Found 2 bookmarks
Newest
Pantangan Pemberian Hadiah Dalam Budaya Tionghoa
Pantangan Pemberian Hadiah Dalam Budaya Tionghoa
Karena hal-hal baik diyakini datang berpasangan, hadiah yang diberikan berpasangan (kecuali set empat) adalah yang terbaik. Saat menyiapkan hadiah, jangan membungkusnya dengan warna putih karena warna itu melambangkan kesedihan dan kemiskinan. Hadiah tertentu juga dianggap tidak menguntungkan. Misalnya, jangan pernah memberikan jam, arloji, atau arloji saku sebagai hadiah karena “mengirim jam” (Hanzi: 送钟, Pinyin: Sòng zhōng) terdengar seperti “ritual pemakaman” (Hanzi: 送终, Pinyin: Sòngzhōng). Jam dianggap melambangkan waktu yang hampir habis. Hadiah payung juga dihindari. Memberikan payung dalam bahasa Tionghoa diucapkan Songsan (Hanzi:送伞, Pinyin: Sòng sǎn), yang juga terdengar identik dengan Songsan (Hanzi: 送散, Pinyin: Sòng sǎn), yang berarti memisahkan atau membubarkan. Oleh karena itu, hindari memberi hadiah payung, juga berbagi payung dengan teman-teman kamu, terutama dalam beberapa acara yang cukup formal. Hadiah cangkir juga dianggap tabu. Cangkir dalam bahasa Tionghoa diucapkan Beizi (Hanzi: 杯子, Pinyin: Bēizi), yang pengucapannya identik dengan kesedihan dalam bahasa Tionghoa yakni Bei (Hanzi: 悲伤, Pinyin: Bēishāng), yang melambangkan sial dan tidak beruntung. Terpikir untuk memberi hadiah sepatu? Lebih baik jangan. Dalam bahasa Tionghoa, kata untuk sepatu diucapkan Xie (Hanzi: 鞋, Pinyin: xié) mirip dengan kata untuk kejahatan dalam bahasa Tionghoa yakni Xie (Hanzi: 邪, Pinyin: xié). Ini membawa nasib buruk, dan hubungan kamu dengan orang yang diberi hadiah sepatu pada akhirnya akan berakhir. Ada banyak hadiah tidak menyenangkan lainnya yang harus dihindari . Jika kamu memberikan hadiah sial secara tidak sengaja, penerima dapat memperbaikinya dengan memberi kamu koin yang mengubah hadiah menjadi barang yang telah mereka beli secara simbolis. The post Pantangan Pemberian Hadiah Dalam Budaya Tionghoa first appeared on Tionghoa Indonesia .
·tionghoa.org·
Pantangan Pemberian Hadiah Dalam Budaya Tionghoa
Apa Makna Di Balik Tradisi Pemberian Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek ?
Apa Makna Di Balik Tradisi Pemberian Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek ?
Pembagian angpao adalah salah satu tradisi masyarakat Tionghoa saat perayaan Tahun Baru Imlek. Angpao biasanya diberikan oleh orang dewasa atau orang yang telah menikah, kepada anak-anak atau para generasi muda. Orang yang telah menikah wajib memberikan angpao karena pernikahan dianggap merupakan peralihan dari anak-anak ke dewasa, dan ada anggapan bahwa orang yang telah menikah sudah mapan secara ekonomi. Angpao selain diberikan kepada anak-anak, juga wajib diberikan kepada yang dituakan. Bagi yang telah dewasa, tetapi belum menikah, tetap berhak menerima angpao. Hal ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah dapat memberikan nasib baik pada mereka. Bahwa mereka agar cepat menemukan pasangan hidupnya. Perlu diketahui, bahwa pemberian angpao bukan sekedar terbatas berapa besar uang yang ada di dalamnya. Melainkan adanya makna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk satu tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi. Oleh karena itu, jangan pandang angpao dari isinya, lihat arti amplop merahnya, yang merupakan simbol keberuntungan dan kebahagiaan. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Apa Makna Di Balik Tradisi Pemberian Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek ?