Tionghoa Indonesia

Tionghoa Indonesia

738 bookmarks
Custom sorting
Sekilas Kelenteng Sam Kuan Tai Tie, Kelenteng Tertua di Batavia
Sekilas Kelenteng Sam Kuan Tai Tie, Kelenteng Tertua di Batavia
Kampung Marunda di Cilincing Jakarta Utara ternyata tidak saja tersohor karena “Kampung Si Pitung”, tokoh legendaris Betawi, ternyata di sana juga terselip sebuah kelenteng yang kabarnya tertua di Batavia (kini Jakarta). Nama kelenteng itu adalah Vihara Latilavistara. Kelenteng Sam Kuan Tai Tie di masa Batavia dulu Kelenteng itu terletak di Jalan Krematorium Cilincing, Jakarta Utara. Berada satu kompleks dengan Sekolah Tinggi Agama Buddha “Maha Prajna”. Di sebelah kompleks kelenteng terdapat rumah penitipan abu jenazah. Di belakangnya terdapat pagoda menjulang tujuh tingkat. Pagoda ini tercatat satu-satunya dan tertua di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Dulu pagoda ini dapat dimasuki dan dinaiki pengunjung. Kini hanya bisa dipandang karena bangunan pagoda semakin miring. Guna menjaga keutuhan cagar budaya ini sekaligus keselamatan pengunjung, bangunan pagoda dilarang dimasuki apalagi apalagi dinaiki. Catatan sejarah menyebutkan, kelenteng ini dibangun persis pada masa Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen. Dulu Kelenteng ini bernama Sam Kuan Tai Tie. Pada awal abad ke-16 banyak kapal layar Tiongkok singgah di Pulau Jawa. Di antaranya, sebuah kapal yang hendak berlabuh di pantai Cilincing. Pada masa itu, Cilincing merupakan salah satu pelabuhan kecil di utara Pulau Jawa. Kapal tersebut kandas di tempat dangkal. Halaman depan Kelenteng Sam Kuan Tai Tie Cilincing Jakarta Utara Berbagai upaya dilakukan awak kapal untuk mengembalikan posisi kapal. Sayang, usaha itu berujung kesia-siaan. Mereka nyaris putus asa sehingga hari-hari panjang yang membosankan diisi dengan hanya menatap deburan pantai serta burung bangau singgah menyantap ikan-ikan kecil di pesisir pantai. Suatu hari, ketika menyelusuri pantai, awak kapal menemukan sebilah papan bertuliskan Sam Kuan Tai Tie. Mereka tahu bahwa tulisan yang tertera di papan itu merupakan nama kelenteng di daratan Tiongkok. Mereka sepakat membawa papan itu ke kapal. Tiba di kapal, awak kapal pun menggelar sembahyang sambil berucap janji: bila kapal yang kandas ini bisa lepas maka mereka akan melakukan upacara sembahyang buah. Tengah malam, tiba-tiba air laut menjadi deras. Pelan-pelan posisi kapal berubah. Singkat kata: kapal dapat terapung kembali ke tengah laut. Sesuai janji, awak kapal pun, esok harinya turun ke darat dan menyandarkan papan bertuliskan Sam Kuan Tai Tie pada sebuah pohon besar tak jauh dari pantai Cilincing. Di sana mereka menggelar sembahyang buah. Selesai ritual itu, awak kapal pun kembali ke kapal dan meneruskan perjalanan balik ke Tiongkok. Papan bertuliskan Sam Kuan Tai Tie ditinggalkan di pohon besar. Papan Aksara Tiongkok Sempat Hilang Cerita itu tersebar ke mana-mana. Banyak orang berbondong-bondong untuk melihat papan bertuliskan aksara Tiongkok itu. Di antaranya, ada seorang perajin sepatu. Dia mengaku, doanya terkabulkan setelah mengunjungi papan berhuruf aksara Tiongkok itu. Ia lalu membuat pondok untuk papan tersebut. Suatu hari tersiar kabar papan itu hilang dari pondok. Masyarakat Cilincing pun gempar. Beberapa tahun kemudian ada sekelompok masyarakat Tionghoa membeli tanah di Cilincing. Mereka pun ternyata mencari papan Sam Kuan Tai Tie. Seorang di antaranya diketahui pria asal Tiongkok bermarga Oey. Suasana Kelenteng Sam Kuan Tai Tie Cilincing Usaha pencarian terus dilakukan. Tanpa disengaja, salah seorang bermarga Oey menemukan sosok tubuh pria terkapar di pekarangan dekat sebuah rumah yang agak terpencil di wilayah Cilincing. Tak jauh dari lokasi tanpa sengaja ditemukan papan bertuliskan Sam Kuan Tai Tie yang mereka cari. Papan masih dalam keadaan utuh, terletak di atas onggokan abu bekas api unggun. Ternyata pria yang terkapar itu adalah seorang perampok. Dia berniat merampok. Untuk maksud itu, ia menemui papan Sam Kuan Tai Tie. Alhasil, dia malah kena petaka. Pria itu marah besar dan akan membakar papan itu. Yang terjadi malah sebaliknya: dia mati dengan tubuh lunglai tanpa daya. Sejak kejadian itu, masyarakat Tionghoa bermarga Oey sepakat guna merawat serta menjaga papan bertuliskan aksara Tiongkok itu. Di atas tempat papan Sam Kuan Tai Tie lalu didirikan sebuah kelenteng kecil. Itulah kelenteng tertua di Batavia. Kelenteng ini kini dilindungi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sebagai cagar budaya sehingga harus dijaga kelestariannya. Sumber: www.sinarharapan.co/metropolitan/read/32348/mengintip_latilavistara__kelenteng_tertua_di_batavia
·tionghoa.org·
Sekilas Kelenteng Sam Kuan Tai Tie, Kelenteng Tertua di Batavia
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Kawasan Pintu Kecil (dulu bernama Pintoe Ketjil) tidak jauh dari kawasan Pecinan Glodok semasa Batavia Kehadiran etnis Tionghoa di Kota Batavia tidak hanya membuat roda perekonomian di kota ini menjadi berputar tetapi juga ikut memberi warna tersendiri bagi sebuah kota yang dibangun Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur Jenderal wilayah kongsi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang keempat dan keenam. Pada masa jabatan pertama ia memerintah pada 1619–1623 dan untuk masa jabatan yang kedua berlangsung pada 1627–1629. Salah satu warna tersendiri yang hingga kini terus melekat adalah tradisi perayaan yang dilaksanakan oleh penduduk Kota Batavia keturunan Tionghoa. Suasana Imlek Setiap ada perayaan, sudut-sudut Kota Batavia menjadi lebih semarak. Keramaian tersebut semakin terasa di sebuah lapangan yang dinamakan Glodok Plein alias lapangan Glodok. Lampu menyala terang-benderang. Warna-warna terpancar di setiap sudut. Lapangan yang berlokasi di kawasan Pecinan Glodok tersebut menjadi lebih meriah. Untuk merayakan Tahun Baru Imlek (Sin Cia), penduduk di kawasan Pecinan melakukan pelbagai persiapan. Banyak pula penduduk Kota Batavia yang non-Tionghoa yang ikut berbaur untuk melakukan persiapan perayaan tersebut. Mereka berbaur merayakan tradisi turun-temurun etnis Tionghoa tersebut. Salah satunya adalah Mat Pitak, seorang pegawai partikelir di bilangan Gang Lo Soe Fan di daerah Patekoan (kini masuk wilayah Jakarta Kota). Mat Pitak yang Betawi asli tersebut selalu membantu mempersiapkan penyambutan Tahun Baru Imlek (Sin Cia). Ia mengucapkan selamat dengan datangnya musim semi (cun) dan biarlah murah rezeki dan panjang umur. Etnis Tionghoa sangat menantikan Tahun Baru Imlek (Sin Cia) dengan harapan bisa mendapat rezeki yang banyak dan berumur panjang. Warna-warni Kue Apam Setiap Tahun Baru Imlek tiba, tidak akan afdol tanpa kehadiran pelbagai makanan yang bisa dibilang sebagai sajian wajib yang tidak boleh ditinggalkan. Salah