Found 2 bookmarks
Custom sorting
Tiga Kepatuhan dan Empat Kebajikan (三从四德)
Tiga Kepatuhan dan Empat Kebajikan (三从四德)
三从四德 Sāncóngsìdé Tiga Kepatuhan dan Empat Kebajikan 三 – sān – tiga 从 – cóng – kepatuhan 四 – sì – empat 德 – dé – kebajikan Tiga Kepatuhan dan Empat Kebajikan adalah kode etik dan moralitas yang digunakan untuk membatasi wanita dalam masyarakat feodal Tiongkok kuno. Istilah “tiga kepatuhan” pertama kali muncul dalam klasik Konfusianisme Zhou dan Han “Upacara Ritual, Pakaian Berkabung, Biografi Zixia”. Ketika membahas batas waktu bagi seorang wanita yang sudah menikah, masa berkabung suaminya dan ayahnya (tiga tahun untuk suaminya dan satu tahun untuk ayahnya), dikatakan bahwa “Wanita memiliki ‘tiga kepatuhan’. Jika mereka tidak menikah, mereka mematuhi ayah mereka, tetapi ketika mereka menikah, mereka menuruti suaminya. Istilah “Empat Kebajikan” dapat ditemukan di “Zhou Li, Tian Guan, Nei Zai”. Apa itu Tiga Kepatuhan? Yang disebut “tiga kepatuhan” mengacu pada kepatuhan kepada ayah sebelum menikah, kepatuhan kepada suami setelah menikah, kepatuhan kepada anak setelah suami meninggal. Artinya anak perempuan harus menuruti ajaran orang tuanya sebelum menikah, dan tidak seenaknya menyanggah perintah orang yang lebih tua, karena yang lebih tua memiliki pengetahuan sosial yang kaya dan makna pembimbing yang mendasar. Berbakti kepada yang lebih tua, dan mendidik yang muda. Jika suamiya meninggal, ia harus mematuhi tugasnya, mencari cara untuk membesarkan anak-anak, dan menghormati filosofi hidup anak-anak mereka. Apa itu Empat Kebajikan? Yang disebut “empat kebajikan” mengacu pada moralitas, ucapan, penampilan, dan pekerjaan. Artinya, untuk menjadi seorang wanita, hal pertama dan terpenting adalah moralitas. Kedua, “kata-kata”. Harus memiliki pengetahuan dan pengembangan diri, ucapan yang benar, dan bahasa yang tepat. Ketiga, “penampilan”, yang menunjukkan bahwa seseorang harus bermartabat dan bijaksana, tidak sembrono. Keempat adalah “pekerjaan”. Yaitu, cara menjalankan keluarga. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Tiga Kepatuhan dan Empat Kebajikan (三从四德)
Arti Pepatah Tiongkok 三人行, 必有我师焉 (Tiga orang, pasti ada guruku)
Arti Pepatah Tiongkok 三人行, 必有我师焉 (Tiga orang, pasti ada guruku)
三人行, 必有我师焉 Sān rénxíng, bì yǒu wǒ shī yān Tiga orang, pasti ada guruku 三 (sān) – tiga 必 (bì) dari kata 必须 (bìxū) – harus, mesti 师 (shī) – 向 …..学习 (xiàng….xuě xī) – berguru pada….. 焉 (yān) – adalah 语气词 (yǔ qì cí), bunyi akhiran yang tidak memiliki arti khusus, dalam bahasa Indonesiea hampir sama dengan “-lah, lho”. Pepatah Tiongkok yang terdapat dalam Analek Konfusius bab Shuer ini memiliki arti, bahwa kita belajar dari orang-orang yang berada di sekitar kita, siapa pun yang memiliki kelebihan, kita seharusnya belajar dari mereka. Di satu sisi, pilih yang baik dan ikuti mereka. Belajar dari yang baik, yang merupakan semangat kerendahan hati dan keinginan. Di sisi lain, ubah yang buruk, dan ambil sebagai peringatan. Ketika melihat yang buruk, merefleksikan diri adalah semangat pengembangan diri. Secara alami, akan lebih melihat kelebihan orang lain, bersikap baik kepada orang lain, bersikap lunak terhadap orang lain, dan ketat dengan diri sendiri. Ini bukan hanya cara terbaik untuk mengembangkan dan meningkatkan diri, tetapi juga merupakan kondisi penting untuk mempromosikan hubungan interpersonal yang harmonis. Terima kasih telah membaca, silahkan kunjungi Tionghoa Indonesia untuk artikel-artikel lain yang lebih menarik.
·tionghoa.org·
Arti Pepatah Tiongkok 三人行, 必有我师焉 (Tiga orang, pasti ada guruku)