Surga Neraka Bukan Sekedar Dongeng
Surga Neraka Bukan Sekedar Dongeng
Oleh : Xs. Bingky Irawan
Banyak teka- teki serta pertanyaan dalam kehidupan di masyarakat, benarkah surga neraka itu ada? Banyak jawaban yang menyatakan bahwa hal itu ada. Dimana dan kapan kita bisa kesana? Nanti ketika kita sudah berpulang, tempatnya di atas langit.
Lalu apakah bapak pernah berkunjung kesana? “Belum”.
Kok bapak tahu bahwa disana itu bagus?
Sambil ketawa dijawab “buktinya teman saya sudah alhm tidak kembali lagi, terus disana. Kalau tidak enak tentu dia balik lagi, hahahaaa.. “
Itulah jawaban canda yang sering kita jumpai ditengah masyarakat juga jawaban serius dari berbagai sudut keyakinan yang tidak pernah transparan. Dalam hal ini dikalangan masyarakat tionghua khususnya sangat meyakini adanya Surga dan Neraka yang sudah menjadi budaya keyakinan turun temurun hingga hari ini.
Siapakah yang tidak berharap hidup di dalam Surga?
Adakah yang berkeinginan hidup dalam neraka?
Dalam ajaran Agama Khonghucu yang sudah melekat dan mendarah daging pada masyarakat tionghua, walaupun tidak secara implisit menyebut Surga dan Neraka karena dua hal tersebut, tidak cukup hanya dalam bentuk kata-kata belaka. Namun, harus dilalui oleh diri sendiri, dirasakan dan dinikmati keberadaannya.
Nabi sangat menyadari sebagai seorang guru apa yang diucapkan dan dilakukan tidak berwujud abu-abu, selalu menjaga hatinya didalam aksara 忠 Tiong/ Zhong. Apa yang diucapkan dari mulut 口 dan 心 hatinya selalu dalam satu garis lurus vertikal yang artinya takut kepada yang di Atas langit, takut kepada yangg ada di Bawah bumi. Menyadari dirinya sebagai manusia adalah poros tengah antara langit dan bumi secara horisontal yang wajib memberikan Ajaran Suci kepada sesama umat, menjaga serta merawat seisi jagat raya, sebagai Guru yang dalam bahasa jawa Guru kuwi digugu lan ditiru, ora kok dadi wagu tur saru. Dalam bahasa lain manusia adalah 天子Tian Zi anak langit yang diberikan firman yang berbeda-beda bukan untuk saling berseteru melainkan saling melengkapi harmonis.
Dalam kitab Si Shu bagian Lun Gi IX:4.
Nabi telah lepas dari empat cacat: tidak berangan-angan kosong; tidak mengharuskan; tidak kukuh; dan tidak menonjolkan Akunya.
Maka dalam menyampaikan tentang surga neraka, Nabi tidak berandai-andai dalam lamunan kosong, tidak berani menjanjikan, tidak berani memaksakan keharusan kepada murid-muridnya dan tidak untuk menonjolkan dirinya agar dikenal dikemudian hari. Nabi memahami bahwa surga adalah idaman setiap umat manusia sedangkan Neraka adalah pantangan bagi setiap umat manusia.
Menghayati menyimak apa yang telah Nabi ajarkan, bahwa surga itu tidak serta merta kita dapatkan apa bila kita tidak laluinya dengan Jalan Suci. Sebaliknya, Neraka pun akan menjadi tempat kita bila kita ingkar dari Jalan Suci.
Adapun dua jalan tersebut diwujudkan dalam bentuk lambang agar mencegah manusia tidak salah tafsir, yang tidak asing bagi semua umat Khonghucu dan masyarakat tionghua pada kususnya itulah ” hok lok siu ” Fu Lu Shou yaitu berkah rezeki; Bahagia; Panjang usia. lambang ini ada yang berbentuk tiga dewa ada pula dibentuk tiga kue.
Kue wajik bentuk gunungan
Kue kukus atau bisa disebut moho
Kue ku biasa disebut kue tok karena dicetak dalam bentu kura-kura
Pada saat upacara ritual besar kecil kepada Tian Shang Di Tuhan YME selalu ada 3 kue tersebut sampai detik ini ajaran luhur tentang surga sudah menjadi tradisi budaya tionghua dimanapun, secara tidak langsung Nabi menjabarkan makna sesungguhnya.
