbing anak kita agar menjadi manusia yang berkarakter baik. Hubungan orang tua dan anak berlanjut seumur hidup dan tidak dapat diputuskan oleh hal apa pun. Tanpa mengalami sendiri fase kehidupan ini, kita tidak akan mengerti bagaimana orang tua kita mampu merelakan kebahagiaan, bahkan kehidupannya demi kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Dalam setiap aspek kehidupan manusia, kita diberikan kesempatan untuk menunjukkan kualitas kita dan kesempatan untuk terus merevisi dan mengembangkan diri kita. Inilah mengapa TSM Xiao Yao Pai mengajarkan kita untuk hidup sebagai manusia yang normal dan tidak melarikan diri ke gunung demi mencapai kedewaan. Lantas apakah menjadi seorang manusia yang berkualitas tinggi saja cukup? Tentu saja tidak. Maka dari itu, kita diwariskan ilmu Tao Ying Suk oleh Yang Mulia Shifu kita, sehingga kita mampu melatih dan menguatkan fisik, mental, dan sukma kita. Hanya dengan berhasil menjadi seorang manusia yang berkualitas dan berhasil mendalami ilmu Tao Ying Suk inilah, seseorang dapat mencapai level kedewaan dan memutus mata rantai reinkarnasi. https://taotsm.org/hakikat-hidup-orang-tao/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=hakikat-hidup-orang-tao
·taotsm.org·
Hakikat Hidup Orang Tao
Sembahyang ala Agama Tao
Sembahyang ala Agama Tao
Sembahyang ala Agama Tao Sembahyang adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan. Istilah sembahyang berasal dari kata sembah dan yang (hyang), yang artinya menyembah/memuja Tuhan atau Dewa-dewi.  Umumnya setiap tahun umat Tionghoa melakukan sembahyang tahun baru Imlek, sembahyang  ce it dan  cap go, serta sembahyang cengbeng. Tradisi cengbeng ini dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk memberikan penghormatan kepada para leluhur. Makna simbolik dari sembahyang leluhur adalah mengingatkan kita pada sebuah pepatah Tionghoa yang berbunyi “minum air harus ingat sumbernya”. Pepatah tersebut artinya manusia harus bersyukur atas kehidupan yang dijalani sekarang dengan mengingat dan menghormati para leluhur karena kita tidak  akan lahir di dunia ini jika bukan karena orang tua dan para leluhur.  Apa perbedaan antara sembahyang dan doa? Ada yang menganggap sembahyang itu berbeda dengan doa. Sebetulnya doa bersifat lebih spontan dan pribadi, tidak bersifat ritual. Sembahyang dan doa kedua-duanya merupakan bentuk komunikasi antara manusia dan Tuhan, Dewa, atau leluhur. Mengapa bersembahyang? Manusia umumnya selalu bersembahyang/berdoa untuk meminta perlindungan Tuhan atau Dewa-dewi karena manusia hanya mengerti dan mengetahui keadaan sekarang, sementara masa yang akan datang sedikit pun tidak tahu. Jika menemui kesukaran, selalu timbul pikiran untuk sembahyang/berdoa. Orang-orang yang kurang mampu ingin mengubah nasib mereka, yang kaya ingin lebih kaya, yang sakit ingin cepat sembuh, maka semua bersembahyang/berdoa. Tujuan bersembahyang/berdoa ialah memohon perlindungan Dewa-dewi, rezeki, kesehatan, keselamatan, dan sebagainya. Cara bersembahyang secara agama Tao, yaitu di hadapan Dewa-dewi berdiri tegak atau bersujud dengan sebatang hio di atas kepala, lalu berdoa; sesudah menaruh hio, pai/sungkem sejenak. Selain berdoa/bersembahyang kepada Mahadewa Thay Shang Lao Jun untuk memohon rezeki dan keselamatan, umat Tao Thay Shang Men mempunyai kekhususan tambahan berikut. Belajar bagaimana memelihara dan memperkuat kesehatan agar jasmani dan rohani dalam keadaan prima, serta melakukan latihan-latihan untuk memperlambat proses penuaan dan mencapai umur panjang melalui ilmu Tao Ying Suk. Selalu hidup dalam optimisme. “Biarpun urusan dunia membingungkan manusia, asal  bersembahyang kepada Mahadewa Thay Shang Lao Jun, maka akan tenteram sehari-hari” artinya biarpun urusan-urusan mengecewakan kita, asal kita belajar TAO dan di  rumah kita bersembahyang kepada Mahadewa Thay Shang Lao Jun, maka kita akan tenteram dalam menjalankan atau melewati hari demi hari. Hidup manusia bagaikan sekuntum bunga Jalanan penuh rintangan, penuh sengsara Siapakah yang dapat memberi rezeki Kecuali Maha Tao Mahadewa. https://taotsm.org/sembahyang-ala-agama-tao/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=sembahyang-ala-agama-tao
·taotsm.org·
Sembahyang ala Agama Tao
Mengenal Dewa-dewi Tao
Mengenal Dewa-dewi Tao
Mengenal Dewa-dewi Tao Umat agama Tao menyembah Dewa-dewi. Tiga Dewa yang utama, yaitu Mahadewa Thay Shang Lao Jun, Er Lang Shen, dan Jiu Tian Xuan Nu. Selain itu, ada juga Tian Shang Sheng Mu (Ma Zu), Wang Mu Niang Niang, Xuan Tian Shang Di, Fu De Zheng Shen, Guan Sheng Di Jun, Cai Shen Ye, Yue Lao Shen, dan masih banyak lagi. Orang yang pernah melihat Dewa-dewi akan mengatakan bahwa Dewa-dewi itu ada. Tetapi, orang yang tidak pernah melihat atau membuktikan adanya Dewa-dewi mungkin akan mengatakan Dewa-dewi itu tidak ada. Orang yang sembahyang bertahun-tahun, kalau belum pernah melihat atau membuktikan adanya Dewa-dewi, lalu mengatakan percaya seratus persen, maka ini seperti membohongi diri sendiri. Orang yang telah belajar Dao Yin Shu (Tao Ying Suk) dapat membuktikan sendiri keberadaan dan kekuatan Dewa-dewi. Sebagian orang jahat mengatasnamakan Dewa-dewi untuk melakukan penipuan karena banyak orang yang hanya percaya atau takut, namun tidak bisa membuktikan keberadaan Dewa-dewi. Setelah belajar Dao Yin Shu, kewaspadaan dan kecerdasan akan meningkat sehingga tidak mudah terjerumus atau tertipu oleh hal-hal tersebut. Kita tidak boleh asal percaya dan harus berhati-hati terhadap orang-orang yang mengatasnamakan Dewa-dewi. Menyembah patung Dewa-dewi bukanlah suatu ketahyulan. Hal ini sama seperti menghormati bendera negara. Ketika kita menghormati bendera negara, sebenarnya kita menghormati negara kita, bukan kain benderanya. Ketika kita menyembah patung Dewa-dewi, sebenarnya kita menyembah Dewa-dewi, bukan patungnya. Patung digunakan sebagai sarana sembahyang. Patung tetap patung. Dewa tetap Dewa. Dewa-dewi tidak berada di dalam patung atau gambar-Nya. Beberapa orang percaya bahwa Dewa-dewi dapat keluar masuk patung atau gambar-Nya. Bahkan, ada orang yang mengatakan bahwa gambar Dewa-dewi tidak boleh dipigura dengan kaca; jika dipigura dengan kaca, maka kacanya harus dilubangi supaya Dewa-dewi dapat keluar masuk. Ini menunjukkan sikap yang tidak menghormati Dewa-dewi karena menganggap Dewa-dewi keluar masuk dari lubang kecil seperti semut. Dewa-dewi memiliki kekuatan gaib yang tiada tara, tanpa batas ruang dan waktu. Dewa-dewi itu agung dan mulia. Kita harus bersikap hormat kepada Dewa-Dewi, juga terhadap patung atau gambar-Nya. Oleh karena itu, patung atau gambar-Nya tidak boleh ditaruh di sembarang tempat. Patung Dewa-dewi seharusnya diletakkan di atas meja dan gambar-Nya dipasang di tempat yang layak. Kita juga sebaiknya memilih patung Dewa-dewi yang bagus dan rupawan untuk disembahyangi. Manusia bersembahyang kepada Dewa-dewi untuk memohon kesehatan, perlindungan, rezeki, umur panjang, kelancaran usaha, dan lain-lain. Namun, salahkan jika manusia tidak sembahyang? Apakah Dewa-dewi akan marah? Sembahyang jangan dianggap sebagai beban, juga bukanlah suatu kewajiban. Dewa-dewi tidak akan marah jika manusia tidak sembahyang.  