satunya adalah kue keranjang yang diartikan sebagai kecukupan dan kekal dalam keluarga. Kue keranjang Selain itu, juga harus ada teh-liauw atau manisan yang menjadi simbol penghidupan yang manis dan lancar. Semuanya itu kemudian dilengkapi dengan kehadiran kue apam yang bagi tradisi Tionghoa diperlambangkan sebagai pengharapan. Artinya, segala apa yang mulanya kecil, lama-kelamaan menjadi besar dan berbunga-bunga kemerah-merahan seperti bagian permukaan kue apam tersebut. Sumber: www.sinarharapan.co/metropolitan/read/32292/glodok_plein__kue_apam_dan__gong_xi_fa_cai_
·tionghoa.org·
Lapangan Glodok & Gong Xi Fa Cai
Go Tik Swan, Maestro Batik Keturunan Tionghoa
Go Tik Swan, Maestro Batik Keturunan Tionghoa
Go Tik Swan (Hardjonagoro) bersama Presiden Soekarno dalam sebuah acara di Istana Negara Namanya Kangjeng Pangeran Tumenggung (K.P.T.) Hardjonagoro. Dari gelar yang disandang di depan namanya sudah pasti ia adalah sosok penting yang di dalam raganya mengalir “darah biru” dari sebuah kesultanan atau kerajaan di Pulau Jawa. Bukan, ia hanyalah seorang rakyat biasa, dan terlahir sebagai keturunan Tionghoa. Sumbangsihnya terhadap pelestarian budaya Jawa-lah yang membuat Keraton Surakarta menganugerahinya gelar prestisius tersebut. Go Tik Swan, sebuah nama yang diberikan ayahnya, Gho Ghiam Ik, seorang penguasaha batik ternama di Surakarta kepadanya ketika lahir di Desa Kratonan, Serengan, Surakarta pada 11 Mei 1931 silam. Di kemudian hari Tik Swan menjelma menjadi seorang keturunan Tionghoa yang sangat mencintai dan dianggap sebagai pelestari budaya Jawa, melebihi orang-orang yang memang terlahir sebagai orang Jawa. Peraih anugerah Bintang Budaya Parama Dharma 2011 ini telah menciptakan 200 motif batik yang terkenal dengan trade marknya, Batik Indonesia. Sebagai anak dari keluarga terpandang maka Saat menginjak usia 7 tahun Tik Swan menempuh pendidikan dasarnya di Neutrale Europesche Lagere School (NELS) di Surakarta. Sebuah sekolah yang latar belakang siswa-siswinya berasal dari kalangan keluarga terpandang seperti warga keraton, anak-anak ningrat, pemuka masyarakat, serta pejabat. Namun, kesibukan kedua orang tuanya membuat Tik Swan lebih banyak diasuh oleh kakeknya, Tjan Khay Sing yang juga seorang pengusaha batik. Kakeknya merupakan pengusaha batik nomor satu di Solo yang memiliki empat lokasi pembatikan, yakni dua di Kratonan, dan sisanya di Ngapenan dan Kestalan. Berada di lingkungan pembatik, hari-hari Tik Swan dilalui bersama para pekerja yang membersihkan malam dari kain, mencuci, membubuhkan warna coklat dari kulit pohon soga, menulisi kain dengan canting, dan sejumlah aktivitas pembuatan batik lainnya. Lingkungan itulah yang kemudian membentuknya menjadi seseorang yang mulai menunjukkan ketertarikannya pada budaya tradisional Jawa. Tik Swan selalu terlihat anstusias ketika pada pembatik bekerja sembari menembang lagu-lagu jawa, atau ketika mendengar dongeng-dongeng yang bercerita tentang kebudayaan Jawa. Lazimnya anak kecil yang gampang berubah-ubah minat dan ketertarikannya, tidak demikian dengan Tik Swan. Ketertarikannya terhadap tradisi dan budaya justru semakin tumbuh dan subur seiring pertambahan usianya. Segala sesuatu yang berbau seni tradisional Jawa selalu menyedot perhatiannya. Gayung bersambut, tak jauh dari kediaman kakeknya di Coyudan, berdiri sebuah klenteng yang kerap mengadakan pertunjukan