Found 29 bookmarks
Custom sorting
Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur
Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur
Festival Pertengahan Musim Gugur, Makan malam reuni Pertengahan Musim Gugur, Memandang dan menikmati keindahan bulan purnama, Minum anggur Osmanthus, Membuat dan menggantung lentera, Dan mengucapkan Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur (Hanzi: 中秋节快乐 ; Pinyin: zhōngqiū jié kuàilè). Artikel pertama muncul di: Tionghoa Indonesia - Budaya dan Tradisi Tionghoa Indonesia Pada: Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur
·tionghoa.org·
Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur
Tradisi Perayaan Festival Kue Bulan aka Festival Pertengahan Musim Gugur
Tradisi Perayaan Festival Kue Bulan aka Festival Pertengahan Musim Gugur
Ada banyak kegiatan Festival Pertengahan Musim Gugur berlangsung selama periode perayaan ini. Beberapa kegiatan Festival Pertengahan Musim Gugur yang paling populer dapat disimak sebagai berikut. Makan Kue Bulan Makan kue bulan aka mooncake adalah tradisi perayaan Festival Kue Bulan yang dilakukan oleh hampir setiap orang Tionghoa. Ada berbagai macam kue bulan dengan aneka varian isian. Aneka isian tersebut bisa berupa kenari, hawthorn, almond, wijen, biji teratai, kacang merah, jujube, buah-buahan, telur, dll. Awalnya kue bulan hanya sejenis makanan ringan dan digunakan untuk memuja dewi bulan. Lalu, secara bertahap memaknainya sebagai reuni keluarga dan menganggapnya sebagai makanan festival karena kue bulan berbentuk bulat, dan dibagikan untuk semua anggota keluarga. Memandang dan Menikmati Keindahan Bulan Purnama Dalam budaya Tiongkok, bulan purnama yang bulat penuh melambangkan berkumpulnya keluarga. Memandang bulan saat perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur menjadi aktivitas yang populer. Anggota keluarga yang tinggalnya berjauhan, dengan memandang bulan yang sama, menjadikannya seperti tidak ada jarak di antara mereka. Memuja Bulan Pemujaan bulan adalah ritual kerajaan kuno dan kegiatan Festival Pertengahan Musim Gugur Tiongkok yang penting, untuk berdoa agar bulan memberkati orang-orang. Ini adalah tradisi yang telah berusia 3000 tahun lebih. Pada malam Fetisval Pertengahan Musim Gugur, orang-orang menempatkan meja yang menghadap ke bulan, meletakkan kue bulan dan sesajian lainnya di atas meja, membuat permintaan dan mempersembahkan dupa ke bulan. Di akhir pemujaan, orang-orang membakar kertas khusus. Permintaan yang biasanya mereka buat adalah reuni keluarga, kebahagiaan, kesuksesan, dan kecantikan. Upacara pemujaan adalah untuk menunjukkan rasa hormat kepada dewi bulan. Makan Malam Reuni Pertengahan Musim Gugur Pada Festival Pertengahan Musim Gugur, semua anggota keluarga pulang ke rumah untuk mengadakan pesta keluarga besar, yang disebut makan malam reuni Pertengahan Musim Gugur. Mereka berbicara, minum, dan menikmati hidangan, buah-buahan, serta kue bulan. Ini benar-benar pertemuan keluarga yang menyenangkan. Minum Anggur Osmanthus Festival Pertengahan Musim Gugur adalah saat bunga osmanthus beraroma manis sedang bermekaran. Kemudian secara secara bertahap mengaitkan osmanthus dengan festival dan mengembangkan beberapa tradisi perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur, yakni minum anggur osmanthus. Anggur Osmanthus terbuat dari osmanthus dan anggur beras berkualitas tinggi, berwarna kuning muda dengan aroma osmanthus yang khas. Rasanya manis, asam dan lembut, dan memiliki rasa unik mirip dengan anggur. Dikatakan orang yang minum anggur osmanthus pada malam festival akan menikmati hidup lebih lama. Membuat dan Menggantung Lentera Ini adalah kegiatan Festival Pertengahan Musim Gugur favorit untuk anak-anak yang populer di Guangzhou dan Hong Kong. Pada hari itu, anak-anak menggunakan kertas bambu untuk membuat lentera, dan menggantung lentera di tiang yang didirikan tinggi. Orang tua mereka membantu mereka untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Anak-anak bersaing satu sama lain untuk melihat lentera mana yang menggantung lebih tinggi, dan lentera siapa yang paling halus. Selama festival, orang-orang di beberapa daerah di Tiongkok selatan juga memasang lentera Kongming, yaitu lentera persegi besar yang dibuat dengan kertas. Lilin dibakar di dalam lentera, dan panasnya membuatnya naik ke langit. Selain itu, ada berbagai model lampion untuk dimainkan anak-anak. Mengirim Pesan dan Ucapan Perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur Kepada Mereka yang Jauh Pada perayaan ini orang akan mengirim pesan dan ucapan perayaan ke teman, kerabat, atau orang yang jauh. Ini juga merupakan cara yang baik untuk mencairkan suasana jika belum memulai percakapan melalui telepon. . Memberikan Hadiah Selama perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur orang-orang akan melakukan kunjungan singkat ke teman atau kerabat, membawa hadiah bersama mereka. Biasanya mereka berangkat sebelum jam makan malam. Ini adalah saat yang tepat untuk lebih dekat dengan teman dan kerabat. Hadiah yang paling populer dan umum adalah kue bulan dan buah. Bernyanyi Bersama Keluarga Aktivitas Festival Pertengahan Musim Gugur yang menyenangkan dan paling mudah lainnya saat reuni keluarga adalah bernyanyi bersama keluarga. Sajikan beberapa kue bulan dan nikmati malam Pertengahan Musim Gugur yang sempurna. Lagu yang paling cocok untuk dinyanyikan saat perayaan festival pertengahan musim gugur diantaranya adalah Yue Liang Dai Biao Wo De Xin (月亮代表我的心) , Wan Wan De Yue Liang (弯弯的月亮), Dan Yuan Ren Chang Jiu (但愿人长久) , Cheng Li De Yue Guang (城裡的月光), dan Wo Men De Yue Liang Yi Ding Yuan (我们的月亮一定圆) Artikel pertama muncul di: Tionghoa Indonesia - Budaya dan Tradisi Tionghoa Indonesia Pada: Tradisi Perayaan Festival Kue Bulan aka Festival Pertengahan Musim Gugur
·tionghoa.org·
Tradisi Perayaan Festival Kue Bulan aka Festival Pertengahan Musim Gugur
Kue Bulan (月饼) Melambangkan Reuni Keluarga
Kue Bulan (月饼) Melambangkan Reuni Keluarga
Kue bulan (Hanzi: 月饼, Pinyin: Yuèbǐng) biasanya berukuran diamteter sekitar 5 hingga 10 cm dan ketinggian hingga 5 cm. Kebanyakan kue bulan memiliki kulit pastry yang membungkus isian yang manis dan padat. Kue bulan biasanya dimakan dalam irisan kecil selama festival, dan dibagikan kepada anggota keluarga. Pada umumnya disajikan dengan teh. Dalam budaya Tionghoa, bentuk bundar dan bulat melambangkan kelengkapan dan kebersamaan. Bulan purnama melambangkan kemakmuran dan reuni bagi seluruh keluarga. Kue bulan dengan bentuknya yang bundar melengkapi bulan panen di langit malam saat Festival Pertengahan Musim Gugur. Kue bulan bukan hanya makanan. Ini adalah tradisi budaya yang mendalam di lubuk hati orang Tionghoa, melambangkan perasaan spiritual. Pada Festival Pertengahan Musim Gugur, orang-orang makan kue bulan bersama keluarga, atau mempersembahkan kue bulan kepada kerabat atau teman, untuk mengungkapkan cinta dan harapan terbaik. Artikel pertama muncul di: Tionghoa Indonesia - Budaya dan Tradisi Tionghoa Indonesia Pada: Kue Bulan (月饼) Melambangkan Reuni Keluarga
·tionghoa.org·
Kue Bulan (月饼) Melambangkan Reuni Keluarga
Perbedaan Festival Hantu (鬼节) dan Halloween
Perbedaan Festival Hantu (鬼节) dan Halloween
Tidak peduli Timur atau Barat, ketakutan dan pemujaan terhadap hantu telah ada sejak zaman kuno. Dalam budaya Tionghoa, “Hantu” adalah tabu, kematian adalah tabu. Orang tidak terbiasa bercanda dengan “hantu”, mereka juga tidak terbiasa hidup “hantu”. Festival Hantu (Hanzi: 鬼节, Pinyin: Guǐ jié) disebut juga Festival Hantu Lapar (Hanzi: 饿鬼节, Pinyin: È guǐ jié), adalah sebuah tradisi perayaan dalam kebudayaan Tionghoa. Festival ini juga sering disebut Festival Zhongyuan (Hanzi: 中元, Pinyin: Zhōng yuán). Perayaan ini jatuh pada tanggal lima belas bulan tujuh penanggalan imlek. Bulan ketujuh imlek juga dikenal sebagai Bulan Hantu, di mana ada kepercayaan bahwa dalam kurun waktu satu bulan ini, pintu alam baka terbuka dan hantu-hantu di dalamnya dapat bersuka ria berpesiar ke alam manusia. Demikian halnya sehingga pada pertengahan bulan tujuh penanggalan imlek diadakan perayaan dan sembahyang sebagai penghormatan kepada hantu-hantu tersebut. Tradisi ini sebenarnya merupakan produk masyarakat agraris pada zaman dahulu yang bermula dari penghormatan kepada leluhur serta dewa-dewa supaya panen yang biasanya jatuh di musim gugur dapat terberkati dan berlimpah. Di negara-negara Barat, Halloween adalah festival yang dirayakan secara luas. Bahkan demi menambah kemeriahan dan suasana festival yang menarik, anak-anak dihimbau untuk tidak takut dengan hantu sejak kecil. Bahkan pria dan wanita tua, mereka mungkin berdandan sebagai “hantu” untuk bermain. Halloween berasal dari festival bangsa Celtic kuno, yaitu festival Samhain, merayakan tahun baru mereka pada 1 November. Mereka percaya bahwa pada malam sebelum tahun baru, batas antara dunia orang hidup dan orang mati menjadi kabur. Oleh karenanya, pada malam 31 Oktober mereka merayakan Samhain, ketika diyakini bahwa roh orang mati kembali ke bumi. Selain menyebabkan masalah dan merusak tanaman, kehadiran roh dari dunia lain konon dapat membantu pendeta Celtic untuk meramal masa depan. Untuk memeringati peristiwa itu, pendeta Celtic akan membuat api unggun yang besar, di mana orang-orang akan berkumpul untuk membakar tanaman dan hewan sebagai persembahan kepada dewa mereka. Selama perayaan berlangsung, mereka mengenakan kostum yang biasanya berupa kepala dan kulit binatang, untuk mengusir para hantu. Setelah perayaan berakhir, bangsa Celtic akan menyalakan kembali perapian untuk melindungi mereka selama musim dingin yang akan datang. Dengan berlalunya waktu, makna Halloween di Barat secara bertahap menjadi festival yang lucu dan tidak mengerikan. Festival Hantu Tionghoa berbeda dari Halloween. Halloween modern hampir menjadi karnaval, yang dengan sendirinya tidak memiliki fungsi untuk mengenang leluhur, sedangkan Festival Hantu Tionghoa aka Festiva Zhongyuan, lebih serius dan berbakti, serta memiliki banyak pantangan. Festival Hantu berasal dari kebajikan tradisional berbakti. Pada tanggal lima belas bulan tujuh penanggalan imlek, masyarakat Tionghoa membakar uang kertas untuk memberi penghormatan kepada leluhur yang telah pergi lebih awal. Hal ini ditujukan untuk mengungkapkan kerinduan mereka kepada orang yang mereka cintai. Meskipun metode pengorbanannya sederhana, pada dasarnya mempertahankan makna sederhana dari Festival Hantu. Yakni ingat akan kekerabatan, keterikatan perasaan, dan pengingat masa depan seseorang, Festival Hantu diberkahi dengan konotasi humanistik yang kaya. The post Perbedaan Festival Hantu (鬼节) dan Halloween first appeared on Tionghoa Indonesia .
