Found 2 bookmarks
Newest
Feng Shui & Kita
Feng Shui & Kita
Zhao Zi Hao seorang pengusaha sukses di Tiongkok. Suatu ketika ia menghabiskan banyak uang membeli sebidang tanah di pinggiran kota dan membangun sebuah villa bertingkat tiga. Di dalamnya ada kolam renang yang mengesankan dan sebatang pohon Lychee berusia seratus tahun di halaman belakang. Sebenarnya… dia membeli properti itu hanya karena pohon ini. Istrinya suka sekali makan buah lychee. Selama renovasi, teman-temannya mendesaknya utk meminta pendapat seorang master fengshui. Zhao Zi Hao sendiri tidak pernah percaya pada Fengshui namun cukup mengejutkan ketika dia setuju menghubungi seorang master feng shui dari Hong Kong. Grand Master itu adalah Master Cao yang telah berpengalaman selama tiga puluh tahun dan sangat terkenal dalam dunia fengshui. Lalu Zhao Zi Hao mengantar sang Guru ke villanya di daerah pinggiran kota. Sepanjang jalan.. ketika mobil di belakang mereka mencoba menyalip, Zhao Zi Hao melambat dan memberi jalan. Master Cao dengan tertawa berkomentar: “Big Boss Zhao, Anda benar-benar mengemudi dengan aman.” Zhao Zhi Hao tertawa: “Biasanya orang yang menyalip memiliki beberapa masalah mendesak untuk diurus, jadi kita seharusnya tidak menahannya.” Sesampainya di sebuah kota kecil, jalan semakin sempit sehingga Zhao Zi Hao memperlambat laju mobilnya. Seorang anak sambil tertawa tiba tiba melesat keluar dari sebuah gang dan saat anak itu berlari melintasi jalan, Zao menghentikan mobilnya. Lalu dia terus menunggu sambil menatap ke gang, seolah sedang menunggu sesuatu. Dan betul saja… tiba-tiba seorg anak lain melesat keluar, mengejar anak tadi yang di depannya. Master Zao terkejut dan bertanya: “Bagaimana Anda tahu akan ada anak lain yang mengikuti?” Zhao Zi Hao mengangkat bahu: “Sebenarnya, anak-anak selalu mengejar satu sama lain dan tidak mungkin seorang anak berada dalam kegembiraan seperti itu tanpa teman bermain.” Master Cao memberinya jempol besar dan tertawa terbahak-bahak: “Anda sangat perhatian sekali! ” Sesampainya di Villa, mereka turun dari mobil. Tiba-tiba sekitar 7 – 8 burung berterbangan dari halaman belakang. Melihat hal itu, Zhao berkata kepada Master Cao: “Jika Anda tidak keberatan, tolong tunggu sebentar.” “Ada apa?” Master Cao tercengang. “Oh, tidak apa-apa hanya mungkin ada beberapa anak yang sedang mencuri lychee di halaman belakang. Jika kita masuk sekarang mungkin akan membuat mereka ketakutan. Jangan mengambil risiko sehingga menyebabkan ada anak yang mungkin akan jatuh dari Pohon Lychee.” Zhao menjawab dengan humor. Master Cao terdiam beberapa saat sebelum berkata : “Sejujurnya, rumah ini tidak memerlukan evaluasi Fengshui lagi.” Sekarang giliran Zhao yang terkejut: “Kenapa begitu?” “Setiap tempat yang Anda miliki, secara alami telah menjadi properti dengan fengshui yang paling baik dan menguntungkan…” “Kebaikan hati mengalahkan ilmu fengshui.” Bila pikiran dan kebaikan hati kita memprioritaskan kedamaian dan kebahagiaan orang lain, yang beruntung bukan hanya orang lain, tetapi juga diri kita sendiri. Bila seseorang memiliki kebaikan hati dan memperhatikan orang lain setiap saat, maka orang ini secara tidak sadar telah menjadi sumber energi positif. Orang yang memiliki energi positif seperti ini sebenarnya adalah