wayang, pertunjukan yang membuatnya sering mampir untuk menonton. Dari wayang ini pula ketertarikan Tik Swan tumbuh pada tari-tari Jawa, sehingga memutuskan berguru kepada putra Pakubuwono IX yakni G.P.H. Prabuwinata yang dikenal sebagai seniman keraton yang ahli di bidang karawitan, tari dan pedalangan. Minat Tik Swan ternyata ditentang oleh kedua orangtuanya. Namun gairahnya mendalami budaya Jawa tak terbendung. Ia mengabaikan tentangan tersebut. Orangtua Tik Swan punya cara menjauhkan putra sulungnya dari dunia tari dan ragam budaya jawa lain yang digeluti anaknya. Pada tahun 1953, ia kemudian diminta menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Cara itu ternyata tak efektif membendung seorang Tik Swan yang sedang kasmaran terhadap budaya Jawa. Tanpa sepengetahuan orangtuanya Tik Swan justru memilih kuliah di Fakultas Sastra Dan Filsafat, Jurusan Sastra Jawa UI. Di sini ia justru lebih mendalami aksara Jawa, menonton wayangan dan tari-tari Jawa. Betapa murkanya sang ayah ketika mengetahui kebohongan Tik Swan. Tak tanggung-tanggung, ayahnya mengancam segala biaya dan fasilitas ditarik. Tik Swan tetap teguh pada pilihannya dan mengabaikan ancaman sang ayah. Batik Indonesia Karena kepiawaiannya membawakan tari-tari Jawa, membuat Tik Swan sering diundang untuk tampil di berbagai pertunjukan. Dalam pentas-pentas ini Tik Swan mulai memperkenalkan nama Indonesia, yakni Hardjonagoro, yang kemudian menjadi nama panggungnya. Hardjonagoro sendiri adalah sebuah pasar di Solo yang dimiliki oleh kakek buyutnya bernama Tjan Sie Ing. Kala itu di tahun 1955 Universitas Indonesia merayakan hari ulang tahunnya. Hardjonagoro bersama rombongan tarinya berkesempatan tampil membawakan tarian Gambir Anom di Istana Negara Jakarta. Sebuah kesempatan langka tampil di hadapan Presiden Soekarno. Mengetahui salah satu penari adalah pria keturunan Tionghoa dan latar belakang keluarganya sebagai penguasaha batik turun-temurun, Presiden Soekarno menghampirinya. Sang Proklamator kemudian menyarakan kepadanya agar menciptakan batik yang mewakili identitas Indonesia, tak sekedar beridentitas lokal. Saran Soekarno bak motivasi besar bagi perjalanan hidup Hardjonagoro. Pada tahun yang sama ia memutuskan meninggalkan bangku kuliahnya, pulang ke kampung halamannya, mendalami segala sesuatu tentang batik, termasuk sejarah dan falsafahnya. Tak sukar baginya menemukan tempat dan guru yang tepat mempelajari batik secara holistik. Kedekatannya dengan keluarga Keraton Solo memungkinkannya belajar langsung dari ibunda Susuhunan Paku Buwana XII yang memiliki pola-pola batik pusaka. Pola batik langka yang tadinya tidak dikenal umum di tangan Hardjonagoro dikembangkan sedemikian rupa tanpa menghilangkan ciri khasnya. Pola-polanya diberi sentuhan warna-warna cerah seperti yang diajarkan Ibu Soed gurunya, pencipta lagu yang dikenal piawai dalam seni batik. Hardjonagoro juga mengembangkan motif-motif baru pada batiknya. Batik dengan warna dan motif baru seperti Parang Bima Kurda, Sawunggaling, Kukila Peksa Wani, Rengga Puspita dan Pisan Bali adalah hasil eksplorasinya menciptakan Batik Indonesia. Kerja keras dan inovasi Hardjonagoro mengantarkan batik ke masa jaya di tahun 1960-1970. Ia tak hanya menciptakan batik dengan warna dan motif indah untuk mempercantik pemakainya, namun juga menjadikan batik sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi. Kesuksesan