·tionghoa.org·
Perbedaan Festival Hantu (鬼节) dan Halloween
Aturan Perceraian Dalam Pernikahan Tiongkok Kuno – Qi Chu San Bu Qu (七出三不去)
Aturan Perceraian Dalam Pernikahan Tiongkok Kuno – Qi Chu San Bu Qu (七出三不去)
Pada zaman Tiongkok kuno, ada kondisi standar untuk perceraian. Ketika seorang pria mengusulkan perceraian, standar Qi Chu (Hanzi: 七出, Pinyin: Qī chū) harus dipenuhi. Dan ketika seorang wanita menolak untuk pergi, ada juga standar San Bu Qu (Hanzi: 三不去, Pinyin: Sān bù qù) digunakan sebagai referensi. Qi Chu (Hanzi: 七出, Pinyin:qī chū) mengacu pada ketidaktaatan kepada orang tua, tidak memiliki anak, selingkuh, kecemburuan, penyakit, banyak bicara, dan pencurian. Tujuh poin Ini berasal dari Kitab Ritus Dadai dari Dinasti Han (Hanzi: 汉代《大戴礼记》, Pinyin: Hàndài “Dà dài lǐ jì “). Sedangkan San Bu Qu (Hanzi: 三不去, Pinyin: Sān bù qù) meliputi istri tidak punya tempat untuk pulang, istri telah berkabung selama tiga tahun, istri yang mempunyai suami miskin dan rendah yang kemudian menjadi kaya. Berikut adalah penjelasan Qi Chu (Hanzi: 七出, Pinyin: Qī chū) 1. Ketidaktaatan kepada orang tua Menghormati orang tua adalah konsep moral paling dasar di zaman kuno. Setelah anak laki-laki menikah, kesalehan anak ini meluas ke menantu perempuan. Ketika seorang wanita akan menikah, orang tuanya akan berulang kali mengingatkannya bahwa dia harus berbakti kepada mertuanya ketika dia menikah. Definisi berbakti pada zaman dahulu masih sangat berbeda dengan definisi sekarang. Kitab Ritus mencatat sikap menantu perempuan untuk melayani mertuanya, dan patuh serta hormat adalah standar minimal. Ada banyak kasus dalam sejarah perceraian suami karena tidak berbakti kepada mertua. Misalnya, istri Zeng Zi, seorang pemikir besar, memberi ibu mertuanya buah pir yang tidak dimasak, Zeng Zi menceraikannya karena ini. Terlebih lagi, terlepas dari kesalahan istri atau tidak, mertua tidak menyukai menantunya, yang juga dapat digunakan sebagai alasan perceraian. Misalnya, penyair besar Lu You dan istrinya tidak memiliki masalah dalam hubungan mereka, tetapi karena istrinya tidak disenangi oleh ibu mertuanya, Lu You tidak punya pilihan selain mendorong istri tercintanya keluar dari rumah. 2. Ketiadaan anak Dalam masyarakat patriarki, tujuan penting menikahi seorang istri adalah untuk mewariskan garis keturunan. Di bawah dominasi pemikiran Mencius bahwa “Ada tiga jenis kesalehan tidak berbakti, dan tidak ada keturunan yang terbesar”, dianggap bahwa pernikahan antara suami dan istri perlu dibubarkan jika pernikahan tersebut tidak memiliki anak. Orang dahulu sangat otokratis dalam menilai tanggung jawab tidak memiliki anak. Kebanyakan orang secara sepihak meletakkan tanggung jawab pada istri mereka, dan istri yang bersalah secara alami akan menanggung konsekuensinya. Saat itu, perempuan tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dan bergantung pada laki-laki untuk bertahan hidup. Untuk bertahan hidup, seorang wanita yang cerdas melihat bahwa dia tidak dapat melahirkan anak untuk suaminya, sehingga dia akan mengambil inisiatif untuk mengambil selir untuk suaminya. 3. Perilaku selingkuh Orang dahulu sangat menghargai kesucian wanita. Wanita yang melanggar moralitas wanita pasti akan diberhentikan oleh pria. Jika istri berperilaku tidak tertib dan melakukan maksiat, maka akan menodai kesucian darah keluarga. Mencius menceraikan istrinya karena dia membenci perilaku istrinya yang tidak etis. Dalam hukum kuno, wanita yang melarikan diri dengan kekasihnya karena selingkuh akan dihukum berat. Hukum Tang menetapkan bahwa istri dan selir yang kawin lari dihukum dua tahun penjara, dan pengulangan kejahatan pernikahan kembali akan ditambahkan hukumannya. Hukum dinasti Ming dan Qing menetapkan bahwa seorang istri yang meninggalkan suaminya dan melarikan diri harus menerima pukulan seratus batang. Ini sebenarnya hukuman yang sangat berat. Walau bisa bertahan dari tongkat, vitalitas akan sangat rusak. Wanita yang menikah lagi tanpa izin langsung dihukum gantung. 4. Kecemburuan Dalam masyarakat feodal, pria berstatus umumnya memiliki banyak istri dan selir. Ada banyak wanita dalam keluarga, jadi cemburu tidak bisa dihindari. Beberapa wanita cemburu dan menyebabkan masalah, yang menyebabkan banyak konflik keluarga, bukan kedamaian, dan bahkan perpecahan keluarga. Dengan alasan ini, suami dapat menceraikannya. 5. Menderita penyakit serius Pada saat itu yang dimaksud dengan penyakit serius adalah penyakit menular seperti kusta. Wanita dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam pengorbanan leluhur yang diadakan di dalam keluarga, sehingga suami dapat menceraikan istrinya. 6. Terlalu banyak bicara Terlalu banyak bicara memiliki dua arti. Pertama, bahwa istri banyak berbicara atau suka bergosip tentang orang lain, dan diduga mengatakan benar dan salah. Ini adalah persyaratan sistem ritual kuno, dimana wanita harus anggun dan tenang. Kedua, wanita dengan senioritas yang lebih rendah dalam keluarga tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam urusan keluarga dan tidak boleh terlalu banyak mengungkapkan pendapat. Hal ini merupakan manifestasi dari rendahnya status perempuan pada zaman dahulu. 7. Penggunaan pribadi milik keluarga Saat itu, istri tidak berhak untuk menggunakan harta dalam keluarga, tanpa izin suami dan mertuanya, penggunaan pribadinya dianggap sebagai pencurian. Status perempuan dalam keluarga rendah, dan laki-laki berada pada posisi dominan. Kepemilikan harta keluarga adalah milik suami. Seorang pria harus memiliki salah satu dari tujuh poin ini untuk membatalkan pernikahan dengan seorang wanita. Qi Chu ini adalah produk patriarki dan konsep kekuasaan suami yang sebenarnya melindungi kepentingan laki-laki dan keluarganya dalam hal pewarisan leluhur, etika keluarga, dan tatanan hierarkis, sedangkan perempuan adalah ditempatkan pada posisi tertindas. Di zaman kuno, istri dapat menggunakan tiga hal untuk kembali ke suami mereka. Qi Chu memberi seorang pria legalitas untuk menceraikan istrinya. Tetapi ada juga tiga larangan / San Bu Qu untuk membatasi perilaku bandel pria dan mencegah pria menceraikan istri mereka sesuka hati. San Bu Qu (Hanzi: 三不去, Pinyin: Sān bù qù) terdiri dari tiga hal. Pertama ,  istri yang tidak punya tempat untuk pulang, tidak diperbolehkan untuk bercerai . Jika orang tua istri sudah meninggal, suami tidak dapat meminta istrinya untuk berpisah. Kedua , istri yang telah berbakti kepada ayah atau ibu suaminya selama tiga tahun tidak dapat diceraikan. Tingkah laku istri dianggap sebagai bakti yang besar. I Ketiga , seorang suami tidak dapat menceraikan istrinya setelah ia kaya . Sebelum suami menikahi istrinya, dia dalam kondisi miskin. Setelah perjuangan keras, lingkungan keluarga membaik. Keduanya harus hidup bahagia. Pada saat ini, suami tidak diizinkan untuk menceraikan istrinya. The post Aturan Perceraian Dalam Pernikahan Tiongkok Kuno – Qi Chu San Bu Qu (七出三不去) first appeared on Tionghoa Indonesia .
·tionghoa.org·
Aturan Perceraian Dalam Pernikahan Tiongkok Kuno – Qi Chu San Bu Qu (七出三不去)
Hal Tabu Pemakaman Adat Tionghoa
Hal Tabu Pemakaman Adat Tionghoa
Apakah kamu tahu apa yang harus dan tidak boleh dilakukan di pemakaman adat Tionghoa? Orang Tionghoa memiliki sejarah yang kaya yang penuh dengan tradisi, yang sebagian besar masih bertahan di Zaman modern Lalu, apa saja hal tabu atau yang sama sekali tidak boleh dilakukan di pemakaman adat Tionghoa? Hindari Warna Cerah Diyakini bahwa hitam dan putih adalah warna berkabung sedangkan warna cerah dapat melambangkan suasana hati yang tidak sesuai untuk berkabung. Jadi jangan pernah memakai pakaian berwarna cerah ke pemakaman adat Tionghoa Jangan Ucapkan Terima Kasih Orang Tionghoa percaya bahwa tidak ada yang perlu disyukuri dalam hal kematian. Hindari Memberikan Ucapan Sampai Jumpa (Hanzi: 再见, Pinyin: Zàijiàn) Dipercaya bahwa jika mengucapkan sampai jumpa kepada almarhum, dia akan kembali dan mencari kamu. Jangan Melihat Peti Mati Saat Ditutup Ketika pengurus menutup peti mati saat pemakaman, orang-orang akan diinstruksikan untuk tidak melihat peti mati. Diyakini bahwa jika melihat peti mati saat ditutup, jiwa tidak dapat pergi dengan damai. Hindari Kucing Diyakini bahwa jika kucing melompati peti mati, mayatnya akan melompat keluar dari peti mati. Anggota keluarga yang lebih muda biasanya ditugaskan untuk memastikan tidak ada kucing di dekat area tersebut. The post Hal Tabu Pemakaman Adat Tionghoa first appeared on Tionghoa Indonesia .
·tionghoa.org·
Hal Tabu Pemakaman Adat Tionghoa
Tradisi Pemakaman Adat Tionghoa
Tradisi Pemakaman Adat Tionghoa
Pemakaman adat Tionghoa penuh dengan keindahan dan tradisi yang khidmat. Tradisi ini menampilkan rasa hormat dan penghargaan terhadap peninggalan budaya. Adat dapat bervariasi menurut geografi, agama, usia, status sosial, dan penyebab kematian. Namun, semua pemakaman tradisional Tiongkok mencakup unsur-unsur tertentu dan mengikuti etiket selama kunjungan, aturan berpakaian, dan warna. Orang Tionghoa percaya bahwa adat dan tradisi pemakaman harus diikuti dengan sangat ketat atau nasib buruk akan menimpa keluarga. Secara tradisional, keluarga Tionghoa menyelenggarakan upacara pemakaman untuk orang yang mereka cintai dengan megah, karena pemakaman yang megah membantu menentukan status dalam masyarakat. Keluarga memainkan peran kunci dalam mengatur pemakaman. Mereka bisa saja meminta bantuan seorang biarawan, imam atau anggota pendeta lain yang mencerminkan tradisi keagamaan keluarga. Masa berkabung tradisional adalah satu tahun, dan untuk putra sulung hingga tiga tahun, meskipun keluarga Tiongkok modern menerapkan jangka waktu 49 hari. Selama waktu itu, keluarga berdoa untuk orang yang mereka cintai setiap minggu. Sebelum pemakaman Ketika orang yang dicintai meninggal, ada banyak pengaturan yang harus dibuat. Hal pertama yang mungkin dilakukan keluarga Tionghoa adalah menghubungi ahli feng shui (Hanzi: 风水, Pinyin: fēngshuǐ) untuk memilih hari dan waktu pemakaman orang yang mereka cintai. Jika kuburan belum dipilih, mereka akan meminta ahli feng shui untuk membantu mereka memilih properti pemakaman dengan mempertimbangkan lokasi dan orientasi. Sudah umum bagi keluarga Tionghoa untuk menghormati orang yang mereka cintai dengan kunjungan tiga hari sebelum pemakaman. Orang yang dicintai akan mengenakan pakaian terbaiknya atau jubah pemakaman putih tradisional. Hanya orang-orang terkasih yang hidup sampai usia 80 tahun atau lebih yang dapat mengenakan pakaian merah atau pakaian berwarna-warni lainnya. Hari pemakaman Pada akhir periode kunjungan, peti mati ditutup. Jika ada anggota keluarga yang hadir, mereka akan membelakangi karena percaya bahwa arwah orang-orang yang melihat peti mati ditutup akan terperangkap di peti mati. Demikian juga, saat pemakaman, keluarga dan teman-teman memunggungi peti mati saat diturunkan ke dalam liang kubur. Bunga pemakaman Bunga krisan putih atau kuning paling sering digunakan untuk pemakaman adat Tionghoa, karena krisan putih melambangkan kesedihan. Namun, untuk orang yang hidup sampai usia 80 tahun atau lebih, bunga berwarna merah dipilih. Selama masa kunjungan sebelum pemakaman dan saat pemakaman akan ada banyak karangan bunga besar. Wanita dalam keluarga sering memakai bunga duka di rambut mereka . Warnanya tergantung pada hubungannya dengan orang yang dicintai: Putih–istri, anak perempuan, menantu perempuan Hijau–cucu Biru–cicit Merah–cicit-cicit Membakar dupa dan kertas joss Keluarga yang berduka dapat membakar dupa (Hanzi: 香, Pinyin: xiāng), selama upacara pemakaman. Mereka juga dapat membakar kertas joss, (Hanzi: 香纸, Pinyin: xiāng zhǐ), juga dikenal sebagai uang hantu atau roh, meskipun sering juga berupa rumah kertas, mobil, dan benda lainnya. Tradisi membantu memastikan bahwa orang yang dicintai akan memiliki hal-hal yang mereka butuhkan untuk merasa nyaman di akhirat. Keluarga juga dapat membakar dupa atau uang kertas joss pada upacara pemakaman dan setelah kembali ke makam beberapa hari kemudian. Hadiah uang untuk keluarg a Tamu pemakaman Tionghoa dapat untuk memberikan uang keluarga yang berduka, (Hanzi: 奠儀, Pinyin: diàn yí), pada saat pemakaman atau satu hari sebelumnya. Uang dimasukkan dalam amplop putih, diberikan kepada anggota keluarga atau dimasukkan ke dalam kotak sumbangan. Orang yang memberikan hadiah dapat menulis namanya di amplop atau membiarkannya kosong. Setelah upacara pemakaman Setelah peti mati orang yang dicintai diturunkan ke tanah atau dibawa ke krematorium, kebaktian berakhir. Keluarga akan membagikan kepada para tamu amplop merah dengan koin di dalamnya untuk memastikan mereka kembali ke rumah dengan selamat. Keluarga juga dapat memberi tamu sepotong permen yang harus dikonsumsi pada hari itu dan sebelum pulang. Sebuah sapu tangan juga dapat diberikan. Amplop dengan koin, manisan, dan sapu tangan tidak boleh dibawa pulang. Satu item terakhir, seutas benang merah, dapat diberikan. Benang merah harus dibawa pulang dan diikatkan pada kenop pintu depan rumah tamu untuk mengusir roh jahat. Apa yang harus dikenakan ke pemakaman Tionghoa? Secara tradisional, keluarga dan tamu pemakaman Tionghoa mengenakan pakaian goni putih dan coklat polos. Anak laki-laki atau menantu laki-laki akan mengenakan ban lengan hitam. Jika orang yang dicintai meninggal secara alami pada usia 80 tahun atau lebih, acara pemakaman adalah perayaan umur panjang, dan para tamu dapat mengenakan pakaian merah muda atau merah untuk menunjukkan kebahagiaan mereka. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Tradisi Pemakaman Adat Tionghoa
Tanggal Baik Pernikahan Adat Tionghoa
Tanggal Baik Pernikahan Adat Tionghoa
Salah satu tradisi Tionghoa penting yang perlu diperhatikan pasangan saat merencanakan pernikahan mereka adalah memilih tanggal pernikahan yang menguntungkan. Bagi orang Tionghoa, memiliki tanggal pernikahan yang tepat adalah hal penting karena memainkan peran besar dalam pernikahan yang dimiliki. Memilih tanggal yang salah diyakini dapat menyebabkan masalah pernikahan, bahkan pernikahan yang gagal. Banyak pasangan mencari bantuan dari master pernikahan Tionghoa. Berikut adalah beberapa hal penting untuk diingat ketika memilih tanggal pernikahan adat Tionghoa. Meskipun diketahui bahwa laki-laki adalah yang sangat dihormati dalam tradisi Tiongkok, dalam hal pernikahan dan memilih tanggal pernikahan, wanita dianggap yang pertama. Secara umum, tanggal lahir pengantin wanita dilihat terlebih dahulu dan dipertimbangkan terlebih dahulu, diikuti oleh pengantin pria dan anggota keluarga lainnya. Pepatah Tiongkok (子靠出生時.女靠行嫁年) (Zi kào chūshēng shí. Nǚ kào xíng jià nián) yang terkenal mengatakan, “Seorang pria dapat memiliki kehidupan yang lebih baik tergantung pada tanggal lahirnya, sedangkan seorang wanita dapat memiliki kehidupan yang lebih baik tergantung pada tanggal pernikahannya.” Oleh karena itu, pentingnya memilih tanggal keberuntungan untuk pernikahan sangat bergantung pada bagaimana hubungannya dengan wanita. Tentu saja, yang terbaik adalah memilih tanggal yang baik untuk berdua, misalnya hari-hari dengan “Tian Yi Gui Ren”. (Hanzi: 天乙贵人 , Pinyin: Tiān yǐ guìrén) Gui Ren adalah dewa Tiongkok, seperti pengubah hidup, yang berarti ini akan menjadi tanggal yang baik dan mengubah hidup pasangan pengantin berdua. Tanggal apa pun yang terkait dengan pemakaman, mungkin kematian anggota keluarga di masa lalu, adalah nasib buruk. Tanggal pernikahan tidak boleh jatuh pada tanggal yang sama atau dalam waktu 3 bulan. Demikian pula, tanggal apa pun yang terkait dengan “hantu” seperti “bulan hantu”, harus dihindari. Bulan-bulan hantu yang harus dihindari adalah Maret dan Juli pada kalender lunar karena Festival Qingming (Hanzi: 清明节, Pinyin: Qīngmíng jié) dan Festival Hantu Lapar (Hanzi: 鬼节, Pinyin: Guǐ jié) yang semuanya merupakan festival “hantu”, berlangsung pada bulan-bulan ini. Ada juga tanggal tabu tradisional yang harus dihindari. Ini adalah hari lunar ke-3, 13, 18, 22 dan 27 di setiap bulan. Tanggal-tanggal tersebut juga dikenal sebagai hari-hari buruk “San Niang Sha Ri” (Hanzi: 三娘煞日, Pinyin: Sān niáng shā rì). Menurut legenda Tiongkok, Dewa Pernikahan menolak untuk menarik tali sutra untuk Sanniang, sehingga dia tidak bisa menikah. Sebagai balas dendam, ia sering menentang Dewa Pernikahan dan merusak pernikahan pasangan baru pada tanggal 3, 7, 13, 18, 22, dan 27 setiap bulannya. Oleh karena itu, tanggal-tanggal tersebut tidak disarankan menjadi tanggal pernikahan. Jika berpikir untuk mengadakan upacara pernikahan dan jamuan pernikahan pada tanggal yang sama, maka hanya perlu memilih satu tanggal keberuntungan. Tetapi jika akan mengadakan upacara dan perjamuan pada tanggal pernikahan yang berbeda, harus memilih 2 tanggal keberuntungan untuk keduanya. Jika ini tidak memungkinkan, karena satu dan lain alasan, maka tanggal perjamuan tradisional harus jatuh pada hari yang baik karena ini dianggap sebagai tanggal pernikahan asli atau tanggal pernikahan resmi berdasarkan tradisi Tiongkok. Menurut Zodiak Tiongkok, tanda-tanda tertentu saling bertentangan, misalnya, Tikus dan Kuda, Sapi dan Domba, Harimau dan Monyet, Kelinci dan Ayam, Naga dan Anjing, Ular dan Babi, adalah tanda-tanda binatang yang saling bertentangan. Untuk tanggal pernikahan, hindari tanggal tanda yang saling bertentangan. Jadi jika berada di bawah tanda Tikus, harus menghindari hari Kuda. Hal ini dapat diperiksa pada Almanak Tionghoa untuk detailnya. Terakhir, pastikan untuk memeriksa tanggal keberuntungan yang dinyatakan pada tahun kalender. Ini biasanya tersedia di awal tahun. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Tanggal Baik Pernikahan Adat Tionghoa
Tradisi Upacara Minum Teh Pernikahan Tionghoa
Tradisi Upacara Minum Teh Pernikahan Tionghoa
