Found 64 bookmarks
Custom sorting
Sejarah Agama Tao
Sejarah Agama Tao
Oleh: DR. I Djaja L Msc. Agama TAO merupakan Agama yang berasal dari Tiongkok. Dari data-data yang ada, maka Agama TAO termasuk agama yang tertua di dunia ini, umumnya diakui sudah ada sejak 7000 tahun yang silam, dan juga merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa, ini tercermin dari tulisan LU XUN seorang budayawan kondang, dimana beliau menulis bahwa Agama TAO adalah agama dan akar utama dari kebudayaan Tionghoa. Umumnya Agama TAO diyakini : Berasal dari Kaisar Kuning (Wang Di), dikembangkan oleh Lao Zi dan terorganisasi menjadi sebuah institusi Keagamaan (Agama TAO) yang lengkap oleh Zhang Tao Ling. Agama TAO selain telah berjasa dalam menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat di Tiongkok selama beribu-ribu tahun. Juga telah memberikan banyak sumbangan terhadap kemajuan sastra, budaya, ilmu astronomi, ilmu pengobatan, filsafat dan cara berpikir masyarakat Tionghoa dimanapun mereka berada. Pada jaman FU XI sekitar tahun 5000 SM, FU XI telah menggunakan teori dan perhitungan BA-KUA (Delapan Penjuru) untuk menjelaskan tentang sistem Astronomi, menentukan hal-hal yang penting yang berhubungan dengan ramalan kehidupan seseorang, serta menentukan cara-cara ritual penyembahan Dewa/Dewi. Sampai pada jamannya HUANG DI (Kaisar Kuning) 2698 SM, mulai dikemukakan teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan teori tentang masalah kehidupan dan kematian. HuANG DI juga merupakan tokoh yang pertama menjalankan pemerintahannya berdasarkan ajaran TAO (道). Sejak HUANG DI sampai 1500 tahun berikutnya, setiap pemimpin yang menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah masyarakatnya dengan teori ajaran HUANG DI, antara lain : Menghormati TIAN dan menjunjung tinggi Sopan-santun dalam bermasyarakat (HUANG DI ZHI TAO / Filsafat ajaran HUANG DI). Pada jaman Dinasti Kerajaan Chow, muncul seorang bijaksana yang mempunyai nama besar yaitu LAO ZI . Beliau pernah bertugas sebagai pejabat yang menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki kerajaan Chow. Karena itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca semua buku-buku dan menguasai teori-teori yang diajarkan oleh HUANG DI. Ini membuat beliau sangat menyanjung keagungan alam yang telah menghidupi semua makhluk hidup, termasuk manusia, namun beliau juga mengajarkan bahwa dibalik semuanya itu pasti ada yang menciptakannya yang bersifat maha Agung; maha Mulia dan maha Esa, hanya saja sulit bagi beliau untuk memberikan sebutan atau nama yang tepat bagi Pencipta Alam Semesta yang maha Besar ini. Akhirnya LAO ZI meminjam kata “TAO” (道), untuk memberi nama bagi “SUMBER” dari segala sesuatu yang tercipta di alam semesta ini. Menurut LAO ZI; TAO adalah sumber terciptanya segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini. Cara berpikir beliau jauh melampaui jamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya yang menjunjung tinggi kebajikan dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran LAO ZI bersama-sama ajaran HUANG DI dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO (HUANG-LAO TAO / Filsafat ajaran Wang Di dan Lao Zi) sampai sekarang. Ajaran HUANG-LAO (HUANG-LAO TAO) ini makin berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya dianut oleh hampir setiap orang terpelajar dan cendekiawan jaman itu, salah satunya adalah CHUANG ZI. Pemujaan