itu kembali mempertemukannya dengan sang motivator, siapa lagi kalau bukan Presiden Soekarno. Hardjonagoro kerap diundang Soekarno menjelaskan batik kepada tamu-tamu negara yang berkunjung ke Indonesia. Tak hanya itu, ia juga mendapat tugas sebagai anggota Panitia Negara Urusan Penerima Kepala Negara Asing yang bertanggung-jawab menyelenggarakan pameran batik di Istana Negara, termasuk mendesain batik untuk cinderamata para tamu. Sepanjang karirnya dari tahun 1950an hingga 2008, Hardjonagoro telah menciptakan sekitar 200 motif batik Indonesia, bahkan diantaranya banyak yang menjadi koleksi museum-museum di Eropa, Amerika, Australia, serta para kolektor batik. Salah satu kolektor batiknya tak lain adalah putri Soekarno, Megawati Soekarnoputri. Ia menciptakan sebuah motif yang khusus diperuntukkan bagi putri praklamator itu dan diberi nama Parang Megakusumo. Gelar Kebangsawanan Kontribusi besar perjalanan hidup Hardjonagoro dalam mengembangkan dan melestarikan budaya Jawa membuatnya dianugerahi banyak penghargaan. Kedekatannya dengan keluarga Pakubuwono serta kesetiaannya mengabdi pada keraton Kasunanan memprakarsai lahirnya Art Gallery Karaton Surakarta. Hal inilah yang membuat Sri Sultan Pakubuwono XI menganugerahkan Go Tik Swan pangkat Bupati Anom bergelar Raden Tumenggung (R.T) Hardjonagoro pada 11 September 1972. Tak berhneti sampai di situ, di tahun 1984, pangkatnya kembali dinaikkan setingkat lebih tinggi, menjadi Bupati Sepuh, dengan gelar Kangjeng Raden Tumenggung (K.R.T.). Begitu pula sepuluh tahun kemudian, pangkatnya kembali dinaikkan menjadi Bupati Riyo Nginggil dengan gelar Kangjeng Raden Hariyo Tumenggung (K.R.H.T.). Bahkan di tahun 1998 Hardjonagoro mendapat gelar pangerannya, yaitu Kangjeng Pangeran Tumenggung (K.P.T.) dan gelar keduanya sebagai Kangjeng Pangeran Aryo (K.P.A.) di tahun 2001. Atas jasa-jasanya sebagai budayawan dan pembatik, Presiden kenam RI Susilo Bambang Yudhoyono pun pernah memberikan penghargaan sebagai putra terbaik dengan tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma yang diterima ahli warisnya KRAr Hardjo Suwarno dan istrinya, Supiyah Anggriyani pada tahun 2011 lalu. Bagi Hardjonagoro bukanlah anugerah gelar atau pangkat yang ia cari, melainkan pengabdian dalam melestarikan budaya itu sendiri, dalam hal ini budaya Jawa hingga akhir hidupnya.(Rafael Sebayang) Sumber: www.validnews.id/Go-Tik-Swan–Maestro-Batik-Keturunan-Tionghoa-MxQ
·tionghoa.org·
Go Tik Swan, Maestro Batik Keturunan Tionghoa
Hikayat Jendral Jiang Wu
Hikayat Jendral Jiang Wu
Hikayat Jendral JIANG WU, dibaca CIANG U TA CIANG CUIN. Lahir pada jaman Dinasti Ming di Shandong. Nama lain adalah Wo Yang. Pada tahun 1622 Jiang Wu menjadi Pejabat Walikota. Tahun 1628-1643 Jiang Wu naik pangkat lagi menjadi Jendral. Beliau membunuh kepala bandit bernama Wang Ke, Jiang Wu pun kemudian naik pangkat menjadi Wakil Menteri Pertahanan, beliau melindungi keadaan kerajaan dan pemakaman-pemakaman kerajaan. Pada waktu itu Jiang Wu juga ikut Jendral Besar Yang Wen Yue untuk membantu tentara-tentara di Kaifeng. Waktu itu yang ikut banyak yang kalah, hanya tentara Jiang Wu saja yang tetap tidak goyah. Ketika bandit-bandit datang, Jiang Wu sendiri yang memimpin perang dan membunuh ratusan bandit. Karena kehabisan tenaga dan lain-lain, Jiang Wu akhirnya meninggal juga, selanjutnya Jabatan Beliau dijabat oleh anak cucunya.