Meskipun pernikahan telah dimodernisasi dan mengikuti lebih banyak tren dari budaya Barat, upacara minum teh pernikahan Tionghoa di masa sekarang masih tetap menjadi tradisi pernikahan paling signifikan yang harus dilalui setiap pasangan ketika mereka menikah. Merencanakan upacara minum teh yang tepat dan melalui semua langkah dapat membutuhkan sedikit pekerjaan terutama dengan semua detail dari setiap tradisi. Apa pentingnya upacara minum teh dalam pernikahan Tionghoa? Upacara minum teh adalah cara yang penting bagi pengantin untuk menghormati dan menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada orang tua mereka untuk semua tahun pengasuhan dan cinta. Pada gilirannya, keluarga akan mengungkapkan berkah bagi pengantin baru saat mereka memulai pernikahan sebagai suami istri. Upacara minum teh juga melambangkan bahwa kedua mempelai secara resmi menjadi bagian dari keluarga besar yang baru. Selama upacara, pengantin akan menyapa kerabat dengan gelar baru mereka sambil menyajikan teh untuk mereka. Kapan dan di mana upacara minum teh berlangsung? Upacara minum teh biasanya diadakan sebelum pernikahan yakni pada tanggal pertunangan yang menguntungkan, atau pada hari pernikahan di rumah masing-masing pasangan. Secara tradisional, upacara minum teh untuk keluarga pengantin pria biasanya dilakukan pada pagi hari setelah pengantin pria menjemput pengantin wanita pulang ke tempatnya. Kemudian upacara minum teh untuk pihak pengantin wanita dilakukan pada sore hari setelah ia pulang dari tempat pengantin pria. Disarankan untuk memeriksa dengan sesepuh dari kedua keluarga di awal perencanaan untuk memastikan apakah mereka memiliki preferensi pada waktu upacara dan siapa yang dilayani terlebih dahulu. Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk upacara minum teh? Hal-hal yang perlu dipersiapkan tentu saja teh. Teh Tiongkok seperti Pu’er, Tieguanyin atau teh melati dapat digunakan. Dua biji teratai dan kurma merah dapat ditambahkan ke dalam setiap cangkir, karena dikatakan membawa kesuburan dan keturunan bagi pasangan tersebut. Untuk upacara teh ini bisa menggunakan set perlengkapan teh mahar pengantin wanita. Jika memiliki keluarga yang lebih besar, pastikan telah menyiapkan cangkir yang cukup untuk semua orang. Juga dibutuhkan dua bantal merah, satu untuk pengantin pria dan satu lagi untuk pengantin wanita. Bantl ini diperlukan untuk berlutut saat menyajikan teh. Bagaimana prosedur upacara minum teh? Pasangan harus berlutut sambil menyajikan teh kepada orang yang lebih tua. Pengantin pria harus di sebelah kanan dengan pengantin wanita di sisi kirinya. Penatua laki-laki harus duduk di depan pengantin pria sedangkan penatua perempuan harus duduk menghadap pengantin wanita. Disarankan untuk memiliki “perempuan keberuntungan”, atau pengiring pengantin, dan dua pengiring pengantin untuk membantu selama upacara minum teh. Satu orang memegang teh dan hadiah di piring saji sementara yang lain menyerahkan teh. Orang lain dapat berdiri di belakang untuk memastikan selalu ada cukup teh hangat untuk mengisi ulang teko teh kecil. Setelah semuanya siap, kedua mempelai akan mulai menyajikan teh kepada kerabatnya sesuai urutan senioritas. Biasanya ini dimulai dengan orang tua terlebih dahulu, diikuti oleh kakek-nenek, paman dan bibi, saudara yang lebih tua, dan kemudian sepupu yang lebih tua. Namun, beberapa keluarga lebih suka menyajikan teh kepada kakek-nenek terlebih dahulu dan kemudian orang tua mereka. Pengantin pria adalah yang pertama menyajikan teh dan kemudian pengantin wanita mengambil gilirannya. Mereka harus melayani ayah dan kemudian ibu. Untuk setiap pasangan yang dilayani, harus ada empat cangkir teh di atas nampan teh. Selalu sajikan cangkir teh dengan kedua tangan dan sapa mereka dengan sebutan resmi mereka dalam keluarga. Setelah minum teh, orang tua akan memberikan hadiah berupa angpao atau perhiasan kepada pasangan tersebut. Pada saat yang sama, mereka akan memberikan kata-kata berkah dan menempatkan perhiasan pada pasangan pengantin. Upacara minum teh selesai ketika pasangan pengantin telah menyajikan teh kepada semua kerabat dari kedua keluarga. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Tradisi Upacara Minum Teh Pernikahan Tionghoa
Tradisi Festival Perahu Naga
Tradisi Festival Perahu Naga
Festival Perahu Naga merupakan salah satu dari festival penting dalam kebudayaan dan sejarah Tiongkok. Dalam bahasa Tionghoa, Festival Perahu Naga disebut sebagai Duanwu Jie (Hanzi: 端午节, Pinyin: Duānwǔ jié). Orang-orang menggunakan kalender lunar untuk merayakan festival dalam budaya Tiongkok. Festival Perahu Naga selalu jatuh pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan lunar. Oleh karena itu, untuk tahun 2022, Festival Perahu Naga jatuh pada tanggal 3 Juni 2022. Tradisi yang dilakukan saat perayaan festival perahu naga adalah balap perahu naga, makan bakcang (zongzi), menggantung mugwort dan calamus, minum anggur realgar, dan memakai kantong parfum. Balap Perahu Naga Balap perahu naga adalah kegiatan terpenting dari Festival Perahu Naga. Kegiatan ini berasal dari legenda orang mendayung di atas perahu untuk mencari tubuh penyair patriotik Qu Yuan (Hanzi: 屈原, Pinyin: Qūyuán) (343–278 SM), yang menenggelamkan dirinya di Sungai Miluo (Hanzi: 汨罗河, Pinyin: Mìluó hé). Ada juga yang meyakini bahwa balap perahu naga sudah ada sejak 2.000 tahun yang lalu. Waktu itu balap perahu naga adalah cara untuk menyembah Dewa Naga atau Dewa Air. Perahu kayu itu dibentuk dan didekorasi dengan bentuk naga. Ukuran perahu bervariasi menurut wilayah dan biasanya membutuhkan 30–60 orang untuk mendayungnya. Selama perlombaan, tim perahu naga mendayung dengan serasi dan besemangat, diiringi dengan suara tabuhan genderang. Dikatakan bahwa tim pemenang akan memiliki keberuntungan dan kehidupan yang bahagia di tahun berikutnya. Makan Bakcang Pada perayaan Festival Perahu Naga, tradisi penting bagi orang Tionghoa adalah makan Bakcang/Zongzi (hanzi: 粽子, Pinyin: Zòngzi). Zongzi merupakan makanan tradisional Tiongkok yang terbuat dari beras ketan, dibungkus dengan daun bambu dan didalamnya terdapat aneka isian yang nikmat. Alasan mengapa orang Tionghoa makan bakcang saat Festival Perahu Naga berhubungan dengan cerita populer tentang Qu Yuan. Setelah penyair besar Qu Yuan menenggelamkan dirinya di sungai, orang-orang menaburkan beras ke dalam air untuk memberi makan ikan, untuk mencegah mereka memakan tubuh Qu Yuan. Zongzi dibuat secara berbeda di berbagai daerah di Tiongkok. Orang-orang di utara menikmati zongzi dengan kurma, sementara orang-orang di selatan lebih suka bahan-bahan campuran, seperti daging, sosis, dan telur. Kebiasaan ini tidak hanya sangat populer di Tiongkok, tetapi juga dipraktikkan di negara-negara lain di Asia Tenggara. Menggantung Mugwort dan Calamus Festival Perahu Naga diadakan pada awal musim panas ketika penyakit lebih banyak menyerang. Daun mugwort digunakan sebagai obat di Tiongkok untuk memerangi penyakit tersebut. Aroma mereka menghalangi lalat dan nyamuk. Calamus adalah tanaman air yang memiliki efek serupa. Karena bentuk daun calamus seperti pedang dan karena baunya yang kuat, calamus dipercaya dapat mengusir hama dan roh jahat. Jadi, Festival Perahu Naga juga disebut “Festival Calamus” (Hanzi: 菖蒲节, Pinyin: Chāngpú Jié). Pada hari kelima bulan kelima penanggalan lunar, orang biasanya membersihkan rumah, halaman, dan menggantung mugwort dan calamus di ambang pintu untuk mencegah penyakit. Juga dikatakan menggantung mugwort dan calamus dapat membawa keberuntungan bagi keluarga. Minum Anggur Realgar Ada pepatah lama: ‘Minum anggur realgar mengusir penyakit dan kejahatan!’ Anggur Realgar adalah minuman beralkohol Tiongkok yang terdiri dari sereal yang difermentasi dan bubuk realgar (arsenik sulfida seperti rubi). Pada jaman kuno, orang percaya bahwa realgar adalah penangkal semua racun, dan efektif untuk membunuh serangga dan mengusir roh jahat. Jadi, semua orang akan minum anggur realgar selama Festival Perahu Naga. Mengenakan Kantung Parfum Sebelum Festival Perahu Naga tiba, para orang tua biasanya menyiapkan kantong parfum untuk anak-anaknya. Mereka menjahit tas kecil dengan kain sutra warna-warni, mengisi tas dengan parfum atau obat-obatan herbal, dan kemudian mengikatnya dengan benang sutra. Selama Festival Perahu Naga, kantong parfum digantungkan di leher anak-anak atau diikat di bagian depan pakaian sebagai hiasan. Kantong parfum dikatakan untuk melindungi mereka dari kejahatan. Melukis Dahi Anak dengan Anggur Realgar Tradisi Festival Perahu Naga populer lainnya adalah mengecat dahi anak-anak dengan anggur realgar. Orang tua akan melukis karakter Tionghoa ‘王’ (wang, secara harfiah berarti ‘raja’) menggunakan anggur realgar. ‘王’ terlihat seperti empat garis di dahi harimau. Dalam budaya Tionghoa, harimau mewakili prinsip maskulin di alam dan merupakan raja dari semua binatang. Kegiatan ini dipercaya dapat mengusir makhluk-makhluk beracun dan menjauhkan penyakit dan hal-hal jahat. Selain di dahi, anggur realgar juga dioleskan di hidung, telinga, atau bagian tubuh lainnya. Mengikat Benang Sutra Lima Warna Di beberapa daerah di Tiongkok, pada hari Festival Perahu Naga, orang tua menjalin benang sutra lima warna dan mengenakannya di pergelangan tangan anak-anak mereka. Lima warna itu adalah hijau, merah, putih, hitam, dan kuning. Lima warna ini adalah warna keberuntungan di Tiongkok kuno. Orang-orang percaya bahwa ini akan membantu menjauhkan roh jahat dan penyakit. Meletakkan telur dalam posisi berdiri Pada pukul 12:00 siang pada hari Festival Perahu Naga, ada acara besar untuk semua orang di komunitas Tionghoa. Acara seru ini adalah meletakkan telur dalam posisi berdiri pada siang hari pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan lunar. Menurut tradisi, ini adalah hari dan waktu terbaik dalam setahun untuk melakukannya. Jika kamu melakukannya pada siang hari di Festival Perahu Naga, kamu akan memiliki keberuntungan terbaik untuk tahun ini. Secara ilmiah, ini adalah waktu termudah untuk meletakkan telur dalam posisi berdiri karena pada tanggal ini dekat dengan titik balik matahari musim panas. Pada hari Festival Perahu Naga, pada siang hari, gravitasi antara matahari dan bumi yang menarik satu sama lain adalah yang paling kuat. Itulah mengapa meletakkan telur dalam posisi berdiri menjadi lebih mudah. Kegiatan tradisional lainnya termasuk menggantung ikon Zhong Kui (sosok penjaga mitos), mandi di air herbal, merebus bawang putih, dan banyak lagi. Semua kegiatan ini diyakini dapat menjauhkan penyakit atau kejahatan, sambil meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Tradisi Festival Perahu Naga