Banyak rejeki, bahagia tetapi raga sakit-sakitan pendek usia apalah artinya. Banyak rejeki, panjang usia tetapi keluarga ribet apalah artinya. rejeki kosong, panjang usia apalah artinya. Surga itu akan terwujud bila 3 syarat terpenuhi bahagia, rejeki, ada panjang usia itulah arti surga sebenarnya. Bila kita salah jalan dalam kehidupan ini maka kedukaan Neraka tak kunjung henti.
Saya menyimak apa yang disampaikan Nabi bahwa surga adalah kebahagiaan tanpa batas sedangkan Neraka adalah kedukaan yang tanpa batas dan surga itu akan kamu dapatkan apabila dengan laku (perbuatan) kamu sendiri, sebaliknya neraka itu akan menjadi tempatmu bila laku perbuatanmu tersesat. Orang kaya belum tentu bahagia karena masih terikat oleh keinginannya, orang yang “cukup” pasti bahagia karena mampu mengendalikan keinginannya.
Kita diberikan lahan dalam hidup tentu untuk kita tempati (huni), begitu pula yang terkandung dalam bakti, bakti yang sejati adalah dapat memberikan surga kepada kedua org tua kita. Sadarkah kita setiap manusia hidup mempunyai hutang yang tidak terbayar sampai kapanpun, hutang kepada kedua orang tua yang menjadikan kita lahir didunia ini. Persembahkan surga kepada kedua orang tua disaat mereka masih hidup, bukan disaat mereka sudah pergi jauh.
Memuliakan orang tua adalah disaat hidupnya, bukan disaat setelah mati. Orang tua bisa merasakan bahagia bila anaknya selalu di jalan kebajikan dan selalu dalam harmonis, demikian yang Nabi ajarkan yaitu mengenal hidupnya baru mengenal, mengabdi dan menghormat kepada para rokh.
Apakah yang ingin kamu tanam? Bila kamu ingin menanam buah jeruk maka tanamlah jeruk, bila ingin buah semangka tanamlah semangka, bila ingin menanam padi tanamlah padi. Rawatlah siramilah dengan air suci “ kasih” kamu akan menuai memetik sesuai dengan keinginan yang kamu tanam, nikmatilah hasil panenmu bersama keluargamu. Jangan menanam benih yang menjadikan kamu keracunan, tersiksalah hidupmu didalam neraka. Sekalipun penyesalan itu datang terlambat sulit untuk menghindar.
Nabi sangat memahami surga dan neraka, Nabi tidak asal menjawab apa yang belum diketahui sendiri. Banyak pemahaman tentang surga dan neraka, pada umumnya penjelasan sesudah mati. Namun, penjelasan Nabi sangat berbeda dalam kitab Si Shu bagian Lun Gi XI:12.
Kwi-Lo bertanya bagai mana cara mengabdi kepada para rokh
Nabi bersabda: “sebelum mengabdi kpda manusia betapa dapat mengabdi kepada para rokh”
murid memberanikan diri bertanya hal setelah orang mati.
Nabi menjawab “sebelum mengenal hidup, betapa mengenal hal setelah mati”.
Melihat sebuah jeruk jangan lupa mengupas agar dapat menikmati asam manisnya yang ada dibalik kulitnya, setelah merasakan segarnya jeruk, jangan lupa masih ada biji (isi) nya tanamlah kembali agar bersemi berbunga dan berbuah sehingga anak cucu cicit seterusnya dapat ikut merasakannya.
Selalu sadar setiap langkah dan ucapanmu dimanapun, bahwa manusia yang baik belum tentu baik selamanya, begitu pula manusia buruk tidak selamanya buruk. Maka, jangan kmu lupakan merawat dengan air suci kasih, surga akan kamu tempati.
Was-was dan berhati-hatilah, apa yang keluar dari dirimu akan kembali kepadamu. Bingcu I B:12.2
Celaka dan bahagia tiada yang bukan dicari sendiri.” Bingcu II A: 4.5
sheng ling bao hu ✋