terhadap LAO ZI sudah dimulai sejak jaman Dinasti JIN HAN, saat itu kegiatan keagamaan dan upacara ritual keagamaan sudah berkembang sedemikian lengkapnya. Pada jaman Han Barat, masyarakat hidup makmur dan sentosa berkat semua pemimpin kerajaan menganut dan menjalankan ajaran HUANG-LAO TAO. Sampailah pada jaman Han Timur (Tong Han), ada seorang bernama Zhang Tao Ling yang dengan sungguh-sungguh mempelajari semua ajaran TAO dan ilmu keDewaan, beliau juga berhasil membuat pemilahan-pemilahan dan menyusun peraturan-peraturan tentang cara-cara upacara ke Agamaan TAO, mengajarkan cara-cara bagaimana seharusnya menggambar HU dan menuliskannya dalam buku-buku yang baku untuk kepentingan pengajaran kepada pengikut-penganutnya. Sehingga terbentuklah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berbasis Agama TAO yang pertama sejak itu. Selanjutnya semua kegiatan keagamaannya selalu secara resmi menggunakan nama AGAMA TAO. Pengikut-pengikutnya disebut sebagai umat TAO (TAO SHI). Zhang Tao Ling juga menggunakan nama lain, selain Agama Tao, yaitu Thian Zhi TAO dan terutama aktif di daerah Si Chuan, penerusnya juga menyebarkan agama TAO di daerah Jiang Si di daerah Long Hu San / Gunung Naga Harimau, sebelah selatan dari sungai Zhang Jiang. Sejak itu Agama TAO selalu mengajarkan umatnya untuk memupuk dan mempunyai sifat-sifat yang Jujur, Tulus dan Welas Asih, serta tidak boleh menyakiti orang lain. Orang kalau sakit atau bersalah, bila ingin sembuh dan minta pertolongan di dalam Agama TAO, maka diharuskan pertama kali untuk mengakui kesalahannya atau perbuatan tidak baiknya, baru kemudian diberi pengobatan ataupun nasehat bahkan diajak Semedi dan mawas diri untuk kesembuhan dirinya. Agama TAO terutama mengajarkan sifat Qing Jing Wu Wei, suatu sifat dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha berbuat sesuatu demi kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang tulus tanpa pamrih!, selain itu juga selalu mawas diri dalam usahanya mengajak masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-masing. Sifat demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya klenteng-klenteng yang bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang sedang bepergian jauh, serta menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang menginap di sana, ini semua bertujuan untuk melayani dan memudahkan masyarakat pada jamannya, sehingga sangat mendapat dukungan dari segala lapisan masyarakat. Pada jaman Dinasti DHANG , Agama TAO berkembang pesat sekali, sehingga raja pun menetapkan adanya pejabat khusus setingkat Menteri untuk mengurusi semua persoalan yang berhubungan dengan TAO KUAN dan Klenteng-klenteng yang ada pada saat itu. Selain itu juga setiap tahun diadakan semacam ujian untuk mengangkat orang-orang yang ahli dalam pengetahuan tentang TAO (Istilahnya XIAN SIEK POK SHI = Profesor Keagamaan dalam Agama Tao), sebagai penasehat resmi kerajaan. Keadaan ini berkembang terus sampai jaman Dinasti SONG, umumnya raja-raja dan keluarga raja semuanya menganut Agama TAO, sehingga boleh dikatakan merupakan jaman keemasan bagi Agama TAO saat itu. Sejarah mencatat bahwa jaman Dinasti DHANG dan Dinasti SONG , banyak menghasilkan TAO Shi (Pendeta / Ahli Agama TAO) yang sangat bijaksana dan mumpuni, dimana cerita mereka itu banyak bisa dijumpai dalam buku-buku yang menulis tentang Agama TAO. Pada jaman Dinasti CIN, di Tiongkok utara lahirlah 