Ini Hadiah Yang Wajib Dibawa Saat Menghadiri Pernikahan Adat Tionghoa
Ini Hadiah Yang Wajib Dibawa Saat Menghadiri Pernikahan Adat Tionghoa
Jika kamu diundang ke pernikahan adat Tionghoa, kamu mungkin bingung tentang kebiasaan dan etiket dalam memilih hadiah. Untuk sebagian besar pernikahan, yang perlu kamu bawa hanyalah amplop merah dengan uang yang cukup untuk menutupi pengeluaran kamu di pesta pernikahan. Namun, keadaan khusus mungkin memerlukan hadiah yang berbeda. Informasi di bawah ini akan membantu memastikan kamu membuat pilihan yang tepat. Amplop merah, hadiah standar Memilih hadiah untuk pernikahan adat Tionghoa biasanya cukup sederhana. Sebagai pengganti hadiah, tamu undangan biasanya memberikan amplop merah yang disebut Hongbao/Angpao (Hanzi: 红包, Pinyin: Hóngbāo) dengan tulisan kebahagiaan ganda/double happiness (Hanzi: 双喜, Pinyin: Shuāngxǐ). Jika kamu pergi ke pesta pernikahan adat Tionghoa, uang dalam amplop merah harus memiliki nilai yang setara dengan hadiah bagus yang akan diberikan pada pernikahan gaya barat. Uang itu juga harus cukup untuk menutupi pengeluaran kamu di pesta pernikahan (misalnya, makanan dan minuman kamu). Menentukan jumlah uang yang tepat untuk diberikan tidak sesederhana mempelajari berapa biaya tempat pernikahan per piring. Biasanya, jumlah uang yang diberikan juga relatif terhadap hubungan kamu dengan penerima. Semakin dekat hubungan kamu dengan pengantin, semakin banyak uang yang diberikan. Keluarga dekat, seperti orang tua dan saudara kandung, harus memberi lebih banyak uang daripada teman biasa. Selain itu, tidak jarang mitra bisnis diundang ke pesta pernikahan, dan mitra bisnis sering memasukkan lebih banyak uang ke dalam amplop untuk memperkuat hubungan bisnis. Dalam tradisi Tionghoa, beberapa angka dianggap lebih beruntung daripada yang lain. Jika kamu mau, kamu dapat memberikan jumlah dengan angka keberuntungan seperti delapan atau sembilan. Hindari angka sial seperti empat. Jumlah seperti 88, misalnya, dianggap membawa keberuntungan. Pilihan Hadiah Lainnya Karena pernikahan adat Tionghoa telah berpadu dengan tradisi Barat, hadiah pernikahan tradisional Barat menjadi lebih dapat diterima. Tapi tidak seperti di pernikahan Barat, pasangan jarang memiliki daftar atau merilis daftar hadiah yang diinginkan. Itu berarti kecuali kamu tahu persis apa yang dibutuhkan atau diinginkan pasangan itu. Memberikan amplop merah mungkin merupakan pilihan terbaik kamu. Berhati-hatilah saat memilih hadiah, karena ada hadiah tertentu yang harus dihindari dalam budaya Tionghoa. Sementara banyak orang akan membuat hadiah pernikahan yang aneh dalam budaya apa pun, setidaknya berhati-hatilah untuk menghindari kecerobohan. Hadiah terlarang meliputi: jam saputangan handuk payung benda tajam bunga potong hadiah dalam set empat (kata Cina untuk “empat” mirip dengan kata untuk “kematian”) sepatu topi hijau benda apa pun dalam warna putih atau hitam Jika kamu memilih untuk memilih hadiah kamu sendiri daripada amplop merah, mungkin akan membantu untuk berkoordinasi dengan tamu lain terlebih dahulu guna menghindari duplikat hadiah. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Ini Hadiah Yang Wajib Dibawa Saat Menghadiri Pernikahan Adat Tionghoa
Tradisi Pernikahan Adat Tionghoa – Tiga Mak Comblang dan Enam Sertifikat (三媒六证)
Tradisi Pernikahan Adat Tionghoa – Tiga Mak Comblang dan Enam Sertifikat (三媒六证)
Di masa lalu, ketika pria dan wanita muda bertunangan, ada banyak detail yang harus diperhatikan. Untuk keluarga kecil hanya perlu memiliki mak comblang, atau kerabat atau teman untuk mencocokkan mereka, sementara keluarga besar meminta “tiga mak comblang dan enam sertifikat” (Hanzi: 三媒六证, Pinyin: Sān méi liù zhèng) Tiga mak comblang (Hanzi: 三媒, Pinyin: Sān méi) meliputi apa saja? 1. Mak comblang yang disewa oleh keluarga mempelai pria 2. Mak comblang yang disewa oleh keluarga mempelai wanita 3. Mak comblang yang terpandang untuk menjadi saksi. Enam sertifikat (Hanzi: 六证, Pinyin: Liù zhèng) Ini mengacu pada penempatan ember, penggaris, timbangan baja, gunting, cermin, dan sempoa di Meja Delapan Dewa (Hanzi: 八仙桌, Pinyin: Bāxiānzhuō). Enam sertifikat ini relatif berkaitan dengan berbagai urusan dalam keluarga, yang juga menunjukkan bahwa rumah harus ada persiapan, merupakan simbol kehidupan setelah pernikahan. Untuk saat ini pada dasarnya Tiga Mak Comblang dan Enam Sertifikat tidak terlalu ketat. Biasanya menggunakan satu mak comblang dan mahar pernikahan. Seiring perkembangan jaman, beberapa tradisi pernikahan tradisional tidak lagi dipraktikkan dalam masyarakat modern. Ini dikarenkan pada jaman dahulu, anak-anak pada dasarnya tidak memiliki hak untuk memutuskan sendiri. Hal ini tentu tidak sesuai dengan masyarakat saat ini. Asal usul 三媒六证 Dahulu kala, tiga tukang sepatu bertemu dengan seorang pemuda dan ingin mencoba bakatnya. Tukang sepatu pertama berkata, “Tolong buatkan roti besar.” Tukang sepatu kedua berkata , “Tolong isi tangki minyak sebesar laut.” Dan tukang sepatu ketiga berkata, “Tolong tenun selembar kain sepanjang jalan.” Pemuda itu berkata: “Tolong singkirkan matahari, saya akan membuat roti; tolong timbang air laut, dan saya akan mengisi minyak sesuai dengan nomornya; tolong lewati penggaris, dan saya akan berpakaian sesuai dengan nomornya.” Pemuda itu bertanya balik, apa yang dimaksud dengan “enam sertifikat”? Ketiga tukang sepatu itu tidak mengerti. Suatu hari, mereka bertemu seorang gadis dan meminta nasihat tentang apa “enam sertifikat”. Gadis itu membawa ember, gunting, penggaris, cermin, timbangan, dan sempoa dari rumah dan berkata, “Jika kamu ingin tahu berapa banyak makanan yang kamu miliki, buktikan dengan timbangan; kualitas potongan pakaian dibuktikan dengan gunting; jumlah kain dibuktikan dengan penggaris; penampilan dibuktikan dengan cermin; berat benda dibuktikan dengan timbangan; akun jelas dengan sempoa. Inilah Enam Sertifikat.” Tukang sepatu memberi tahu pemuda tersebut tentang “enam sertifikat”. Pemuda itu sangat mengagumi bakat gadis itu, jadi dia meminta tukang sepatu untuk menjadi mak comblang. Gadis itu bersedia. Tiga tukang sepatu secara alami menjadi “tiga mak comblang”. Saat pernikahan diadakan, penggaris, gunting, timbangan, cermin, timbangan, dan sempoa diletakkan di atas meja, yang disebut “enam sertifikat”. Demikianlah asal usul munculnya 三媒六证. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Tradisi Pernikahan Adat Tionghoa – Tiga Mak Comblang dan Enam Sertifikat (三媒六证)
Ritual Tradisi Pernikahan Tradisional Adat Tionghoa – Tiga Surat dan Enam Etiket (三书六礼)
Ritual Tradisi Pernikahan Tradisional Adat Tionghoa – Tiga Surat dan Enam Etiket (三书六礼)
Pada jaman dahulu, pernikahan adat Tionghoa adalah buah dari perjodohan yang ditentukan oleh orang tua ataupun juga mak comblang (Hanzi: 媒人, Pinyin: méi rén), yang dipercaya dapat menghitung kecocokan dari kedua belah pihak sehingga kedepannya dipercaya akan membawa keberuntungan, serta melahirkan cucu lelaki yang selalu didambakan. Ritual yang dilakukan dalam tradisi pernikahan adat Tionghoa secara tradisional terkenal dengan sebutan Tiga Surat dan Enam Etiket. Tiga Surat dan Enam Etiket (Hanzi: 三书六礼, Pinyin: Sān shū liù lǐ) adalah ritual penting yang merupakan bagian dari budaya dan protokol pernikahan adat Tionghoa. Meskipun ada variasi yang berbeda pada praktek-praktek ini, prinsip-prinsip inti tetap dipatuhi di daerah yang lebih tradisional. Tiga surat meliputi apa saja? 1. Surat Pertunangan (Hanzi: 聘书, Pinyin: pìn shū) – perjanjian antara pihak keluarga pria dan wanita Surat pertunangan merupakan langkah awal dalam adat pernikahan tradisional adat Tionghoa. Ini berfungsi sebagai tanda resmi pertunangan antara pasangan dan biasanya ditulis dalam dokumen teknis formal yang menetapkan niat mereka untuk menikah. 2. Surat Hadiah (Hanzi: 礼书, Pinyin: lǐ shū) – barang apa saja yang dipersembahkan kepada keluarga wanita, termasuk mas kawin (Hanzi: 嫁妆, Pinyin: jià zhuang) Surat kedua yang mengikuti setelah surat pertunangan adalah Surat Hadiah. Surat ini merupakan daftar barang apa saja yang dipersembahkan kepada keluarga wanita. Surat ini untuk memastikan hadiah yang dibeli pada hari pernikahan sesuai dengan apa yang mereka tulis. 