Tionghoa Indonesia

Tionghoa Indonesia

"#dewi surga" #altair #niulang #penenun
Kisah Legenda Gembala Sapi Niulang dan Gadis Penenun Zhinü
Kisah Legenda Gembala Sapi Niulang dan Gadis Penenun Zhinü
Tiongkok memiliki Hari Valentine sendiri. Disebut dengan Festival Qixi (Hanzi: 七夕节, Pinyin: Qīxì jié) atau Festival Ketujuh Ganda, karena jatuh pada hari ketujuh bulan ketujuh penanggalan imlek. Ini adalah salah satu Festival Tradisional dan telah dirayakan selama 2000 tahun, sejak Dinasti Han (206 SM – 220 M). Karena sejarahnya yang panjang dan penting, festival ini ditambahkan ke daftar Warisan Budaya Tak Benda Nasional oleh Dewan Negara Tiongkok pada 20 Mei 2015. Festival Qixi didasarkan pada legenda romantis seorang gadis penenun Zhinü (Hanzi: 织女, Pinyin: Zhīnǚ) dan seorang gembala sapi Niulang (Hanzi:牛郎, Pinyin: Niú láng). Berikut Legenda Gembala Sapi Niulang dan Gadis Penenun Zhinü Alkisah ada seorang gembala sapi muda, miskin, tapi baik hati bernama Niulang, dan seekor lembu tua. Lembu itu sebenarnya pernah menjadi Dewa Ternak, tetapi diturunkan derajatnya karena telah melanggar hukum surga. Niulang pernah menyelamatkan lembu tersebut saat sedang sakit. Untuk menunjukkan rasa terima kasihnya, lembu tua membantu Niulang berkenalan dengan Zhinü (peri, putri ketujuh Dewi dan Kaisar Giok) ketika dia melarikan diri dari kehidupannya yang membosankan di surga untuk mencari kesenangan di Bumi. Zhinü segera jatuh cinta pada Niulang dan mereka menikah tanpa sepengetahuan Dewi Surga. Niulang dan Zhinü menjalani kehidupan yang bahagia bersama. Niulang bekerja di ladang sementara Zhinü menenun di rumah. Setelah beberapa tahun berlalu, mereka dikaruniai dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Namun, Dewi Surga (ibu Zhinü) mengetahui bahwa Zhinü, seorang gadis peri, telah menikah dengan manusia biasa. Dewi Surga sangat marah dan mengirim tentara surgawi untuk membawa Zhinü kembali. Niulang sangat sedih ketika mengetahui istrinya dibawa kembali ke surga. Kemudian lembu itu meminta Niulang untuk membunuhnya dan mengoleskannya ke kulitnya, agar dia bisa naik ke surga mencari istrinya. Sambil menangis sedih, dia membunuh lembu itu, mengenakan kulitnya, dan membawa kedua anaknya yang tercinta ke surga untuk menemukan Zhinü. Tepat sebelum dia menyusul Zhinü, Dewi Surga mengeluarkan jepit rambutnya dan menciptakan sungai besar di antara mereka, dan mereka dipisahkan selamanya oleh sungai yang kemudian dikenal sebagai Bima Sakti. Patah hati, Niulang dan anak-anaknya hanya bisa menangis tersedu-sedu. Namun, cinta mereka menggerakkan semua burung murai untuk mengasihani mereka, dan mereka terbang ke surga untuk membentuk jembatan Murai di atas sungai, sehingga Niulang dan Zhinü bisa bertemu di Jembatan Murai. Dewi Surga juga tergerak oleh cinta mereka, jadi dia mengizinkan mereka bertemu di Jembatan Murai pada hari itu setiap tahun, pada hari ketujuh bulan ketujuh penanggalan imlek. Di daerah pedesaan, orang biasanya melihat pertemuan Niulang dan Zhinü sebagai dua bintang di langit. Altair (Niulang) dan Vega (Zhinü). Dari legenda inilah maka tanggal tujuh bulan tujuh penanggalan imlek dirayakan sebagai Festival Qixi, yang juga dikenal sebagai Festival Ketujuh Ganda The post Kisah Legenda Gembala Sapi Niulang dan Gadis Penenun Zhinü first appeared on Tionghoa Indonesia .
·tionghoa.org·
Kisah Legenda Gembala Sapi Niulang dan Gadis Penenun Zhinü