3 aliran Agama TAO yang baru yaitu : Aliran QUAN ZHEN; Aliran ZHEN DA; Aliran DAI YI. Diantara 3 aliran itu, QUAN ZHEN TAO JIAO (Agama TAO aliran QUAN ZHEN) berkembang paling pesat dan mempunyai pengaruh yang sangat luas. Dari QUAN ZHEN TAO JIAO lah muncul seorang tokoh yang bernama JIU JU CIE, beliaulah yang pada jaman Dinasti YUAN , berhasil mempengaruhi dan mengajak Raja YUAN yaitu JENGIS KHAN, untuk menerima dan percaya kepada ajaran Agama TAO. Pada akhir jaman Dinasti YUAN, popularitas Agama TAO mulai menurun di kalangan keluarga kerajaan, sehingga terjadilah peristiwa pembakaran buku-buku Agama TAO, hal ini tentu sangat merugikan citra dan menimbulkan kemarahan umat Agama TAO dikemudian hari. Keadaan ini dimanfaatkan oleh CU YUAN CHANG untuk bisa segera memperoleh dukungan masyarakat dalam usahanya manggulingkan Dinasti YUAN dan mendirikan Dinasti MING. Setelah CU YUAN CHANG berhasil memanfaatkan umat Agama TAO dalam mendirikan kerajaan MING , beliau sangat mengetahui bahwa Agama TAO sangat menjunjung tinggi sifat Kebajikan dan Kebebasan serta sangat Anti Kediktatoran (karena kediktatoran sangat bertentangan dengan sifat alamiah), hal ini sangat ditakuti oleh CU YUAN CHANG, sebab beliau sebetulnya lebih suka menjalankan kekuasaannya secara Tirani. Maka di depan umum Cu Yuan Chang kelihatan sangat mendukung berkembangnya Agama TAO, namun secara diam-diam beliau berusaha melakukan segala cara untuk menekan Agama TAO, ini terbukti karena Cu Yuan Chang akhirnya hanya mengijinkan Agama TAO untuk menyebarkan ajaran tentang cara-cara / upacara menyembah Dewa / Dewi serta cerita-cerita tentang Ilmu pengetahuan KeDewaan, tapi sama sekali dilarang untuk mengajarkan filsafat dan ilmu pengetahuan dari Agama TAO yang lebih dalam. Hal ini tentu sangat memukul perkembangan Agama TAO, dan memicu berkembangnya dampak negatif bagi citra Agama TAO dikemudian hari. Ketika kerajaan MAN QING menjajah Tiongkok dan mendirikan Kerajaan QING, sebagai penjajah mereka sangat takut terhadap ajaran Agama TAO yang sangat bersifat Kerakyatan dan menjunjung Kebijakan dan Kebebasan serta anti Kediktatoran. Sehingga mereka juga melarang usaha penyebaran ajaran filsafat dan ilmu pengetahuan Agama TAO yang sebenarnya, namun sengaja membiarkan orang-orang yang mengatasnamakan Agama TAO untuk menonjolkan Ketahyulan, berkeliaran utnuk menyebarkan kesesatan diantara anggota masyarakat dengan tujuan memfitnah Agama TAO, orang yang demikian itu biasanya disebut Wu Bo (Dukun Perempuan) ataupun Shen Han (Dukun Pria). Karenanya sejak itu, citra Agama TAO menjadi sangat jelek dan ketinggalan jaman, dampaknya terasa sampai kurun waktu yang lama sekali, sekarang ini masih ada sebagian orang terpelajar, yang karena belum mengerti apa sebenarnya Agama TAO, dengan mudahnya meremehkan Agama TAO sebagai Agama yang bersifat tahyul dan ketinggalan jaman, sebab pada dasarnya mereka belum bisa membedakan antara Tao Shi dengan dukun. Syukurlah sesuai dengan kemajuan jaman, akhir-akhir ini semua sudah mulai berubah ke arah yang positif, para umat penganut Agama TAO mulai menyadari kesalahan sikap diamnya selama ini, sehingga dimana-mana umat TAO mulai membenahi diri dan dengan gigih menyebarkan ajaran Agama TAO yang sebenarnya, walaupun masih harus menghadapi banyak kendala di lapangan. Di luar Tiongkok dan Taiwan, ada beberapa negara yang umat Agama TAO nya sangat aktif dan berkembang an...
