Sun Simiao (孙思邈) – Pengetahuan Yang Buruk Tentang Makanan Tidak Akan Membuat Kita Sehat
Makanan yang kita makan sehari-hari, dapat mengobati dan membantu dalam pengobatan penyakit.
Dahulu, di Tiongkok, makanan dan obat sudah hidup berdampingan.
Banyak tanaman yang dulunya merupakan makanan, lama-kelamaan banyak digunakan sebagai obat.
Sun Simiao (Hanzi: 孙思邈, Pinyin: Sūn Sīmiǎo) seorang tabib terkenal selamat Dinasti Sui dan Dinasti Tang pernah mengatakan:
Untuk menjaga kesehatan, kita harus bergantung pada makanan.
Jika penyakitnya serius, barulah diresepkan obat.
Pengetahuan yang buruk tentang makanan tidak akan membuat kita sehat.
Tabib yang baik harus tahu penyebab penyakit dan menemukan bagian yang terkena penyakit.
Obati penyakit dengan terapi diet dulu.
Resepkan obat jika terapi diet gagal.
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Kucai (Hanzi: 韭菜, Pinyin: Jiǔcài) termasuk dalam jenis bawang-bawangan. Dalam bahasa latin disebut Allium tuberosum.
Kucai berasal dari Asia. Penanaman kucai memiliki sejarah lebih dari 3.000 tahun. Selama Dinasti Shang dan Dinasti Zhou , digunakan sebagai makanan dan bumbu.
Saat ini kucai biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, dan ada juga beberapa varietas yang dibudidayakan.
Kucai sering ditemukan dalam masakan khas Tiongkok, sebagai campuran dalam bubur ayam, lumpia, dan tumisan daging.
Ciri-ciri kucai
Tingginya tanaman kucai antara 30 sampai 50 cm.
Bergerombol seperti tanaman padi yang baru tumbuh.
Umbinya ramping, berbentuk kerucut dengan panjang 2-3 cm, dan lebar 1 cm.
Tumbuh dalam rumpun yang padat.
Daunnya berbentuk tabung hampa dengan panjang hingga 50 cm, berdiameter 2-3 mm, dan bertekstus lembut meskipun sebelum munculnya bunga dari daun, dakan terlihat leibh keras dari biasanya.
Aroma kucai lebih dekat ke bawang putih daripada daun bawang, sehingga dalam bahasa Inggris disebut garlic chives.
Kandungan kucai
Kucai mengandung protein, vitamin B, vitamin C , serta mineral, kalsium dan fosfor.
Ada lebih banyak karoten di dalamnya, kedua setelah wortel dan lebih banyak dari bawang putih.
Selain itu, juga mengandung seng.
Berdasarkan keterangan dari Data Komposisi Pangan Indonesia, 100 gram kucai memiliki kandungan gizi sebagai berikut.
Air: 86.3 ml
Energi: 45 Kalori
Protein: 2.2 gram
Lemak: 0.3 gram
Karbohidrat: 10.3 gram
Serat: 4.8 gram
Kalsium: 52 miligram
Fosfor: 50 miligram
Zat besi: 1.1 miligram
Natrium: 21 miligram
Kalium: 439.5 miligram
Zinc: 0.5 miligram
Beta karoten: 2,685 mcg
Niasin: 1.8 miligram
Vitamin C: 17 miligram
Manfaat kucai sebagai obat
Anti hipertensi
Kucai mengandung senyawa tetrametiloksamida dan ester 17- etadekadesenil. Efek anti hipertensi ekstrak kucai sebanding dengan atenolol dosis 25 mg.
Menurunkan kolesterol
Kucai memiliki kandungan allicin, yaitu suatu organosulfur yang dapat membantu menurunkan kolesterol dan tekanan darah. Allicin dalam herbal ini bertugas untuk melepaskan nitrit oksida, sehingga membantu mengurangi kekakuan pada pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Kucai juga mengandung quercetin, yaitu senyawa yang dapat mengurangi risiko penumpukan plak di arteri.
Antioksidan
Banyaknya komponen dially sulphides dalam kucai mampu mencegah oksidasi platelet di dalam darah, sehingga berfungsi menjadi antioksidan.