3. Surat Pernikahan (Hanzi: 迎亲书, Pinyin: yíng qīn shū) – diberikan saat keluarga pengantin pria menyambut datangnya pengantin wanita Terakhir, adalah Surat Pernikahan. Ini adalah surat resmi lain yang diberikan kepada orang tua pengantin wanita pada hari pernikahan mereka dan secara resmi menyambut pengantin wanita ke dalam lingkaran keluarga pengantin pria. Sedangkan Enam Etiket, meliputi apa saja? 1. Melamar (Hanzi: 纳采, Pinyin: nà cǎi) – keluarga pria secara formal mendatangi rumah sang calon untuk meminta persetujuan keluarga sang wanita Orang tua pengantin sering kali merundingkan pernikahan mereka. Ini mengikuti pendekatan yang akan dilakukan oleh orang tua pengantin pria atau mak comblang, yang kemudian akan bertanya kepada orang tua pengantin wanita tentang kemungkinan mengatur pernikahan. Orang tua dapat menolak proposal, dalam hal ini proses akan berhenti berlanjut. Namun jika lamaran itu berhasil, diharapkan sang mak comblang akan diberi penghargaan untuk menunjukkan rasa terima kasihnya. 2. Menanyakan nama (Hanzi: 问名, Pinyin: wèn míng) – keluarga pria akan menghitung nama perempuan dengan delapan unsur (Hanzi:八字, Pinyin: bā zì) untuk melihat kecocokan nama dan tanggal lahir kedua belah mempelai Mirip dengan meramal, mereka akan meminta untuk memprediksi kecocokan putra mereka dengan calon pengantin, apakah mereka akan memiliki pernikahan yang bahagia atau tidak. Dasar untuk ini adalah zodiak Cina. 3. Memberikan persembahan kepada mempelai wanita (Hanzi: 纳吉, Pinyin: nà jí) – pada hari ini mempelai pria akan mempersiapkan dan memberikan persembahan berupa makanan dan barang-barang kepada calon mempelai wanita Setelah pertandingan diprediksi akan menguntungkan (dan dengan asumsi tanggal lahir cocok), mak comblang akan memberikan hadiah kepada orang tua gadis itu dan memberi tahu mereka bahwa pernikahan dapat berlanjut ke fase berikutnya. 4. Bertukar persembahan (Hanzi: 纳征, Pinyin: nà zhēng) – mempelai pria dan wanita saling bertukar persembahan Proses pertunangan merupakan tahapan termegah, yakni menyajikan hadiah pernikahan. Ini bukan hadiah biasa yang terjangkau, ini adalah hadiah mewah dan berharga yang diberikan kepada keluarga pengantin wanita, melambangkan rasa hormat serta kemampuan finansial untuk memberikan kehidupan yang baik bagi putri mereka. 5. Memilih tanggal baik untuk pernikahan (Hanzi: 请期, Pinyin: qǐng qī) Orang Tiongkok sangat percaya pada ramalan, dan karenanya mereka memastikan bahwa hari pernikahan mereka setara dengan persetujuan astrologi. Mereka meminta mak comblang untuk memilih tanggal yang tepat dan menguntungkan untuk mengadakan upacara pernikahan. Setelah tanggal baik ditentukan untuk hari pernikahan, keluarga pria akan meminta mas kawin dari pihak perempuan untuk ditata dalam kamar pengantin yang berada dirumah mempelai pria. Mas kawin yang diberikan oleh keluarga perempuan bukanlah hanya emas atau perhiasan lainnya tetapi juga objek simbolis seperti gunting untuk pernikahan tanpa terputus, kain dan bantal menyimbolkan kesuburan. Kualitas dan kuantitas mas kawin dari pihak wanita akan mempengaruhi status yang akan diterima dari keluarga mempelai prian saat menikah nanti. 6. Upacara pernikahan (Hanzi: 亲迎, Pinying: qīn yíng) Mempelai pria akan menjemput dari rumah calon mempelai wanita yang akan melakukan prosesi menangis (Hanzi: 哭嫁, Pinyin: kū jià) yang menunjukkan rasa enggan meninggalkan rumah dan rasa terima kasih kepada orang tua yang sudah merawat sampai sekarang. Calon mempelai pun akan mempersembahkan teh kepada orang tua sebagai tanda hormat dan keluarga lain sesuai tingkat derajat keluarga. Beberapa tradisi juga dilakukan, termasuk iringan musik, yang menandakan kepada publik bahwa pernikahan akan segera dilangsungkan. Lalu pesta pernikahan pun akan dirayakan semeriah-meriahnya. Warna merah akan sangat ditonjolkan sebagai simbol kemeriahan, kebahagiaan, dan keberuntungan. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Ritual Tradisi Pernikahan Tradisional Adat Tionghoa – Tiga Surat dan Enam Etiket (三书六礼)
Tradisi Festival Qingming
Tradisi Festival Qingming
Festival Qingming (Hanzi: 清明节, Pinyin: qīng míng jié) atau Cheng Beng (dalam bahasa Hokkian) adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur sesuai dengan ajaran Khong Hu Cu. Festival tradisional Tiongkok ini dilaksanakan pada hari ke-104 setelah titik balik matahari di musim dingin (atau hari ke-15 pada hari persamaan panjang siang dan malam di musim semi), biasanya antara tanggal 3 April hingga 5 April. Ada berbagai tradisi yang dilakukan saat perayaan Festival Qingming. Apa saja ya? Pemeliharaan dan perbaikan makam, tamasya musim semi, menerbangkan layang-layang, dan meletakkan cabang willow di gerbang. Semuanya itu menjadi bagian penting dari festival ini sejak awal. Pembersihan Makam, Kebiasaan Paling Penting dari Festival Qingming Orang-orang memperingati dan menunjukkan rasa hormat kepada leluhur mereka dengan mengunjungi kuburan mereka, menawarkan makanan, teh atau anggur, membakar dupa, membakar atau mempersembahkan kertas sembahyang (mewakili uang), dll. Mereka menyapu kuburan, menghilangkan gulma, dan menambahkan tanah segar ke kuburan. Mereka mungkin menempelkan cabang willow, bunga, atau tanaman plastik di makam. Saat Qingming, orang biasanya memuja leluhur mereka dengan membakar dupa dan ‘uang kertas’ di kuburan leluhur mereka. Mereka berdoa di depan kuburan leluhur mereka dan memohon agar mereka memberkati keluarga mereka. Namun, kebiasaan tersebut telah sangat disederhanakan hari ini, terutama di kota-kota, di mana banyak orang hanya menaruh bunga untuk kerabat yang sudah meninggal. Menempatkan Cabang Willow di Gerbang Selama Festival Qingming, beberapa orang mengenakan ranting pohon willow yang lembut dan meletakkannya di gerbang dan pintu depan. Orang-orang percaya bahwa kebiasaan ini akan mengusir roh jahat yang berkeliaran selama Qingming. Menurut catatan sejarah, ada pepatah lama: “Letakkan cabang willow di gerbang, usir hantu dari rumah.” Tamasya Musim Semi Festival Qingming adalah saat yang tepat untuk merasakan nafas musim semi. Qingming juga disebut Festival Taqing (Hanzi:踏青, Pinyin: Tàqīng) berarti tamasya musim semi, ketika orang-orang keluar dan menikmati bunga musim semi. Festival ini biasanya jatuh pada hari yang tidak lama sebelum semuanya berubah menjadi hijau di utara, dan memasuki musim bunga musim semi di selatan. Ini menandai awal musim ketika orang menghabiskan lebih banyak waktu di luar saat cuaca menghangat. Menerbangkan Layang-layang Menerbangkan layang-layang juga merupakan kebiasaan penting yang dinikmati oleh banyak orang, tua dan muda, selama Festival Qingming. Keunikan menerbangkan layang-layang selama Festival Qingming terletak pada layang-layang yang tidak hanya diterbangkan pada siang hari tetapi juga pada malam hari. Lentera-lentera kecil berwarna diikatkan pada layang-layang atau pada tali yang menahan layang-layang. Saat layang-layang terbang di malam hari, lenteranya terlihat seperti bintang yang berkelap-kelip. Di masa lalu, orang memotong tali untuk membiarkan layang-layang terbang bebas. Orang percaya bahwa kebiasaan ini dapat membawa keberuntungan dan menghilangkan penyakit. Inilah sebabnya mengapa terkadang ditemukan layang-layang kertas tergeletak di tanah di taman dan ladang. Menerbangkan layang-layang sangat populer di seluruh Tiongkok dan orang-orang melakukannya di alun-alun besar atau di taman-taman di seluruh negeri. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Tradisi Festival Qingming
4 Syarat Memberikan Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek
4 Syarat Memberikan Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek
Sumber: Etsy Dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa, angpao (Hanzi: 红包 , Pinyin: hóngbāo) adalah amplop merah yang biasanya berisikan sejumlah uang, sebagai tradisi perayaan tahun baru Imlek. Karena sejarah angpao yang sarat akan tradisi, maka pemberian angpao tidak boleh sembarangan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Apa saja syaratnya, simak info berikut ya…. 1. Hindari Angka 4 Dalam tradisi Tionghoa, angka 4 (Hanzi: 四, Pinyin: sì) seringkali disebut sebagai angka yang perlu dihindari karena pengucapannya dalam bahasa Tionghoa sama dengan kata “mati” (Hanzi: 死, Pinyin: sǐ). Maka, jumlah uang dalam angpao tidak boleh mengandung angka empat seperti misalnya Rp40.000, Rp400.000 dan sebagainya. 2. Tidak Boleh Ganjil Selain angka 4, jumlah uang juga sebaiknya jangan berjumlah angka ganjil karena angka ganjil kerap disebut sebagai angka sial. Disarankan berjumlah angka genap seperti angka 8 karena angka 8 dianggap sebagai angka yang membawa keberuntungan dan kemakmuran. 3. Penerima Angpao Angpao biasanya diberikan kepada anak-anak. Namun, seorang anak yang sudah menikah juga wajib memberikan kepada orang tuanya. Selain itu, anak yang sudah dewasa dan mapan tapi belum menikah masih bisa menerima angpao. 4. Tulisan Pada Angpao Pada angpao biasanya terdapat tulisan-tulisan. Tulisan yang tertera pada angpao memiliki makna keberuntungan, kemakmuran, kebahagiaan, panjang umur, dan kesehatan. Kata-kata tersebut adalah doa dan harapan yang baik untuk tahun yang baru.   Itulah 4 syarat memberikan angpao sebagai tradisi saat perayaan Tahun Baru Imlek. Jangan sampai terlewatkan ya. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
4 Syarat Memberikan Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek
Apa Makna Di Balik Tradisi Pemberian Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek ?