·tionghoa.org·
Sejarah Agama Tao
Agama Tao Termasuk Agama Tertua Dunia Yang Berasal Dari Tiongkok
Agama Tao Termasuk Agama Tertua Dunia Yang Berasal Dari Tiongkok
Xiao Yao Guan 逍遥观 Sejarahnya bisa ditelusuri sejak Nabi Fu Xi (伏羲) 12000 tahun yang lalu mulai mengajar TAO digunung Kong Tong (崆峒山), tepatnya di kompleks Xiao Yao Guan (逍遥观). Di dalam komplek Xiao Yao Guan, juga ditemukan jejak sejarah para tokoh Nabi Agama TAO antara lain Nabi Pan Gu Shi (盘古氏), Nabi Guang Chen Zi (广成子), Huang Di (黄帝) dan Nabi Lao Zi (老子) . Nabi Pan Gu Shi, Huang Di dan Nabi Lao Zi dipercaya sebagai titisan dari Maha Dewa Tài Shàng Lǎo Jūn (太上老君) , Dewa Utama yang dipuja oleh umat Tao. Mengenai Nabi Lao Zi…. Diceritakan dalam buku sejarah (Shi Ji 史记), tulisan Si Ma Qian (司马迁), satu hari seorang penjaga benteng pertahanan kuno Han Gu Guan , yang didirikan pada jaman Dinasty Zhuo Barat (西周) , yang bernama Yin Xi (尹喜), yang mahir dalam ilmu Astronomi dan kitab Yi Ching, melihat ada pergerakan Qi berwarna ungu dari arah timur menuju Han Gu Guan. Ia meramalkan akan ada Orang Suci yang datang dari arah timur ke Han Gu Guan. Dan benar saja beberapa hari kemudian Nabi Lao Zi dengan menaiki sapi hijaunya dari arah timur datang ke Han Gu Guan. Yin Xi kemudian segera menyambut Nabi Lao Zi dengan penuh hormat, dan secara tulus memohon Nabi Lao Zi untuk menulis sebuah buku untuk membantu memberikan nasehat kepada masyarakat. Melihat kejujuran dan ketulusan Yin Xi, maka Nabi Lao Zi mengabulkan permintaan itu dan tinggal beberapa lama di Han Gu Guan. Setelah selesai menulis Kitab Dao De Jing, Nabi Lao Zi meninggalkan Han Gu Guan meneruskan perjalanan ke arah barat. Dicatatan sejarah lainnya, dikatakan setelah Nabi Lao Zi keluar dari Han Gu Guan kemudian tidak diketahu lagi jejaknya dan diduga menjadi Dewa dan naik ke langit. Namun sebenarnya, Nabi Lao Zi yang menaiki sapi hijaunya berjalan berputar arah menuju ke timur mengembara melewati jalan pegunungan, akhirnya sampai di gunung Jing Shi Shan (景室山). Nabi Lao Zi memutuskan untuk menetap, bersemadi dan meneruskan Xiu Dao nya di gunung itu. Karena itu gunung Jing Shi Shan akhirnya berubah nama menjadi gunung Lao Jun Shan (老君山).