Justru manusia yang selalu mencari dan meminta pertolongan Dewa-dewi. Banyak orang menganggap Dewa-dewi menggunakan uang sehingga mereka membakar uang kertas (kimcoa/gincua) untuk menunjukkan ketulusan hatinya, malah ada orang yang menganggap Dewa-dewi bisa disogok dengan uang. Perbuatan ini sama sekali tidak berguna. Begitu pula dengan hio, lilin, dan sesajian. Dewa-dewi tidak memerlukan uang, hio, lilin, dan sesajian yang dihidangkan. Sebaliknya, Dewalah yang memberikan berkah kepada manusia. Sembahyang tidak perlu dilakukan secara berlebihan, yang penting dilakukan dengan ketulusan hati.  Apabila kita ingin permohonan kita dikabulkan Dewa-dewi, kita sebaiknya berbuat lebih banyak amal. Sebagian orang percaya bahwa Dewa-dewi berkomunikasi dengan manusia dengan cara merasuki atau masuk ke tubuh manusia. Ini merupakan suatu pengertian yang keliru. Dewa-dewi berkomunikasi dengan manusia melalui penglihatan gaib, pendengaran gaib, ling gan, tulis tangan, ucapan (pinjam mulut), atau mimpi. Dengan belajar Dao Yin Shu, kita bisa merasakan keberadaan dan kekuatan Dewa-dewi serta berkomunikasi langsung dengan Dewa-dewi. Sebagai hasilnya, sembahyang menjadi lebih mantap dan xiudao (siutao) menjadi terarah. https://taotsm.org/mengenal-dewa-dewi-tao/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=mengenal-dewa-dewi-tao
·taotsm.org·
Mengenal Dewa-dewi Tao
Mentalitas dalam Siutao
Mentalitas dalam Siutao
Mentalitas dalam Siutao Setiap orang dilahirkan penuh dengan keinginan, kemauan, atau harapan untuk mencapai aneka ragam cita-cita dalam kehidupannya. Begitu pula umat Tao yang belajar ilmu Tao Ying Suk berkeinginan mendapatkan kesehatan yang baik, usaha yang lancar, serta berkah berlimpah. Akan tetapi, banyak juga umat Tao yang telah menjalani proses siutao, tetapi belum merasakan manfaatnya, bahkan sebagian telah meninggalkan latihannya. Lantas bagaimana supaya mentalitas kita tetap kokoh dalam menjalani proses siutao? Diawali dari pemahaman dasar bahwa setiap manusia akan selalu dapat menikmati kebebasan dan ruang terluas di dunia ini bila terus mendaki, bahkan membiarkan dirinya untuk melompat jauh ke depan dari ruang kehidupan saat ini. Semuanya tergantung diri kita dan keadaan pikiran kita. Berikut ini beberapa mentalitas yang dapat memberikan manfaat dalam menjalani siutao. Penuh percaya diri Pikiran kita menentukan kepercayaan diri kita dan menimbulkan pemanfaatan potensi atau bakat yang terpendam atau masih tertidur. Kita harus membangkitkan rasa percaya diri agar potensi ini bisa terbangun dan muncul ke permukaan karena  inilah ‘akar mentalitas sukses’. Tentukan tujuan yang tinggi Adanya tujuan yang tinggi dapat memotivasi diri kita untuk bekerja atau berlatih dengan keras untuk mencapainya. Dengan keberanian dan kekuatan diri untuk bergerak maju, konsisten, dan tekad yang membaja, kita dapat mencapai tujuan. Bangkitkan minat/ketertarikan Minat/ketertarikan dapat membuat diri kita senantiasa bereksplorasi dan mendalami setiap hal yang terjadi dalam latihan. Fokus pada ketertarikan memungkinkan diri kita untuk dapat mengaktifkan kemampuan berpikir logis. Barengi dengan ketulusan hati  Hanya dengan ketulusan hatilah pintu dapat terbuka karena di dalamnya terkandung kejujuran yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam. Hadapilah