Apa Makna Di Balik Tradisi Pemberian Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek ?
Pembagian angpao adalah salah satu tradisi masyarakat Tionghoa saat perayaan Tahun Baru Imlek. Angpao biasanya diberikan oleh orang dewasa atau orang yang telah menikah, kepada anak-anak atau para generasi muda. Orang yang telah menikah wajib memberikan angpao karena pernikahan dianggap merupakan peralihan dari anak-anak ke dewasa, dan ada anggapan bahwa orang yang telah menikah sudah mapan secara ekonomi. Angpao selain diberikan kepada anak-anak, juga wajib diberikan kepada yang dituakan. Bagi yang telah dewasa, tetapi belum menikah, tetap berhak menerima angpao. Hal ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah dapat memberikan nasib baik pada mereka. Bahwa mereka agar cepat menemukan pasangan hidupnya. Perlu diketahui, bahwa pemberian angpao bukan sekedar terbatas berapa besar uang yang ada di dalamnya. Melainkan adanya makna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk satu tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi. Oleh karena itu, jangan pandang angpao dari isinya, lihat arti amplop merahnya, yang merupakan simbol keberuntungan dan kebahagiaan. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Apa Makna Di Balik Tradisi Pemberian Angpao Saat Perayaan Tahun Baru Imlek ?
Uang Keberuntungan Tahun Baru Imlek – Yasui Qian (压岁钱)
Uang Keberuntungan Tahun Baru Imlek – Yasui Qian (压岁钱)
Membagikan hongbao (Hanzi: 红包, Pinyin: hóngbāo) atau dikenal dengan uang keberuntungan tahun baru Imlek/yasui qian (Hanzi: 压岁钱, Pinyin: Yāsuìqián) adalah salah satu tradisi dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Orang Tionghoa menyukai warna merah karena melambangkan vitalitas, kebahagiaan, dan keberuntungan. Orang dewasa, orang yang dituakan, atau yang sudah menikah biasanya membagikan hongbao kepada anak-anak atau mereka yang belum menikah, yang berarti membawa harapan dan keberuntungan bagi mereka. Uang dalam hongbao hanya untuk membahagiakan anak-anak. Makna utamanya adalah kertas amplop yang berwarna merah, karena melambangkan keberuntungan. Oleh karena itu, tidak sopan membuka hongbao di depan para tetua yang membagikan hongbao. Selama perayaan Tahun Baru Imlek, para tetua harus membagikan uang keberuntungan yang telah disiapkan sebelumnya kepada generasi yang lebih muda. Dikatakan bahwa uang keberuntungan dapat menekan kejahatan, dan generasi yang lebih muda dapat menghabiskan tahun pertama dengan damai dengan uang keberuntungan. Ada dua jenis uang keberuntungan tahun baru Imlek Yang pertama terbuat dari tali berwarna yang dijalin menjadi bentuk naga dan diletakkan di kaki tempat tidur. Catatan ini dapat ditemukan di Yanjing Sui Shi Ji (Hanzi: 燕京随史记, Pinyin: yàn jīng suí shǐjì). Yang lainnya adalah yang paling umum, yang dibagikan oleh orang tua dalam amplop merah. Uang keberuntungan ini dapat diberikan secara terbuka setelah anak-anak mengucapkan selamat tahun baru, atau dapat dengan senang hati ditempatkan di bawah bantal anak oleh orang tua ketika anak tertidur di malam tahun baru. Orang-orang percaya bahwa uang itu dibagi untuk anak-anak. Dan saat roh-roh jahat atau setan menyakiti anak-anak, anak-anak dapat menggunakan uang itu untuk menyuap mereka dan mengubah kejahatan menjadi keberuntungan. Dalam puisi Uang Keberuntungan oleh Wu Manyun dari Dinasti Qing, diceritakan uang keberuntungan terkait dengan kepolosan, dan uang keberuntungan anak-anak terutama digunakan untuk membeli petasan, mainan dan permen, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk perayaan tahun baru. Saat ini kebiasaan bagi-bagi uang keberuntungan kepada anak-anak masih berlaku. Jumlah uang keberuntungan bervariasi dari puluhan hingga ratusan. Uang keberuntungan ini banyak digunakan oleh anak-anak untuk membeli buku dan perlengkapan sekolah. Mode baru telah memberikan konten baru untuk uang keberuntungan. Asal Usul Uang Keberuntungan Tahun Baru Imlek Dahulu kala, ada monster kecil yang sangat jahat bernama “Sui” (Hanzi:岁, Pinyin: suì). Monster ini lahir dengan kulit hitam, tetapi tangannya sangat putih. Monster kecil ini selalu keluar di malam tahun baru setiap tahun untuk melukai orang secara diam-diam, dan dia secara khusus menargetkan anak-anak itu. “Sui” menunggu semua orang tertidur setelah makan makanan Tahun Baru, lalu menyelinap masuk. Setiap kali mereka melihat anak itu tertidur, dia menyentuh kepala anak itu tiga kali dengan tangannya. Anak-anak yang disentuhnya akan takut menangis pada saat itu, dan akan menjadi gila setelah beberapa hari. Diceritakan ada keluarga akhirnya mendapatkan seorang anak laki-laki ketika dia berusia 50 tahun. Karena usianya yang sudah tua, pasangan tua itu merawat anak itu dengan baik. Pasangan tua itu sangat khawatir, takut “Sui” akan membahayakan anak mereka. Mereka tidak punya pilihan selain menyembah dewa-dewa untuk berkah setelah makan, dan mereka tidak berani tidur dan menjaga anak mereka. Anak psangan tua itu lalu bermain dengan kertas merah dan 8 koin tembaga. Si anak membungkus 8 koin tembaga dengan kertas merah. Hal ini dilakukannya berulang kali hingga dia tertidur karena kelelahan. Pasangan tua itu tidak berani gegabah, jadi mereka menjaga anak itu. Tiba-tiba “Sui” muncul, pasangan tua sangat takut sehingga mereka tidak bisa bergerak. “Sui” baru saja mengulurkan tangannya ke anak itu, tetapi ketika dia menemukan kertas merah dan koin tembaga, semburan cahaya terbang ke arah “Sui”. Monster ini berteriak dan lari. Pasangan tua itu menemukan bahwa adalah kertas merah dan 8 koin tembaga yang menakuti “Sui”. Anak itu aman dan sehat keesokan harinya. Pasangan tua itu memberi tahu semua orang apa yang terjadi kemarin, dan semua orang mengikutinya. Sejarah Perkembangan Uang Keberuntungan Tahun Baru Imlek Dinasti Han Uang keberuntungan yang tercatat dalam literatur yang ada pertama kali muncul pada Dinasti Han. Uang keberuntungan yang paling awal juga disebut uang yang luar biasa, atau uang yang sangat kuat. Uang jenis ini bukan mata uang yang beredar di pasar, tetapi barang penangkal berbentuk koin yang dibuat khusus untuk dipakai sebagai hadiah. Koin ini pertama kali muncul di Dinasti Han, dan beberapa koin memiliki kata-kata di bagian depan dan berbagai kata keberuntungan, seperti “Hidup selama seribu tahun”, “Kedamaian di dunia”, “Hapus kejahatan dan hilangkan kejahatan”, dll. Ada berbagai pola, seperti naga dan burung phoenix, kura-kura dan ular, ikan, pedang, bintang dan sebagainya. Dinasti Tang Ada kebiasaan “menghabiskan uang” selama Tahun Baru di Dinasti Tang, tetapi dikatakan bahwa kebiasaan beribadah hanya berlaku di istana dan belum populer di kalangan masyarakat. Dinasti Ming dan Qing Sebagian besar uang keberuntungan diberikan kepada anak-anak dengan tali merah. Republik Tiongkok Sesepuh membungkus 100 koin tembaga wen dengan kertas merah sebagai uang keberuntungan untuk diberikan kepada anak-anak, dengan arti “umur panjang dan umur seratus tahun”. Setelah mata uang diubah menjadi uang kertas, para tetua suka menggunakan uang baru dengan angka berurutan sebagai uang keberuntungan, yang berarti keberuntungan dan promosi. 1950-an Sistem mata uang diubah, dan uang keberuntungan mulai diberikan dalam lima sen dan satu sen, dan perlu untuk mengucapkan tahun baru untuk mendapatkannya. 1960-an Pada saat itu sebagian besar rumah tangga berada dalam kondisi keuangan yang buruk, permen merupakan barang langka. Para orang tua menggunakan beberapa potong permen alih-alih sebagai uang keberuntungan untuk membuat seluruh keluarga menjadi sangat manis. 1970-an Situasi ekonomi pada tahap awal masih tidak terlalu baik, tetapi uang keberuntungan benar-benar uang. Kebanyakan anak-anak yang memberikan ucapan selama Tahun Baru bisa mendapatkan lima hingga sepuluh yuan uang Tahun Baru. 1980-an Perbaikan situasi ekonomi negara sebanding dengan jumlah uang keberuntungan. Orang-orang di kota sering memberi anak-anak mereka banyak uang, puluhan hingga ratusan yuan. Mereka mengemasnya dalam amplop merah sebagai hadiah. 1990- an Uang keberuntungan sudah tidak jarang lagi. Anak-anak bisa mendapatkan banyak uang, mencapai ratusan hingga ribuan yuan. Ada yang disimpan oleh orang tua, disimpan di bank, dan untuk dibelanjakan sendiri. Awal abad ke-21 Dengan membaiknya kondisi ekonomi, makna tradisional uang keberuntungan secara bertahap menjadi tidak berbentuk. Orang dewasa berjuang untuk memberikan uang keberuntungan, dan anak-anak juga mulai mendapatkan lebih banyak, bahkan bisa mencapai ratusan ribu yuan. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Uang Keberuntungan Tahun Baru Imlek – Yasui Qian (压岁钱)