Mencegah kanker
Kemampuan diallyl disulfides dalam kucai mampu menghambat pertumbuhan sel tumor pada usus manusia.
Sebagai obat pencahar
Kucai mengandung banyak vitamin dan serat, dapat melancarkan pencernaan, mengobati sembelit, serta mencegah kanker usus besar.
Baik untuk hati dan lambung
Kucai mengandung minyak atsiri yang mendistribusikan bau pedas yang khas. Dengan demikian, kucai dapat meningkatkan nafsu makan.
Kucai juga bermanfaat sebagai antiobiotik alami, menjaga kesehatan otak, meningkatkan penglihatan, dan meredakan stres.
Efek samping kucai
Selain memiliki manfaat di atas, kucai memiliki kelemahan. Bisa menimbulkan bau badan dan bau mulut yang menyengat. Bau badan disebabkan oleh kandungan sulfur dari kucai yang terserap melalui aliran darah, yang kemudian dikeluarkan sebagai keringat lewat kulit. Sedangkan bau mulut disebabkan oleh sisa kucai yang menempel di sela-sela gigi. Sisa kucai itulah yang menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Penting untuk diingat tentang kucai
Yang harus diperhatikan untuk kucai ini adalah jangan membiarkan kucai terlalu lama atau lebih dari semalam, karena bisa berbahaya. Zat nitrat yang ada di dalamnya akan berubah menjadi nitrit dan menyebabkan reaksi beracun.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi kucai
Selain itu, sebaiknya menghindari mengkonsumsi kucai jika sebelumnya memang sudah punya alergi terhadap bawang jenis apa saja.
Mengkonsumsi kucai secara berlebihan dapat menyebabkan senyawa organik tertentu dalam tubuh terlalu tinggi. Sehingga bisa mengalami sakit perut atau gangguan pencernaan lainnya.
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
Serba Serbi Buah Jujube aka Angco Dalam Pengobatan Tradisional Tiongkok
Buah kecil berwarna kemerahan ini memiliiki nama latin Ziziphus jujuba, biasa disebut jujube (Hanzi: 红枣, Pinyin: Hóngzǎo), kurma merah, kurma Tiongkok, jujube Tiongkok.
Buah jujube memiliki rasa manis dengan tekstur yang chewy. Dengan rasanya tersebut, buah ini sering dikeringkan dan dijadikan permen atau dessert di negara-negara Asia.
Buah yang juga biasa disebut angco ini, sering dijumpai pada masakan Tionghoa dan beberapa obat herbal Tiongkok.
Diketahui jujube mulai dibudidayakan semenjak tahun 9000 SM pada daerah Asia Tenggara.
Pada masa dinasti Zhou Barat masyarakat Tiongkok telah menggunakan jujube sebagai campuran dalam minuman arak.
Kadar vitamin C dalam buah jujube 80 kali lebih banyak dibandingkan dengan buah anggur dan buah apel. Oleh karena kandungan vitamin C yang tinggi tersebut mampu mengubah kolesterol yang tinggi menjadi bile acid yang mampu mencegah terjadinya batu empedu. Selain vitamin C masih banyak lagi kandungan nutrisi dan vitamin lainnya pada buah jujube antara lain vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, protein, kalsium, fosfor, besi, dan magnesium.
Buah dan bijinya digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok, dipercaya dapat meredakan stres, dan secara tradisional untuk antijamur, anti bakteri, anti maag, anti inflamasi dan sedasi, antispastic, antifertilitas/kontrasepsi, hipotensi dan antinefritik, kardiotonik, antioksidan, imunostimulan, dan sifat penyembuhan luka.
Buah berbiji satu dengan kulit buah yang tipis ini, sifatnya hangat. Menggantikan Qi, menambah darah, dan menenangkan pikiran. Baik untuk limpa lemah dan perut, kurang darah, insomnia, dan kelesuan.
Perlu diperhatikan, jujube tidak cocok dikonsumsi oleh orang yang bertipe tubuh lembab, karena dapat mengakibatkan kembung dan diare. Biasanya buah jujube dikombinasikan dengan berbagai jenis bahan lainnya, sehingga menjadi ramuan herbal yang memiliki banyak manfaat.
Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.