orang yang selalu mendahulukan segala sesuatu untuk manfaat orang banyak sebelum menjadi tercerahkan. Nah itu pendapat master Cao untuk orang yang memiliki kebaikan hati. Mari kita hidup dengan penuh kebaikan hati dan kebajikan Ada pepatah yang mengatakan : “Jika kita berbuat baik, walaupun rejeki belum datang tetapi malapetaka sudah menjauh… Jika kita berbuat jahat, walaupun malapetaka belum datang, tetapi rejeki sudah menjauh” Mari belajar bersama seni kehidupan di universitas kehidupan kita ini, Art Of Life Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Feng Shui & Kita
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Kawasan Pintu Kecil (dulu bernama Pintoe Ketjil) tidak jauh dari kawasan Pecinan Glodok semasa Batavia Kehadiran etnis Tionghoa di Kota Batavia tidak hanya membuat roda perekonomian di kota ini menjadi berputar tetapi juga ikut memberi warna tersendiri bagi sebuah kota yang dibangun Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur Jenderal wilayah kongsi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang keempat dan keenam. Pada masa jabatan pertama ia memerintah pada 1619–1623 dan untuk masa jabatan yang kedua berlangsung pada 1627–1629. Salah satu warna tersendiri yang hingga kini terus melekat adalah tradisi perayaan yang dilaksanakan oleh penduduk Kota Batavia keturunan Tionghoa. Suasana Imlek Setiap ada perayaan, sudut-sudut Kota Batavia menjadi lebih semarak. Keramaian tersebut semakin terasa di sebuah lapangan yang dinamakan Glodok Plein alias lapangan Glodok. Lampu menyala terang-benderang. Warna-warna terpancar di setiap sudut. Lapangan yang berlokasi di kawasan Pecinan Glodok tersebut menjadi lebih meriah. Untuk merayakan Tahun Baru Imlek (Sin Cia), penduduk di kawasan Pecinan melakukan pelbagai persiapan. Banyak pula penduduk Kota Batavia yang non-Tionghoa yang ikut berbaur untuk melakukan persiapan perayaan tersebut. Mereka berbaur merayakan tradisi turun-temurun etnis Tionghoa tersebut. Salah satunya adalah Mat Pitak, seorang pegawai partikelir di bilangan Gang Lo Soe Fan di daerah Patekoan (kini masuk wilayah Jakarta Kota). Mat Pitak yang Betawi asli tersebut selalu membantu mempersiapkan penyambutan Tahun Baru Imlek (Sin Cia). Ia mengucapkan selamat dengan datangnya musim semi (cun) dan biarlah murah rezeki dan panjang umur. Etnis Tionghoa sangat menantikan Tahun Baru Imlek (Sin Cia) dengan harapan bisa mendapat rezeki yang banyak dan berumur panjang. Warna-warni Kue Apam Setiap Tahun Baru Imlek tiba, tidak akan afdol tanpa kehadiran pelbagai makanan yang bisa dibilang sebagai sajian wajib yang tidak boleh ditinggalkan. Salah satunya adalah kue keranjang yang diartikan sebagai kecukupan dan kekal dalam keluarga. Kue keranjang Selain itu, juga harus ada teh-liauw atau manisan yang menjadi simbol penghidupan yang manis dan lancar. Semuanya itu kemudian dilengkapi dengan kehadiran kue apam yang bagi tradisi Tionghoa diperlambangkan sebagai pengharapan. Artinya, segala apa yang mulanya kecil, lama-kelamaan menjadi besar dan berbunga-bunga kemerah-merahan seperti bagian permukaan kue apam tersebut. Sumber: www.sinarharapan.co/metropolitan/read/32292/glodok_plein__kue_apam_dan__gong_xi_fa_cai_
·tionghoa.org·
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai