Found 43 bookmarks
Custom sorting
Batu Fengshui Gunung Tai Shan
Batu Fengshui Gunung Tai Shan
Tai Shan Shi Gan Dang (泰山石敢當 ~ Tài Shān Shí Gǎn Dāng) Tai Shan Stone adalah batu khusus yang diambil dari gunung Tai Shan (dibaca: Dai San). Sedangkan gunung Tai Shan adalah salah satu dari 5 gunung yang dikeramatkan di Tiongkok. Gunung ini berada di propinsi Shandong, yang memiliki ketinggian 1545 meter di atas permukaan air laut. Begitu sakralnya gunung ini telah memiliki cerita lebih dari 3000 tahun yang lalu, yang mana selalu dipakai oleh para kaisar jaman dulu untuk berdoa kepada langit agar negaranya makmur dan dilindungi. Menurut cerita mitos yang ada, pada jaman dulu sekitar era dinasti Han (tahun 206 Sebelum Masehi sampai tahun 220 Masehi) terlahir seorang pemuda yang bernama Shi Gan Dang. Pemuda ini adalah roh suci yang ditugaskan oleh seorang Dewi yang bernama Bi Xia Yuan Jun, yaitu Dewi Penjaga Gunung Tai Shan. Pemuda ini sangatlah kuat dan berani, sehingga penduduk di sekitar desa tersebut merasa tentram dengan kehadiran pemuda ini dan ketika meninggal beliau dianggap sebagai “Dewa Pelindung Masyarakat Desa” di gunung Tai Shan. Seiring berkembangnya waktu, masyarakat mempercayai bahwasanya dengan menulis nama ‘Shi Gan Dang’ pada batu-batuan di gunung Tai Shan maka mereka akan dilindungi oleh figur tersebut. Akhirnya, lama-kelamaan tradisi ini berkembang sampai dinasti Tang (tahun 618 sampai 907 Masehi) dan dinasti Song (tahun 960 sampai 1279 Masehi) dimana waktu itu muncul sebuah tulisan di batu bernama ‘Tai Shan Shi Gan Dang’ yang berarti Shi Gan Dang yang berasal dari gunung Tai Shan. Batu tersebut biasanya diambil dari gunung Tai Shan dan memiliki ketinggian beberapa meter serta dipasang pada 4 sudut desa. Fungsinya adalah sebagai perlindungan penduduk desa dari roh-roh jahat dan menetralisir energi yang negatif. Kepopuleran dari batu Tai Shan lama-kelamaan telah mendunia dan akhirnya dipakai oleh para praktisi Feng Shui sebagai perlindungan dari roh jahat dan energi yang negatif. Sampai sekarang batu ‘Tai Shan Shi Gan Dang’ telah dimasukkan menjadi warisan budaya Tiongkok (Chinese Cultural Heritage) pada tahun 2006. Cara menggunakan batu Tai Shan Shi Gan Dang adalah sebagai berikut : 1. Jika rumah Anda memiliki sektor yang hilang atau bentuk rumah tidak persegi sehingga memunculkan salah satu sektor yang hilang, maka sektor yang hilang tersebut bisa diletakkan batu ‘Tai Shan Shi Gan Dang’. 2. Anda juga bisa memasang batu ‘Tai Shan Shi Gan Dang’ pada area depan rumah, yaitu area pagar depan atau area taman depan untuk melindungi dari berbagai macam roh jahat ataupun energi yang negatif. 3. Anda juga bisa memasang batu ‘Tai Shan Shi Gan Dang’ bilamana posisi rumah Anda adalah tusuk sate (persimpangan T atau Y) kemudian terkena posisi lekukan jalan seperti pisau. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Batu Fengshui Gunung Tai Shan
Keindahan Taman Zhuozheng di Suzhou, Tiongkok
Keindahan Taman Zhuozheng di Suzhou, Tiongkok
Taman Zhuozheng (Hanzi: 拙政园, Pinyin: Zhuōzhèng yuán) adalah taman yang terletak di Suzhou, merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO dan salah satu taman paling terkenal di Suzhou. Taman ini terletak di 178 Northeast Street (东北街178号), Distrik Gusu. Dengan luas 78 mu (Hanzi: 亩, Pinyin: mǔ) atau sekitar 5,2 hektar, ini adalah taman terbesar di Suzhou dan dianggap oleh beberapa orang sebagai taman terbaik di seluruh Tiongkok Selatan. Sumber: Tumblr Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Keindahan Taman Zhuozheng di Suzhou, Tiongkok
Jembatan Anji aka Jembatan Zhaozhou, Jembatan Batu Lengkung Tertua di Dunia
Jembatan Anji aka Jembatan Zhaozhou, Jembatan Batu Lengkung Tertua di Dunia
Jembatan Anji (Hanzi:安济桥, Pinyin: Ān jì qiáo), dikenal juga sebagai Jembatan Zhaozhou (Hanzi:赵州桥, Pinyin: Zhào zhōu qiáo) berada di atas sungai Nanxuan, yang terletak di Kabupaten Zhao, Kota Shijiazhuang, Propinsi Hebei. Jembatan ini dirancang dan dibangun oleh Li Chun (Hanzi: 李春, Pinyin: Lǐ chūn) pada masa Dinasti Sui (581-618), merupakan salah satu dari Empat Harta Karun Hebei (Hanzi: 华北四宝, Pinyin: Huáběi sì bǎo), dan memiliki sejarah lebih dari 1400 tahun. Meskipun terjadi banjir dan gempa bumi, jembatan ini masih tetap utuh dan kuat. Struktur jembatan ini dikenal sebagai bahu terbuka. Desain jembatan ini baru muncul di Eropa 700 tahun kemudian. Jembatan Anji dibangun dengan bata dari bata kapur hijau dan putih yang terdapat di sana, dan disusun dalam barisan. Jembatan ini memiliki rentang yang luas dan lengkung yang rendah. Selain itu, dua lengkung kecil bisa ditemukan di setiap ujung lengkungan jembatan. Desain ini membagi berat jembatan dan juga memungkinkan air mengalir dengan bebas, sehingga mengurangi dampak banjir terhadap jembatan. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Jembatan Anji aka Jembatan Zhaozhou, Jembatan Batu Lengkung Tertua di Dunia
Asal Usul Nama Lampung
Asal Usul Nama Lampung
Prof Dr Krom, sejarawan asal Belanda menyebutkan nama Lampung berasal dari kata dalam bahasa Tionghoa yakni Lampohwang. Ia menjelaskan pd abad ke 4 masehi, Kerajaan Tulang Bawang di Lampung sudah mengirim utusan ke Tiongkok tepatnya di kawasan Kota Kwancou. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Asal Usul Nama Lampung
Roti Go Purwokerto
Roti Go Purwokerto
Roti Go Berlokasi di Jl Sudirman 724 Purwokerto, toko roti ini didirikan pada tahun 1898 oleh Go Kwe Ka. Sampai sekarang masih setia menyajikan roti dengan metoda pembuatan khas dan menggunakan peralatan lama. Bukan hanya roti, juga sejarah. Foto Alfian Antono. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Roti Go Purwokerto
Dermaga Pedalaman Seng Hie Pontianak
Dermaga Pedalaman Seng Hie Pontianak
Pelabuhan bongkar muat tertua di Kalimantan Barat ini didirikan oleh Theng Seng Hie sekitar tahun 1890an. Saat ini dikelola oleh Pemkot Pontianak. Foto oleh: Azmi Abubakar Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Dermaga Pedalaman Seng Hie Pontianak
Oei Tek Liang (Theo Widodo) Satu Penggagas Sekaligus Penyumbang Lahan Monumen Pancasila Kupang
Oei Tek Liang (Theo Widodo) Satu Penggagas Sekaligus Penyumbang Lahan Monumen Pancasila Kupang
Oei Tek Liang (Theo Widodo) salah satu penggagas sekaligus penyumbang lahan seluas 5000 m2 untuk Monumen Pancasila di kawasan perbukitan dan tepi pantai, Kupang, NTT Monumen setinggi 43 meter tersebut dibangun sejak 2018, masa Gubernur Frans Lebu Raya. Foto dari: Azmi Abubakar Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Oei Tek Liang (Theo Widodo) Satu Penggagas Sekaligus Penyumbang Lahan Monumen Pancasila Kupang
Roti Ketjik Babah Setoe Solo
Roti Ketjik Babah Setoe Solo
Roti Ketjik Babah Setoe Usaha Roti milik keluarga Tionghoa yang bermula dari tahun 1882 di Pasar Gedhe, Solo. Roti ini secara turun temurun merupakan langganan Keluarga Mangkunegara. Sampai saat ini masih beroperasi. Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa & foto Pippo Agosto Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Roti Ketjik Babah Setoe Solo
Klenteng Tan Seng Ong / Chen Shi Zu Miao (陳氏祖廟)
Klenteng Tan Seng Ong / Chen Shi Zu Miao (陳氏祖廟)
Klenteng Tan Seng Ong / Chen Shi Zu Miao (陳氏祖廟) / Vihara Tanda Bhakti Berlokasi di pinggir kali Krukut, tepatnya di Jl. Kemenangan III Gang 6 no 97, Blandongan, Kelenteng ini memiliki tampilan arsitektur yang unik. Klenteng Tan Seng Ong ini juga merupakan (tuan) rumah bagi sang Dewa Pelindung, Tan Seng Ong. Menurut buku Da Jiang Hao Hai Yin Hua Fung Yu, Klenteng Tan Seng Ong berdiri sejak 1756. Dibangun pasca peristiwa Geger Pecinan, suatu peristiwa sadis pembunuhan lebih dari sepuluh ribu etnis Tionghoa di Batavia oleh tentara Belanda pada saat itu. Akibatnya sebagian besar orang Tionghoa yang bermukim di Batavia dan Jawa Barat menjadi orang pelarian ke daerah sekitar Jawa Tengah dan ikut serta memberontak dan menentang Belanda. Mereka lalu bergabung dengan masyarakat suku Jawa yang juga melawan VOC dan mengobarkan Perang Sepanjang di pulau Jawa, yang berlangsung selama 4 tahun (1740-1743). Pasca peristiwa tersebut, selama beberapa tahun Batavia menjadi kota mati. Setiap hari masyarakat Tionghoa sembahyang kepada Dewata yang dibawa serta dari kampung halaman, salah satunya yaitu Tan Seng Ong. Sedikit mengenai riwayatnya, dulunya Tan Seng Ong yang kelahiran tahun 657 dan hidup sampai tahun 711 adalah seorang pejabat militer dan pendiri daerah Zhang Zou, Provinsi Fujian di Tiongkok. Beliau bernama Chen Yuan Guang, yang hidup pada jaman Dinasti Tang, masa pemerintahan Kaisar wanita Wu Ze Tian. Di Indonesia, pemujaan terhadap beliau dimulai dari kaum imigran Hokian yang bermarga Tan (Chen) yang berasal dari Zhang Zhou dan Quan Zhou, yang meninggalkan kampung halaman dan menyeberangi lautan untuk mencari mata pencaharian dan membawa serta budaya penyembahannya ke tempat pemukiman baru untuk sembahyang meminta dan berharap agar masyarakat setempat juga terlindungi, hidup selamat, harmonis dan aman sentosa. Komunitas Hokkian di Batavia pada masa itu cukup besar, mereka pada masa yang suram dan penuh derita itu ikut serta membangun Batavia dengan salah satu peninggalannya adalah Klenteng Tan Seng Ong ini. Bio Tan Seng Ong Jakarta adalah lambang, tanda dan gambaran pergulatan hidup nenek moyang Tionghoa sejak ratusan tahun lalu, dengan jerih payah menebas onak dan duri, mengatasi bencana dan musibah khususnya pasca Peristiwa Geger Pecinan dan terus bertahan hingga saat ini. Sejak tahun 2014 lalu, Klenteng Tan Seng Ong mendapatkan pengakuan khusus dari Pemerintah Indonesia melalui Pemprov DKI Jakarta, menjadikan kelenteng ini sebagai salah satu warisan sejarah dan ragamnya budaya yang bernilai di tanah air. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Klenteng Tan Seng Ong / Chen Shi Zu Miao (陳氏祖廟)
Huangshan/Yellow Mountain, Pegunungan di Provinsi Anhui, Tiongkok
Huangshan/Yellow Mountain, Pegunungan di Provinsi Anhui, Tiongkok
Huangshan atau Gunung Huang (黄山 dibaca: Huángshān), adalah sebuah pegunungan di Provinsi Anhui selatan, di Tiongkok bagian timur. Vegetasi di pegunungan lebih rimbun pada ketinggian di bawah 1100 meter (3600 ft), di mana pepohonan tumbuh sampai batas di 1800 meter (5900 ft). Daerah ini terkenal dengan pemandangannya, matahari terbenam, puncak berbentuk istimewa granit, pohon pinus Huangshan, mata air panas, salju musim dingin, dan pemandangan lautan awan. Huangshan adalah subjek utama lukisan dan kesusatraan Tiongkok tradisional, maupun fotografi modern. Gunung ini merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, dan salah satu destinasi wisata utama Tiongkok. Huangshan juga merupakan daerah terkenal untuk teh Tiongkok berkualitas tinggi, seperti Huangshan Maofeng, Keemun Hitam, dan Blooming Tea. Deskripsi Fisik Huangshan terkenal akan panorama matahari terbitnya, pepohonan pinus, “puncak granit menonjol aneh”, mata air panas, salju musim dingin, dan pemandangan awan menyentuh pegunungan selama lebih dari 200 hari dalam setahun. Pegunungan Huangshan memiliki banyak puncak, beberapa di antaranya mencapai ketinggian lebih dari 1.000 meter (3.250 kaki). Tiga puncak tertinggi dan terkenal adalah Puncak Lotus (Lian Hua Feng, 1.864 m), Puncak Terang (Guang Ming Ding, 1840 m), dan Puncak Celestial (Tian Du Feng, harfiah Puncak Ibu Kota Surga, 1.829 m). Situs Warisan Dunia UNESCO mencakup area inti dengan luas 154 kilometer persegi dan zona penyangga 142 kilometer persegi. Gunung-gunungnya terbentuk pada masa Mesozoikum, sekitar 100 juta tahun yang lalu, ketika sebuah laut kuno menghilang karena terangkat. Kemudian, pada masa Periode Quarter, lanskapnya terbentuk dengan pengaruh gletser. Vegetasi daerah ini bervariasi sesuai ketinggian. Hutan Mesik menutupi lanskap pada ketinggian di bawah 1.100 meter. Hutan gugur membentang dari ketinggian 1.100 meter hingga batas pohon di 1.800 meter. Di atas titik itu, vegetasi terdiri dari padang rumput alpin. Daerah ini memiliki beragam flora, di mana sepertiga dari famili tumbuhan lumut Tiongkok dan lebih dari setengah famili pakis terwakili. Pinus Huangshan (Pinus hwangshanensis) dinamakan dengan menyandang kata “Huangshan” dan dianggap sebagai contoh semangat karena pohon-pohon berkembang dengan tumbuh langsung dari bebatuan. Banyak pohon-pohon pinus di daerah ini yang berusia lebih dari seratus tahun dan telah diberi nama tersendiri (seperti Pinus Ying Ke , atau Pinus Penyambut Tamu, yang dianggap berusia lebih dari 1.500 tahun). Inspirasi Artistik dan Ilmiah Sebagian besar reputasi Huangshan berasal dari signifikansinya dalam seni dan sastra Tiongkok. Selain penyair yang menginspirasi seperti Li Bai, Huangshan dan pemandangan di dalamnya sering menjadi subjek puisi dan karya seni, terutama lukisan tinta Tiongkok dan, baru-baru ini, fotografi. Secara keseluruhan, dari Dinasti Tang hingga akhir Dinasti Qing , lebih dari 20.000 puisi ditulis tentang Huangshan, dan sebuah sekolah seni lukis dinamai menurut namanya. Gunung-gunung juga muncul dalam karya-karya modern; sutradara James Cameron mengutip Huangshan sebagai salah satu pengaruhnya dalam merancang dunia fiksi dari film Avatar 2009, dan serial animasi Tiongkok Stitch & Ai, spin-off dari waralaba Lilo & Stitch Disney, berlatar di pegunungan Huangshan. Kawasan ini juga menjadi lokasi penelitian ilmiah karena keanekaragaman flora dan satwa liarnya. Pada awal abad kedua puluh, geologi dan vegetasi Huangshan menjadi subjek berbagai studi oleh ilmuwan Tiongkok dan asing. Gunung ini masih menjadi bahan penelitian. Sebagai contoh, pada akhir abad kedua puluh sebuah tim peneliti menggunakan daerah tersebut untuk studi lapangan kera Tibet, spesies kera lokal. Pariwisata Memiliki setidaknya 140 bagian yang terbuka untuk pengunjung, Huangshan adalah tujuan wisata utama di Tiongkok. Kota Huangshan mengubah namanya dari Tunxi (屯溪) pada tahun 1987 untuk mempromosikan pariwisata Huangshan. Pada tahun 2007 lebih dari 1,5 juta wisatawan mengunjungi gunung tersebut. Kota ini dihubungkan dengan kereta api dan udara ke Shanghai, dan juga dapat diakses dari kota-kota seperti Hangzhou, Zhejiang dan Wuhu, Anhui. Bus menghubungkan Kota Huangshan ke kaki gunung, di mana pengunjung dapat naik kereta gantung atau mendaki ke puncak. Ada lebih dari 50 kilometer jalan setapak yang menyediakan akses ke area pemandangan bagi pengunjung dan staf fasilitas. Di seluruh area terdapat hotel dan wisma yang menampung pengunjung yang bermalam, banyak di antaranya mendaki gunung, bermalam di salah satu puncak untuk melihat matahari terbit, dan kemudian turun melalui rute yang berbeda di rute berikutnya. hari. Area ini diklasifikasikan sebagai area pemandangan AAAAA oleh Administrasi Pariwisata Nasional Tiongkok. Hotel, restoran, dan fasilitas lainnya di puncak gunung dilayani dan disimpan oleh porter yang membawa barang-barang di sekitar gunung dengan berjalan kaki, menggantung kargo mereka dari tiang panjang yang diseimbangkan di atas bahu atau punggung mereka. Nama lain Huangshan Selain disebut Huangshan, gunung ini juga sering disebut dengan Gunung Huang, Gunung Kuning, dan/atau Yellow Mountain. Foto Huangshan/Yellow Mountain (sumber: Baidu) Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Huangshan/Yellow Mountain, Pegunungan di Provinsi Anhui, Tiongkok
Adat Istiadat Rakyat di Kota Xiamen, Tiongkok
Adat Istiadat Rakyat di Kota Xiamen, Tiongkok
Xiamen (厦门 dibaca: xià mén) adalah sebuah kota utama di bagian tenggara pantai pesisir Republik Rakyat Tiongkok dan menghadap Selat Taiwan. Berikut beberapa adat istiadat rakyat di kota Xiamen, Tiongkok: Teh Gongfu Xiamen adalah salah satu asal mula upacara minum teh gongfu (kung fu) dengan budaya minum teh yang mendalam. Inti dari budaya minum teh Xiamen adalah upacara minum teh, yang melibatkan lima elemen: daun teh, air, set teh, api, dan lingkungan. Orang Xiamen kebanyakan minum teh Oolong dan terutama menyukai Anxi Tieguanyin, yang dikenal sebagai teh kelas tertinggi. Orang Xiamen biasanya memulai hari mereka dengan membuat secangkir teh kungfu. Jianggu Jianggu (讲古场 dibaca: jiǎng gǔ chǎng) adalah jenis cerita dalam dialek Minnan (provinsi Fujian selatan) dan dapat dilihat di Minnan, Taiwan, dan daerah berpenduduk Tiongkok di Asia Tenggara. Pelaku biasanya menceritakan kisah dengan bahasa gaul, peribahasa atau doggerel yang hidup dan lucu, menggunakan nada dramatis, ekspresi wajah yang kuat, dan bahasa tubuh untuk menarik penonton. Ini adalah pertunjukan hiburan rakyat tradisional Tiongkok yang populer. Perjudian Kue Bulan Pertengahan Musim Gugur Perjudian kue bulan Pertengahan Musim Gugur (中秋博饼 dibaca: zhōngqiū bó bǐng), bertaruh pada kue bulan, adalah permainan rakyat yang dimainkan di sekitar Festival Pertengahan Musim Gugur. Itu berasal dari Xiamen dan kemudian melakukan perjalanan ke tetangga Zhangzhou, Quanzhou dan Kinmen (Quemoy). Ini adalah permainan yang dimainkan dengan enam dadu. Cukup lempar dadu ke dalam mangkuk dan pip berbeda yang Anda dapatkan akan mewakili berbagai peringkat penghargaan yang akan Anda menangkan. Permainan judi memiliki enam peringkat penghargaan, yang diberikan nama-nama pemenang dalam ujian kekaisaran kuno: zhuangyuan, bangyan, tanhua, jinshi, juren dan xiucai. Mengirim Kapal Wang Perayaan yang disebut Song Wang Chuan (送王船 dibaca: sòng wáng chuán) adalah festival tradisional lama yang diadakan di desa-desa pesisir di provinsi Fujian dan Taiwan untuk mencegah malapetaka dan membawa berkah. Juga dikenal sebagai Shao Wang Chuan dan Ji Wang Chuan, berasal dari tradisi bahwa para pelancong kuno melepaskan perahu kecil atau kapal yang dihias untuk berdoa demi keselamatan sebelum berlayar dan kemudian memasukkan pemujaan Zheng Chenggong, seorang laksamana Dinasti Ming (1368–1644). ) dan ritual Tao hai jiao. Sekarang telah berkembang menjadi kebiasaan tradisional yang menampilkan pertunjukan rakyat. Kebiasaan itu menyebar ke Taiwan melalui perahu yang bepergian ke sana, migrasi dan kegiatan pertukaran agama. Ini menunjukkan rasa hormat orang Minnan (Fujian selatan) terhadap laut, kehidupan, perdamaian dan keadilan, serta simpati mereka terhadap kelompok rentan. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Adat Istiadat Rakyat di Kota Xiamen, Tiongkok