kekurangan kita dengan menggunakan ketulusan hati untuk mengubah keadaan saat ini menjadi keberhasilan! Perlunya kesabaran Di dunia ini tidak ada yang muncul tanpa melalui proses, tidak ada padi yang akan tumbuh tanpa pupuk. Kesabaran adalah cara tercepat untuk mengubah takdir. Pelihara ketekunan Hal termudah di dunia adalah ketekunan dan hal tersulit juga adalah ketekunan. Keberhasilan terletak pada ketekunan. Dengan ketekunan yang tak tergoyahkan, kita tidak akan menyerah di tengah jalan dan keberhasilan akan diperoleh. Sederhana Melakukan dengan sederhana, dengan cara dan keinginan awal yang sederhana, kemudian mempraktikkan dengan duduk tenang, santai, tidak terburu-buru mengejar hasil, bertanya, serta meminta nasihat adalah jalannya. Tenangkan batin Dengan memiliki batin yang tenang seperti air, semua dapat dirasakan, dapat dinikmati, dan perlahan-lahan muncul kemukjizatan . Sukses berasal dari mentalitas, mentalitas menentukan pikiran, Pikiran menentukan perilaku, perilaku menentukan kebiasaan, Kebiasaan menentukan karakter, karakter menentukan hasil. Siutao boleh dikatakan sebagai ujian keuletan dan ketabahan yang sangat besar dan bermanfaat. https://taotsm.org/mentalitas-dalam-siutao/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=mentalitas-dalam-siutao
·taotsm.org·
Mentalitas dalam Siutao
Prinsip Keteladanan Orang Tua
Prinsip Keteladanan Orang Tua
Prinsip Keteladanan Orang Tua Pernahkah kita menyadari bahwa sepanjang hidup kita dari kecil hingga dewasa, kita banyak melihat, mengamati, dan belajar dari tindak tanduk orang tua kita? Banyak orang bahkan tidak sadar kalau dirinya setelah dewasa dan seiring bertambahnya usia, tingkah laku dan tindak tanduknya menjadi seperti orang tuanya, baik itu kebaikannya maupun keburukannya. Inilah yang dimaksud dengan peribahasa “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Bagi Sahabat Tao tentu hal ini tidak mutlak demikian karena kita mengerti bahwa apa yang baik harus dijalani dan apa yang tidak baik harus ditinggalkan. Dalam proses bertumbuh dewasa, Sahabat Tao tentu sudah bisa memilah-milah, mana tindakan orang tua yang patut dicontoh/diteladani dan mana tindakan orang tua yang tidak boleh dicontoh. Inilah kehebatan orang yang siutao dibandingkan yang tidak siutao karena pengertian dan kesadarannya mengungguli sesama. Bagaimana saat kita sudah menjadi orang tua? Semua tindak tanduk kita juga akan dilihat dan diamati, bahkan ditiru dan diteladani oleh anak-anak kita. Saat menjadi anak kita meniru, sebaliknya setelah menjadi orang tua kita ditiru. Anak-anak kita akan cepat belajar dari segala tindakan kita, entah itu baik ataupun buruk. Menjadi seperti apa tingkah laku anak-anak kita kelak ditentukan oleh tingkah laku atau tindak tanduk kita saat ini. Sebagai insan yang siutao, tentu kita berharap anak-anak kita setelah beranjak remaja juga akan siutao, menjadi manusia-manusia unggul yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Mereka mempunyai karakter-karakter yang baik, mengerti dan mematuhi norma-norma di masyarakat, menjunjung tinggi tata susila yang berlaku, menghormati orang lain, toleransi, dan sebagainya. Pertanyaannya, sanggupkah kita sendiri menjalankan semua itu? Sebetulnya semua harapan kita terhadap anak, itulah yang harus kita jalankan terlebih dahulu untuk menjadi contoh/teladan bagi anak. Bila kita ingin anak kita menghormati orang tua, sudahkah kita menghormati orang tua kita? Jika kita