·tionghoa.org·
Agama Tao Termasuk Agama Tertua Dunia Yang Berasal Dari Tiongkok
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Kawasan Pintu Kecil (dulu bernama Pintoe Ketjil) tidak jauh dari kawasan Pecinan Glodok semasa Batavia Kehadiran etnis Tionghoa di Kota Batavia tidak hanya membuat roda perekonomian di kota ini menjadi berputar tetapi juga ikut memberi warna tersendiri bagi sebuah kota yang dibangun Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur Jenderal wilayah kongsi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang keempat dan keenam. Pada masa jabatan pertama ia memerintah pada 1619–1623 dan untuk masa jabatan yang kedua berlangsung pada 1627–1629. Salah satu warna tersendiri yang hingga kini terus melekat adalah tradisi perayaan yang dilaksanakan oleh penduduk Kota Batavia keturunan Tionghoa. Suasana Imlek Setiap ada perayaan, sudut-sudut Kota Batavia menjadi lebih semarak. Keramaian tersebut semakin terasa di sebuah lapangan yang dinamakan Glodok Plein alias lapangan Glodok. Lampu menyala terang-benderang. Warna-warna terpancar di setiap sudut. Lapangan yang berlokasi di kawasan Pecinan Glodok tersebut menjadi lebih meriah. Untuk merayakan Tahun Baru Imlek (Sin Cia), penduduk di kawasan Pecinan melakukan pelbagai persiapan. Banyak pula penduduk Kota Batavia yang non-Tionghoa yang ikut berbaur untuk melakukan persiapan perayaan tersebut. Mereka berbaur merayakan tradisi turun-temurun etnis Tionghoa tersebut. Salah satunya adalah Mat Pitak, seorang pegawai partikelir di bilangan Gang Lo Soe Fan di daerah Patekoan (kini masuk wilayah Jakarta Kota). Mat Pitak yang Betawi asli tersebut selalu membantu mempersiapkan penyambutan Tahun Baru Imlek (Sin Cia). Ia mengucapkan selamat dengan datangnya musim semi (cun) dan biarlah murah rezeki dan panjang umur. Etnis Tionghoa sangat menantikan Tahun Baru Imlek (Sin Cia) dengan harapan bisa mendapat rezeki yang banyak dan berumur panjang. Warna-warni Kue Apam Setiap Tahun Baru Imlek tiba, tidak akan afdol tanpa kehadiran pelbagai makanan yang bisa dibilang sebagai sajian wajib yang tidak boleh ditinggalkan. Salah satunya adalah kue keranjang yang diartikan sebagai kecukupan dan kekal dalam keluarga. Kue keranjang Selain itu, juga harus ada teh-liauw atau manisan yang menjadi simbol penghidupan yang manis dan lancar. Semuanya itu kemudian dilengkapi dengan kehadiran kue apam yang bagi tradisi Tionghoa diperlambangkan sebagai pengharapan. Artinya, segala apa yang mulanya kecil, lama-kelamaan menjadi besar dan berbunga-bunga kemerah-merahan seperti bagian permukaan kue apam tersebut. Sumber: www.sinarharapan.co/metropolitan/read/32292/glodok_plein__kue_apam_dan__gong_xi_fa_cai_
·tionghoa.org·
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Hikayat Jendral Jiang Wu
Hikayat Jendral Jiang Wu
Hikayat Jendral JIANG WU, dibaca CIANG U TA CIANG CUIN. Lahir pada jaman Dinasti Ming di Shandong. Nama lain adalah Wo Yang. Pada tahun 1622 Jiang Wu menjadi Pejabat Walikota. Tahun 1628-1643 Jiang Wu naik pangkat lagi menjadi Jendral. Beliau membunuh kepala bandit bernama Wang Ke, Jiang Wu pun kemudian naik pangkat menjadi Wakil Menteri Pertahanan, beliau melindungi keadaan kerajaan dan pemakaman-pemakaman kerajaan. Pada waktu itu Jiang Wu juga ikut Jendral Besar Yang Wen Yue untuk membantu tentara-tentara di Kaifeng. Waktu itu yang ikut banyak yang kalah, hanya tentara Jiang Wu saja yang tetap tidak goyah. Ketika bandit-bandit datang, Jiang Wu sendiri yang memimpin perang dan membunuh ratusan bandit. Karena kehabisan tenaga dan lain-lain, Jiang Wu akhirnya meninggal juga, selanjutnya Jabatan Beliau dijabat oleh anak cucunya.
·tionghoa.org·
Hikayat Jendral Jiang Wu