Cerita Ji Chang Belajar Memanah dan Maknanya
Kejelekan Keluarga Jangan Dipublikasikan
Ada pepatah Tiongkok: “Kejelekan keluarga jangan dipublikasikan”
Apa maksudnya?
Tidak ada emas yang murni, tidak ada yang sempurna, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan dan memiliki kekurangan.
Jadi dalam sebuah keluarga, beberapa hal buruk terjadi, ini sangat normal dan tak terhindarkan.
Konfusius memiliki pepatah, “Ayah bersembunyi untuk putranya, dan putranya bersembunyi untuk ayahnya.”
Jika ada sesuatu yang buruk dalam keluarga, kamu harus menasihati secara pribadi, bersembunyi dari satu sama lain, dan tidak mempublikasikannya di mana-mana.
Meskipun hal ini mungkin tidak terlihat baik, tetapi karena sejalan dengan fitrah manusia, hal ini mencerminkan integritas manusia.
Jika kamu mengkhianati keluarga kamu sendiri atas nama kebenaran dan pemusnahan, itu benar secara teori, tetapi itu tidak manusiawi.
Siapa yang berani mempercayai kamu di masa depan?
Poin lainnya adalah jika kamu sering berbicara buruk tentang keluarga kamu kepada orang lain dan mempublikasikan skandal keluarga kamu, maka orang lain secara alami akan membenci keluarga kamu dan menertawakan kamu.
Kamu akan dipandang rendah oleh orang lain hanya karena kamu mengekspos kekurangan kamu.
Jika kamu bertemu dengan beberapa penjahat dengan niat buruk, mereka juga akan mengambil kesempatan untuk menghancurkan keluarga kamu, sehingga ia dapat mengambil keuntungan darinya.
Tidak hanya keluarga, tetapi juga masyarakat.
Orang dahulu mengajarkan kita untuk “menyembunyikan kejahatan dan mempromosikan kebaikan” kepada masyarakat dan orang banyak.
Ketika kita melihat hal-hal buruk pada orang lain, kita tidak mengatakannya, kita tidak mempublikasikannya di mana-mana, dan kita tidak memasukkannya ke dalam hati.
Ketika kita melihat orang baik dan perbuatan baik, kita memuji dan menyemangati mereka.
Hati manusia penuh dengan daging, dan tidak ada orang yang murni baik dan jahat.
Jika kamu melakukan ini, mereka yang tidak baik akan merasa malu ketika melihatnya, “Saya telah melakukan begitu banyak hal buruk, dan orang-orang dapat mentolerir dan memaafkan saya.
Saya melakukan sedikit kebaikan, dan orang-orang akan memuji saya.
Ini bisa menginspirasi seseorang.
Tentu saja, hanya karena tidak mempublikasikannya bukan berarti orang jahat tidak akan dihukum, dan mereka harus dihukum ketika mereka pantas mendapatkannya, tetapi hanya saja tidak mempublikasikannya di mana-mana.
Jika kamu menyebarkan perbuatan jahat orang lain di mana-mana, kamu mengajar semua orang untuk mengikuti contoh orang jahat, dan orang jahat akan mendapatkan pemikiran, “Begitu banyak orang telah melakukan hal-hal buruk, jadi saya bukan salah satu dari mereka”.
Orang yang berbuat baik akan berkecil hati, kehilangan kepercayaan, orang baik tidak mendapat pahala, orang jahat senang, dan berbuat baik menjadi tidak mungkin.
Oleh karena itu, tidak peduli keluarga atau masyarakat, perlu untuk mencapai “kejelekan keluarga jangan dipublikasikan”.
Namun tetap perlu diingat, tidaklah benar untuk menyembunyikan dan menutupi secara membabi buta.
Perlu untuk membujuknya pada waktu yang tepat untuk mengubah kejahatannya dan menjadi baik.
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Penguasaan Pengetahuan Butuh Waktu, Ketekunan, dan Kerja Keras
Alkisah, ada seorang ayah yang meminta putranya untuk mempelajari 3 peribahasa empat karakter setiap hari.
3 peribahasa dalam sehari, 30 peribahasa dalam sepuluh hari, 60 peribahasa dalam dua puluh hari, dan seterusnya.
Setelah bertahun-tahun, putranya dapat secara fasih dan fleksibel dalam menggunakan peribahasa empat karakter.
Kisah ini memberi tahu kita bahwa penguasaan pengetahuan adalah proses yang terakumulasi dari waktu ke waktu.
Selama kita terus mempelajari pengetahuan baru, tekun, dan bekerja keras, kita dapat mencapai kesuksesan.
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Xiao He (萧何) – Jangan Mencoba Mengungguli Penguasamu Dengan Prestasimu
Xiao He (Hanzi: 萧何,Pinyin: Xiāohé) mengenal Liu Bang (Hanzi: 刘邦, Pinyin: Liúbāng) ketika Liu Bang menjadi penjabat pengawas di Sishui.
Ia kemudian mengikuti Liu Bang dalam menaklukkan seluruh negeri.
Xiao He adalah orang yang mengatur kebijakan dan rencana besar yang dijalankan oleh Liu Bang.
Ia diangkat sebagai Perdana Menteri Pertama ketika Dinasti Han didirikan.
Sadar benar akan prinsip “Jangan mencoba mengungguli penguasamu dengan prestasimu”, Xiao He senantiasa bersikap hati-hati.
Ketika Liu Bang memimpin pasukannya dalam pertempuran empat tahun menghadapi kekuatan Xiang Yu di Hanzhong, Xiao He tinggal di Guanzhong untuk menjaga markas Liu Bang.
Takut Xiao He akan disukai oleh rakyat, Liu Bang mengirim salamnya dalam sebuah surat kepada Xiao He, memuji kesuksesannya dalam mengurus Guanzhong.
Untuk mengalihkan kecurigaan, Xiao He mengirimkan semua saudara dan kerabatnya yang mampu bertempur ke garis depan, mengatakan bahwa mereka semua ingin berpartisipasi dalam tindakan penyatuan negara dari Pangeran Han.
Alhasil, Liu Bang berhenti mencurigainya.
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Kue Beracun
Alkisah di Tiongkok terdapat 2 orang kakak-beradik
Mereka tinggal bersama Ayah dan Ibu.
Sang Kakak menanam pohon labu dan dengan rajin memeliharanya hingga tumbuh besar.
Suatu hari mereka mendengar kabar bahwa raja sedang sakit parah, tabib istana mengatakan bahwa labu kembar dapat menyembuhkan penyakit raja.
Maka diadakan sayembara, barang siapa yang memiliki labu kembar akan mendapat satu peti emas.
Sang Kakak segera memberitahu pada keluarganya.
Pada hari keberangkatan sang Kakak ke ibukota, Ibu memanggil si Adik ke dalam dapur, “Ada 2 potong kue, yang polos dan bergambar bunga. Berilah Kakakmu kue yang bergambar bunga, sebab Ibu telah memberi racun di dalamnya.”
“Kenapa Ibu ingin membunuh Kakak? Bukankah Ibu juga menyayangi Kakak?”
“Ibu memang menyayanginya, tapi kamu adalah anak yg paling Ibu sayangi. Ibu tidak rela bila Kakakmu mendapatkan emas itu, maka biarlah dia memakan kue beracun ini.”
Kemudian si Adik membawa kue itu ke Kakaknya,
“Adikku, tunggu Kakak ya, Kakak janji akan segera pulang dan membeli banyak oleh-oleh untukmu dari kota dan uang emas hadiahnya untuk kita bersama!”
Sang Adik terdiam, kemudian berkata pada Kakaknya, “Kakak, Ibu memberi kita berdua kue, makanlah, tetapi aku ingin kue yang bergambar bunga.”
Setelah itu si Adik dengan lahap memakan kue beracun itu.
Setelah kepergian Kakaknya, dia berkata pada Ibunya, “Ibu, kue beracun itu telah kumakan, Kakak sangat baik kepadaku, mana mungkin aku tega membunuhnya. Setelah aku mati, sayangilah dia seperti Ibu menyayangiku.”
Ibunya yang mendengarnya kemudian memeluknya, “Anakku, tidak ada racun sama sekali di kue bergambar bunga itu. Ibu hanya menguji rasa sayangmu pada Kakakmu, Ibu kuatir kamu menjadi iri dengan kemujuran Kakakmu jika dia membawa banyak harta”
“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat .”
Berjuanglah mengalahkan rasa iri pada sesama…
Semangat baca dan merenungi
Di Zhong Wen cukup dengan 4 huruf inti cerita tersebut:
兄友弟恭
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Belajar Dari Filosofi Kerang Mutiara
Kerang penghasil mutiara di lautan memang tidak punya kaki, tidak bisa bergerak, dan tidak bisa berenang. kerang terpaksa harus menjaga dirinya, dari apa yg masuk ke dalamnya, semua harus diproses dari kotoran, pasir dan debu pun mencemarinya, menyakitinya, dengan sabar membungkusnya selapis demi selapis. Semua proses pembentukan tidak seindah mutiara yang dihasilkan, namun melalui proses panjang ternyata semua itu menjadi mutiara yang terindah yang dimiliki oleh sebuah kerang.
Manusia juga sama, terkadang kita harus melewati pahit getirnya kehidupan, melewati banyak halangan, sakit hati, penderitaan, tetapi semua merupakan proses kematangan jiwa, proses pembelajaran, proses pelatihan kesabaran, yang pada waktunya nanti akan menjadi harga yang sangat berharga dengan nilai yang tiada taranya.
Memang segala sesuatu yang dikerjakan bila belum terasa hasilnya, dirasakan sangat lama, menguras semua tenaga dan pikiran. Tetapi bila waktunya tiba, kebahagiaan yang dirasakan dari setiap perjuangan, mampu menghilangkan semua beban dan penat di hati.
Tidak ada sesuatu yang muncul tanpa sebab. Yang penting selama ini perbuatan dan pikiran harus baik, dalam menerima hal-hal apapun, termasuk hal yang kurang baik. Harus ada filter dan saringan dalam mengolahnya yang bagus akan menjadi barang bagus, yang kurang bagus akan didaur ulang menjadi lebih bagus lagi.
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Feng Shui & Kita
Zhao Zi Hao seorang pengusaha sukses di Tiongkok.
Suatu ketika ia menghabiskan banyak uang membeli sebidang tanah di pinggiran kota dan membangun sebuah villa bertingkat tiga.
Di dalamnya ada kolam renang yang mengesankan dan sebatang pohon Lychee berusia seratus tahun di halaman belakang. Sebenarnya… dia membeli properti itu hanya karena pohon ini. Istrinya suka sekali makan buah lychee.
Selama renovasi, teman-temannya mendesaknya utk meminta pendapat seorang master fengshui.
Zhao Zi Hao sendiri tidak pernah percaya pada Fengshui namun cukup mengejutkan ketika dia setuju menghubungi seorang master feng shui dari Hong Kong.
Grand Master itu adalah Master Cao yang telah berpengalaman selama tiga puluh tahun dan sangat terkenal dalam dunia fengshui. Lalu Zhao Zi Hao mengantar sang Guru ke villanya di daerah pinggiran kota.
Sepanjang jalan.. ketika mobil di belakang mereka mencoba menyalip, Zhao Zi Hao melambat dan memberi jalan. Master Cao dengan tertawa berkomentar: “Big Boss Zhao, Anda benar-benar mengemudi dengan aman.”
Zhao Zhi Hao tertawa: “Biasanya orang yang menyalip memiliki beberapa masalah mendesak untuk diurus, jadi kita seharusnya tidak menahannya.”
Sesampainya di sebuah kota kecil, jalan semakin sempit sehingga Zhao Zi Hao memperlambat laju mobilnya. Seorang anak sambil tertawa tiba tiba melesat keluar dari sebuah gang dan saat anak itu berlari melintasi jalan, Zao menghentikan mobilnya. Lalu dia terus menunggu sambil menatap ke gang, seolah sedang menunggu sesuatu.
Dan betul saja… tiba-tiba seorg anak lain melesat keluar, mengejar anak tadi yang di depannya.
Master Zao terkejut dan bertanya: “Bagaimana Anda tahu akan ada anak lain yang mengikuti?”
Zhao Zi Hao mengangkat bahu: “Sebenarnya, anak-anak selalu mengejar satu sama lain dan tidak mungkin seorang anak berada dalam kegembiraan seperti itu tanpa teman bermain.”
Master Cao memberinya jempol besar dan tertawa terbahak-bahak: “Anda sangat perhatian sekali! ”
Sesampainya di Villa, mereka turun dari mobil. Tiba-tiba sekitar 7 – 8 burung berterbangan dari halaman belakang. Melihat hal itu, Zhao berkata kepada Master Cao: “Jika Anda tidak keberatan, tolong tunggu sebentar.”
“Ada apa?” Master Cao tercengang.
“Oh, tidak apa-apa hanya mungkin ada beberapa anak yang sedang mencuri lychee di halaman belakang. Jika kita masuk sekarang mungkin akan membuat mereka ketakutan. Jangan mengambil risiko sehingga menyebabkan ada anak yang mungkin akan jatuh dari Pohon Lychee.” Zhao menjawab dengan humor.
Master Cao terdiam beberapa saat sebelum berkata : “Sejujurnya, rumah ini tidak memerlukan evaluasi Fengshui lagi.”
Sekarang giliran Zhao yang terkejut: “Kenapa begitu?”
“Setiap tempat yang Anda miliki, secara alami telah menjadi properti dengan fengshui yang paling baik dan menguntungkan…”
“Kebaikan hati mengalahkan ilmu fengshui.”
Bila pikiran dan kebaikan hati kita memprioritaskan kedamaian dan kebahagiaan orang lain, yang beruntung bukan hanya orang lain, tetapi juga diri kita sendiri.
Bila seseorang memiliki kebaikan hati dan memperhatikan orang lain setiap saat, maka orang ini secara tidak sadar telah menjadi sumber energi positif.
Orang yang memiliki energi positif seperti ini sebenarnya adalah orang yang selalu mendahulukan segala sesuatu untuk manfaat orang banyak sebelum menjadi tercerahkan.
Nah itu pendapat master Cao untuk orang yang memiliki kebaikan hati. Mari kita hidup dengan penuh kebaikan hati dan kebajikan
Ada pepatah yang mengatakan :
“Jika kita berbuat baik, walaupun rejeki belum datang tetapi malapetaka sudah menjauh…
Jika kita berbuat jahat, walaupun malapetaka belum datang, tetapi rejeki sudah menjauh”
Mari belajar bersama seni kehidupan di universitas kehidupan kita ini, Art Of Life
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Filosofi Angin
Seekor monyet sedang nangkring di pucuk pohon kelapa.
Dia nggak sadar sedang diintip oleh tiga angin besar.
1. Angin Topan
2. Angin Tornado
3. Angin Bahorok
Tiga angin itu rupanya pada ngomongin, siapa yg bisa paling cepet jatuhin si monyet dari pohon kelapa.
Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik buat menjatuhkan monyet.
Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik, katanya.
Angin Bahorok senyum ngeledek dan bilang,15 detik juga jatuh tuh monyet.
Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju.
Angin Topan duluan, dia tiup sekencang-kencangnya, Wuuusss….. Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung pegang batang pohon kelapa, Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat, nggak jatuh-jatuh si monyet. Angin Topan pun nyerah.
Giliran Angin Tornado, Wuuusss…. Wuuusss… Dia tiup sekencang-kencangnya. Nggak jatuh juga tuh monyet. Angin Tornado juga nyerah.
Terakhir, Angin Bahorok. Lebih kencang lagi dia tiup. Wuuuss.. Wuuuss.. Wuuuss.. Si monyet malah makin kencang pegangannya. Nggak jatuh-jatuh.
Ketiga angin gede itu akhirnya ngakuin, si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya tahannya luar biasa.
Nggak lama, datang si Angin Sepoi-Sepoi.
Dia bilang mau ikutan jatuhin si monyet. Keinginan itu diketawain sama tiga angin lainnya. Yang gede aja nggak bisa, apalagi yang kecil.
Nggak banyak omong, Angin Sepoi-Sepoi langsung meniup ubun-ubun si monyet. Psssss… dengan lembut….
Enak banget. Adem… Seger… Riyep-riyep matanya si monyet. Nggak lama setelah itu ketiduranlah si monyet, dan kemudian terlepas lah pegangan tangannya….dan.. Alhasil, jatuhlah si monyet.
PESAN MORAL
Boleh jadi ketika kita sedang dalam Kesusahan
Dilanda Penderitaan
Didera Malapetaka
Kita kuat bahkan lebih kuat dari sebelumnya…
Tapi saat kita sedang dalam kondisi Nikmat, Senang, Melimpah, Kaya, Memiliki Kekuasaan dan Kejayaan
Disinilah Kejatuhan itu terjadi.
Jangan sampai kita terlena…terbuai..
Tetap rendah hati
Tetap mawas diri
Tetap sederhana
Tetap berbuat amal
Hati-hati dalam tindakan, perbuatan dan perkataan
Karena bukan Kritikan yang membuat kita Jatuh, tetapi Sanjungan dan Pujian
Inilah *Hikmah Filosofi Angin Sepoi Sepoi tsb*
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Domba vs Anjing
Domba vs Anjing
Pada jaman Tiongkok Kuno, ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu dan mempunyai anjing-anjing yang galak namun kurang terlatih.
Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar domba-domba petani.
Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak mau peduli.
Suatu hari anjing-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa domba, sehingga terluka parah.
Petani itu merasa tidak sabar dan memutuskan untuk pergi ke kota berkonsultasi pada seorang hakim.
Hakim itu mendengarkan cerita petani itu dan berkata: “Saya bisa saja menghukum pemburu itu, memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya, tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?”
Petani itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman.
“Baik, saya akan menawari anda sebuah solusi yang mana dapat menjaga domba-domba anda supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga anda tetap sebagai teman.”
Mendengar solusi pak hakim, petani itu setuju.
Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim.
Dia mengambil 3 domba terbaiknya dan menghadiahkannya pada 3 anak tetangganya itu. Mereka menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut.
Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya.
Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah mengganggu domba-domba pak tani.
Sebagai rasa terima kasih atas kedermawanan petani kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasil buruan kepada petani.
Sebagai balasannya, petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya.
Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.
Sebuah ungkapan Tiongkok Kuno mengatakan: “Cara terbaik untuk mengalahkan dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan.”