mau anak kita mematuhi aturan-aturan di sekolah, sudahkah kita menaati aturan-aturan yang berlaku di masyarakat? Kalau kita ingin anak kita mampu bersikap toleransi terhadap sesama, sudahkah kita bertoleransi terhadap sesama? Jika kita ingin anak kita bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya, sudahkah kita menjalankan tanggung jawab sebagai orang tua? Bila kita ingin anak kita bertutur kata sopan, sudahkah kita bertutur kata sopan terhadap sesama? Kita adalah cermin bagi anak-anak kita. Maka dari itu, jadilah cermin yang memancarkan cahaya kedamaian, kebaikan, dan keharmonisan sehingga kelak anak-anak kita akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang membawa kedamaian, kebaikan, dan keharmonisan di masyarakat pada umumnya dan di keluarganya sendiri pada khususnya. Prinsip keteladanan orang tua terhadap anak merupakan metode pendidikan yang terbaik dan paling manjur. Lao Zi mengatakan “行不言之教” (mendidik tanpa kata-kata), inilah prinsip keteladanan yang diutamakan dalam ajaran Tao. https://taotsm.org/prinsip-keteladanan-orang-tua/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=prinsip-keteladanan-orang-tua
·taotsm.org·
Prinsip Keteladanan Orang Tua
Membicarakan Orang Lain
Membicarakan Orang Lain
Membicarakan Orang Lain Jika bercerita tentang orang lain, banyak orang selalu berkata “kata si dia begini“ atau “kata si dia begitu”, padahal kenyataannya belum tentu hal yang dikatakan itu benar. Lebih parahnya lagi kalau kita tidak tahu apa yang terjadi, tetapi hanya berasumsi belaka. Salah satu kesalahan terbesar adalah berasumsi/beranggapan bahwa orang lain akan berpikir atau bertindak sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Sebagai kaum xiu dao, kita harus bisa menyaring semua ‘katanya’. Kita seharusnya menghindari untuk menjadi ‘penyambung lidah’ ataupun menambahkan ‘bumbu’ saat membicarakan orang lain. Kita harus menggunakan akal sehat. Apakah membicarakan orang lain akan menimbulkan pengaruh yang positif terhadap kita? Seharusnya hal buruk yang dilakukan orang lain tidak perlu kita ceritakan. Ketika melihat keburukan orang lain, sulit untuk menemukan kebaikan di dalamnya. Maka dari itu, belajarlah melihat kebaikan orang lain walaupun kecil! Jangan menilai keburukan orang lain!. Kebanyakan manusia memiliki double standard (standar ganda). Misalnya, ketika melihat orang lain berbuat salah, dengan mudahnya kita melontarkan komentar miring, tetapi ketika diri sendiri melakukan kesalahan, banyak sekali alasan atau toleransi untuk membebaskan diri kita dari rasa bersalah.  Berusaha memahami keadaan orang lain dengan memakai kacamata orang itu bisa menjadi salah satu cara bagi kita untuk belajar menjadi lebih baik serta tidak mudah menilai kesalahan atau keburukan orang lain. Kita tidak perlu menganggap diri sendiri paling benar karena kita tidak pernah tahu berapa lama kita dapat berdiri tanpa kesalahan. Kita harus banyak belajar, tidak merasa diri paling pintar, dan rajin mendengarkan ciang tao, kemudian diresapi menggunakan logika dan dipraktikkan. Tentu saja semua itu harus berlandaskan pada he qing, he li, dan he fa.Jika melihat orang yang berbudi luhur, berusahalah menirunya! Jika melihat orang yang berbudi rendah, jadikanlah cermin untuk memperbaiki diri! Kita perlu membiasakan diri untuk melakukan hal-hal baik dalam kehidupan sehari-hari walaupun dalam keadaan yang tersulit sekalipun. https://taotsm.org/membicarakan-orang-lain/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=membicarakan-orang-lain
·taotsm.org·
Membicarakan Orang Lain
Idealnya Memuji Anak
Idealnya Memuji Anak
Idealnya Memuji Anak Tanpa kita sadari, beberapa dari kita sering mengatakan secara spontan kalimat pujian kepada anak, seperti “anak pintar”. Ternyata pujian ringan yang sering kali terucap dari mulut kita bisa memberi dampak psikis bagi anak tersebut. Memuji anak sebenarnya bermanfaat untuk membentuk harga dirinya (self esteem) asal dilakukan dengan proporsional (porsi yang pas) berdasarkan pada kualitas, bukan kuantitas. Pujian yang berlebihan atau sering diucapkan dapat mengaburkan standar ideal pada anak. Jangan memuji secara berlebihan pada hal-hal yang mudah untuk dilakukannya atau memang menjadi tanggung jawabnya! Hal ini membuat anak mengerti hal apa yang perlu usaha ekstra untuk dilakukan (menjadi tantangannya). Jika hal tersebut berhasil dilakukan, ia akan menghargai pujian yang diterima. Sebaliknya kalau tidak berhasil, ia tidak berkecil hati karena ia sudah menikmati proses atas usahanya tersebut. Hal ini memberi pandangan kepada anak agar tidak berfokus pada hasil dan pujian, tetapi berfokus pada proses dan usahanya dalam belajar menyelesaikan tantangannya. Jadi, orang dewasa idealnya belajar untuk memuji anak atas perilaku yang memang pantas diberi pujian. Misalnya, memuji anak karena ia sudah giat belajar sehingga lulus ujian dengan hasil memuaskan, bukan memuji “pintar” karena ia mendapat nilai bagus. Pujian atas usaha keras yang dilakukannya dalam belajar akan membuat pola pikirnya berkembang. Pola pikir ini nantinya akan membantu perkembangannya dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan sosial hingga dunia kerja. Hindari memuji anak dalam bentuk label, walau label positif sekalipun! Hal ini berdampak kurang baik bagi anak karena ia akan selalu berusaha hidup dalam label tersebut supaya orang tua senang atau sayang padanya. Padahal, ada beberapa faktor bawaan lahir yang berada di luar kuasa anak untuk mengubahnya. Misalnya, orang tua sering memuji “anakku yang cantik atau “anakku yang ganteng”. Saat ada yang mengatakan “berparas jelek” pada dirinya, ia tidak dapat menerima. Hindari juga memuji anak karena ingin membujuknya untuk melakukan sesuatu! Hal ini akan membuat anak memiliki pamrih. Ia bisa menunjukkan perilaku yang diinginkan orang tua, tetapi hanya bersifat sementara. Pada saat pujian tersebut tidak didapatkan, maka perilaku yang diharapkan orang tua belum tentu dilakukan si anak. Memuji anak tidak perlu membandingkannya dengan anak-anak lain. Hal ini dapat menumbuhkan rasa sombong dan berpotensi membuat anak merendahkan orang lain. Kalimat pujian yang harus dihindari, misalnya, “Duh, pintarnya anak Mama sudah bisa makan sendiri. Sepupu kamu belum bisa loh. Kamu hebat!” Niat yang baik dapat berakibat buruk kalau dilakukan dengan cara yang salah, berlebihan, atau tidak pas waktu dan kondisinya. Kita perlu memperhatikan he qing, he li, dan he fa. Kita sebaiknya memuji anak dengan tulus, proporsional, dan berfokus pada usahanya, bukan hasilnya. Semoga pujian yang diberikan dapat membentuk anak menjadi tangguh dan mempunyai pola pikir yang matang menuju usia dewasanya. https://ydpmti.org/idealnya-memuji-anak/
·ydpmti.org·
Idealnya Memuji Anak
Membuang Pesimisku
Membuang Pesimisku