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Kawasan Pintu Kecil (dulu bernama Pintoe Ketjil) tidak jauh dari kawasan Pecinan Glodok semasa Batavia Kehadiran etnis Tionghoa di Kota Batavia tidak hanya membuat roda perekonomian di kota ini menjadi berputar tetapi juga ikut memberi warna tersendiri bagi sebuah kota yang dibangun Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur Jenderal wilayah kongsi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang keempat dan keenam. Pada masa jabatan pertama ia memerintah pada 1619–1623 dan untuk masa jabatan yang kedua berlangsung pada 1627–1629. Salah satu warna tersendiri yang hingga kini terus melekat adalah tradisi perayaan yang dilaksanakan oleh penduduk Kota Batavia keturunan Tionghoa. Suasana Imlek Setiap ada perayaan, sudut-sudut Kota Batavia menjadi lebih semarak. Keramaian tersebut semakin terasa di sebuah lapangan yang dinamakan Glodok Plein alias lapangan Glodok. Lampu menyala terang-benderang. Warna-warna terpancar di setiap sudut. Lapangan yang berlokasi di kawasan Pecinan Glodok tersebut menjadi lebih meriah. Untuk merayakan Tahun Baru Imlek (Sin Cia), penduduk di kawasan Pecinan melakukan pelbagai persiapan. Banyak pula penduduk Kota Batavia yang non-Tionghoa yang ikut berbaur untuk melakukan persiapan perayaan tersebut. Mereka berbaur merayakan tradisi turun-temurun etnis Tionghoa tersebut. Salah satunya adalah Mat Pitak, seorang pegawai partikelir di bilangan Gang Lo Soe Fan di daerah Patekoan (kini masuk wilayah Jakarta Kota). Mat Pitak yang Betawi asli tersebut selalu membantu mempersiapkan penyambutan Tahun Baru Imlek (Sin Cia). Ia mengucapkan selamat dengan datangnya musim semi (cun) dan biarlah murah rezeki dan panjang umur. Etnis Tionghoa sangat menantikan Tahun Baru Imlek (Sin Cia) dengan harapan bisa mendapat rezeki yang banyak dan berumur panjang. Warna-warni Kue Apam Setiap Tahun Baru Imlek tiba, tidak akan afdol tanpa kehadiran pelbagai makanan yang bisa dibilang sebagai sajian wajib yang tidak boleh ditinggalkan. Salah satunya adalah kue keranjang yang diartikan sebagai kecukupan dan kekal dalam keluarga. Kue keranjang Selain itu, juga harus ada teh-liauw atau manisan yang menjadi simbol penghidupan yang manis dan lancar. Semuanya itu kemudian dilengkapi dengan kehadiran kue apam yang bagi tradisi Tionghoa diperlambangkan sebagai pengharapan. Artinya, segala apa yang mulanya kecil, lama-kelamaan menjadi besar dan berbunga-bunga kemerah-merahan seperti bagian permukaan kue apam tersebut. Sumber: www.sinarharapan.co/metropolitan/read/32292/glodok_plein__kue_apam_dan__gong_xi_fa_cai_
·tionghoa.org·
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Tradisi & Ide Baru Untuk Festival Pertengahan Musim Gugur
Tradisi & Ide Baru Untuk Festival Pertengahan Musim Gugur
Festival Pertengahan Musim Gugur (中秋节, Zhong Qiu Jie), atau lebih dikenal dengan sebutan Festival Kue Bulan, merupakan perayaan hari sukacita keluarga yang dilambangkan dengan kehadiran bulan purnama penuh. Biasanya pada masa ini adalah moment untuk berkumpul bersama keluarga. Festival Zhong Qiu Jie jatuh pada tanggal 15 bulan ke 8 berdasarkan perhitungan kalender lunar Tiongkok (Imlek). Tradisi Kue Bulan pertama kali muncul pada masa Dinasti Xia dan Dinasti Shang . Ini adalah tradisi ritual masyarakat Tiongkok Kuno yang bersifat ritual, namun perayaan tradisi tersebut baru populer ketika masa Dinasti Tang . Banyak hal hal yang bisa dilakukan saat Festival Pertengahan Musim Gugur, baik tradisi atau tren tren (ide) baru, antara lain: 1. Makan malam bersama Karena Festival Pertengahan Musim Gugur mewakili reuni keluarga, keluarga akan makan malam bersama pada malam itu. Orang-orang yang tidak punya waktu untuk tinggal bersama orang tua mereka akan mencoba yang terbaik untuk pulang setidaknya untuk makan malam bersama. Kalian bisa masak di rumah atau makan di restoran. Di masa lalu, ibu akan memasak makanan lezat di rumah dan keluarga akan menghabiskan waktu bahagia bersama. Saat ini, sebagian besar keluarga cenderung makan malam di restoran daripada memasak di rumah. Oleh karena itu, restoran terkenal dapat dipesan penuh pada malam Festival Pertengahan Musim Gugur. 2. Makan Kue Bulan Kue bulan adalah kue tradisional Tiongkok. Terbuat dari tepung terigu dan isian manis, seperti gula dan bubuk biji teratai. Ini adalah simbol reuni keluarga, dan kue tersebut secara tradisional dipotong menjadi beberapa bagian yang sama dengan jumlah orang dalam keluarga. Makan kue bulan adalah tradisi yang paling umum dan mewakili hari itu. Pada waktu biasa, orang tidak akan membeli atau makan kue bulan tetapi selama Festival Pertengahan Musim Gugur setiap orang akan memiliki kue bulan untuk dirayakan. 3. Menikmati indahnya bulan Dalam kepercayaan orang Tionghoa, bulan purnama adalah simbol reuni keluarga. Banyak penyair kuno terkenal menulis puisi tentang bulan dan mengungkapkan kerinduan mereka. Ketika orang melihat bulan, itu mengingatkan mereka pada keluarga dan tanah air mereka. Saat ini, orang masih suka menghargai bulan selama Festival Pertengahan Musim Gugur di Tiongkok. Anggota keluarga Tionghoa makan malam bersama di malam Festival Pertengahan Musim Gugur. Setelah makan malam, mereka dapat berbicara tentang pekerjaan mereka, anak-anak, dan rencana masa depan mereka. Tempat tempat yang bisa kalian pakai untk menikmati bulan, antara lain: atap, balkon, puncak gunung, tepi danau, atau lainnya. 4. Menyembah bulan (tradisi yang sudah mulai menghilang) Setelah makan malam, setiap keluarga akan meletakkan meja di luar pintu, atau di halaman. Mereka biasa meletakkan kue bulan, buah, dupa, dan tempat lilin di atas meja, menghadap ke bulan. Saat ini, tradisi ini mulai menghilang. Sangat jarang melihat keluarga menyembah bulan di kota-kota besar. Di beberapa kota tua atau kota wisata, orang akan mengadakan upacara pemujaan bulan di alun-alun, taman, atau jalan, tetapi ini lebih seperti pertunjukan. Buah untuk menyembah bulan termasuk semangka, jeruk bali, delima, pir, kesemek, anggur, atau buah musiman lainnya. 5. Membuat lentera warna warni (kegiatan yang sangat anak anak sukai) Membuat lampion warna-warni adalah kegiatan yang menyenangkan antara keluarga dan anak-anak. Lampion memiliki bentuk yang berbeda-beda dan bisa juga menyerupai hewan, tumbuhan, atau bunga. Anak-anak suka membuat lentera warna-warni. Mereka membuatnya dalam berbagai bentuk untuk digantung di pohon atau rumah, atau diapungkan di sungai. Taman juga akan menggantung lentera warna-warni, yang memberikan pemandangan indah di malam hari. Mereka juga membuat lentera Kongming, yang bisa terbang karena lilin yang menyala memanaskan udara di dalam lentera. Anak-anak menulis harapan baik di lentera dan membiarkan mereka terbang ke langit. 6. Memberikan hadiah kepada teman atau kerabat Sangat populer untuk memberikan hadiah kepada teman dan kerabat selama Festival Pertengahan Musim Gugur. Selama festival, orang-orang akan melakukan kunjungan singkat ke teman atau kerabat, membawa hadiah bersama mereka. Mereka biasanya berangkat sebelum jam makan malam. Ini adalah saat yang tepat untuk lebih dekat dengan teman dan kerabat. Biasanya orang orang membagikan kue bulan atau buah. 7. Mengucapkan “Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur! ” atau “Zhōngqiū jié kuàilè!” Orang yang terbiasa menggunakan ponsel akan mengirim pesan perayaan ke teman, kerabat, atau orang yang jauh. Ini juga merupakan cara yang baik untuk mencairkan suasana jika Anda tidak tahu cara memulai percakapan melalui telepon. Di masa lalu, orang mengirim SMS. Saat ini, anak muda suka berkirim pesan melalui aplikasi perpesanan instan, seperti WeChat atau QQ. Pesan yang biasa diucapkan: Bahasa Mandarin: 中秋节快乐 / Zhōngqiūjié kuàilè! Bahasa Indonesia: Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur! 8. Jalan jalan atau wisata pendek Festival Pertengahan Musim Gugur bukan hanya festival tradisional Tiongkok tetapi jugajuga merupakan hari libur umum bagi orang Tionghoa. Biasanya, orang China akan memiliki tiga hari libur termasuk akhir pekan. Oleh karena itu, orang dapat melakukan perjalanan singkat bersama keluarga atau teman. 9. Belanja (populer di kalangan anak muda) Hampir setiap hari libur besar, akan ada promosi diskon di supermarket, pusat perbelanjaan, dan toko online. Selama Festival Pertengahan Musim Gugur, supermarket akan mengadakan undian lotere untuk kue bulan menggunakan struk konsumen. Dan karena cuaca sedang dingin, juga akan ada penjualan musim panas yang besar di pusat perbelanjaan. 10. Menonton serial TV atau film Menonton film bukanlah tradisi untuk festival apa pun karena apat melakukannya kapan saja. Tetapi ketika orang tidak memiliki rencana lain dan ingin mencari cara untuk merayakan festival, menonton film adalah ide yang bagus. Biasanya keluarga atau pasangan akan menonton serial TV atau flm setelah makan malam.
·tionghoa.org·
Tradisi & Ide Baru Untuk Festival Pertengahan Musim Gugur