Membuang Pesimisku Ada kalanya kita memaksakan diri untuk mengikuti apa yang dikehendaki oleh orang lain di sekitar kita. Kita menantang diri kita untuk melakukan berbagai hal baru, inovasi baru, dan pemikiran baru. Kita memaksa diri kita untuk mengorek dan mengasah lebih dalam lagi untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Namun, tidak dipungkiri bahwa sebagai manusia biasa, kita kadang menginginkan sebuah kebebasan tanpa tekanan apa pun. Kita merasa asyik dan nyaman apabila bermalas-malasan dan sama sekali tidak berusaha melakukan hal yang seharusnya bisa kita lakukan. Akan tetapi, kita perlu memikirkan hal berikut lebih jauh lagi. Apabila dalam kehidupan ini sudah tidak ada tantangan dan kita melalui kehidupan yang hanya biasa-biasa saja, apakah kita sedang mengalami sebuah kemunduran? Saya rasa iya. Kalau dilihat dari satu sudut pandang, hidup tanpa tantangan merupakan idaman sebagian orang yang merasa nyaman bila dapat menikmati kemalasan. Namun, dari sudut pandang yang lain, hidup tanpa tantangan bisa membuat kita lengah dan mengalami kemunduran sebab kita tidak lagi melakukan kegiatan yang bermanfaat, terutama bagi orang lain. Terkadang kita harus memaksa diri kita untuk melakukan apa yang seharusnya bisa kita lakukan. Di hadapan orang lain, kita harus bersikap profesional karena orang lain hanya mengetahui apa yang tampak dari luar. Berikut ini salah satu kalimat ungkapan yang sering diucapkan oleh banyak orang dari berbagai kalangan di masyarakat. 知人, 知面, 不知心 (zhī rén, zhī miàn, bù zhī xīn) artinya hanya mengetahui sosok luar manusia, tetapi tidak mengetahui isi hatinya. Dengan kata lain, kita tidak tahu apakah yang dilakukan seseorang sama dengan apa yang dipikirkan olehnya. Seseorang mungkin mengatakan “iya” karena gengsi pertemanan saja, tetapi sebenarnya dalam hatinya mengatakan “tidak”. Hal ini sering terjadi dalam kegiatan kerja kelompok, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kerja sama dalam kelompok seharusnya didasari oleh kemauan dan niat yang baik. Penilaian potensi diri perlu dilakukan, baik oleh diri sendiri maupun dari orang sekitar. Kita sebisa mungkin banyak mengorek informasi untuk mengetahui potensi diri kita. Setelah mengetahui bahwa diri kita mau dan mampu, langkah selanjutnya adalah melakukannya dengan baik. Jangan putus asa, jangan larut dalam kemalasan, dan jangan pesimis dalam memandang berbagai hal! Kita juga harus merevisi diri menjadi lebih baik daripada sebelumnya, berpandangan seluas-luasnya, serta mengasah wu (kesadaran) agar kita menjadi lebih bijaksana dalam melakukan berbagai hal. Tahukah kamu? Memaksakan diri untuk melakukan hal yang seharusnya bisa dan mampu kita lakukan sama artinya dengan berusaha membuat diri kita lebih maju lho. Kita bukan malah berjalan di tempat, bahkan mengalami kemunduran. Batu giok menjadi bernilai karena diasah, bukan? Mari kita berlomba mengasah diri menjadi batu giok yang indah dan sempurna! https://ydpmti.org/membuang-pesimisku/
·ydpmti.org·
Membuang Pesimisku
Zhang Heng (张衡) Ilmuwan Multitalenta dari Dinasti Han Timur
Zhang Heng (张衡) Ilmuwan Multitalenta dari Dinasti Han Timur
Zhang Heng (张衡) – Ilmuwan Multitalenta dari Dinasti Han Timur Zhang Heng (Simplified: 张衡, Traditional: 張衡, Pinyin: Zhāng Héng) adalah astronom, matematikawan, penemu, geograf, kartograf, seniman, penyair, dan negarawan yang hidup selama masa Dinasti Han Timur. Zhāng Héng lahir di kota Xi’e, Nanyang, dan berasal dari keluarga terhormat tetapi tidak terlalu kaya.… Baca selengkapnya >> https://www.tionghoa.com/zhang-heng-%e5%bc%a0%e8%a1%a1/
·tionghoa.com·
Zhang Heng (张衡) Ilmuwan Multitalenta dari Dinasti Han Timur