·tionghoa.org·
Hikayat Jendral Jiang Wu
Sekilas Tentang Shu Fa (書 法 ) / Kaligrafi Tionghoa
Sekilas Tentang Shu Fa (書 法 ) / Kaligrafi Tionghoa
Sejarah Shu Fa / Kaligrafi, tidak terlepas dari penemuan ”Huruf”, ”Tinta”, ”Kuas”, dan ”kertas”. Sebelum tulisan ditemukan, orang Tionghoa menggunakan simpul tali dan ukiran pada kayu sebagai alat bantu mengingat. Kurang lebih ada 60.000 huruf Tionghoa, tetapi hanya sekitar 3.000 yang umum digunakan. Tulisan Tionghoa pertama kali diciptakan pada jaman Kaisar Kuning (Huang Di) (黄帝) oleh tokoh yang bernama Cang jie ( 仓颉 ). Awal penulisan dilakukan pada Cangkang kura2 dan tulang, yang dikenal sebagai Piktograf. Kemudian penulisan dilakukan pada batu, tembaga, bilah bambu, baru kemudian pada kertas. Rakyat Dinasti Shang (1600 – 1100 BCE) sudah menggunakan tinta untuk menulis dicangkang kemudian diletakkan diatas api. Legenda menyebutkan bahwa batang tinta pertama dibuat oleh seorang yang bernama Xing Yi pada masa Dinasti Zhou Barat ( 1100 – 770 BCE), dimana pada masa itu batang tinta dibuat dari arang pinus yang ditumbuk halus kemudian dijadikan bubur dan dibuat menjadi batangan, dan untuk menggunakannya batangan tinta digosokkan pada batu tinta dicampur sedikit air untuk mendapatkan tinta cair. Dalam perkembangannya tinta batangan yang terbuat dari arang pinus, kemudian dari arang damar dan pernis, dan untuk kepraktisannya, dibuatlah tinta cair yang dibotolkan. Seiring dengan perkembangan tinta, pada masa yang sama , Dinasti Zhou Barat (1100 – 770 BCE ) kuas sudah digunakan untuk melukis ukiran gerabah dan tulisan pada cangkang dan tulang. Selama masa Dinasti Zhou Timur ( 770 – 256 BCE ), orang biasa menulis pada bilah bambu dengan menggunakan kuas. Kuas terdiri dari ujung yang berbulu terbuat dari bulu2 hewan seperti kelinci, ayam, kuda dll serta batang kuas yang terbuat dari bambu, gading, tanduk, giok dll. Awal penemuan kertas; pada jaman kuno, untuk membuat pakaian musim dingin, orang memasak kepompong ulat sutra dalam air, setelah itu direndam dalam air dan digulingkan di tikar bambu, ini mengubah kepompong menjadi gumpalan sutra untuk pembuatan kain, gumpalan sutra akan meninggalkan lapisan tipis serat kain pada tikar bambu dan menjadi bahan untuk tulisan. Masa Dinasti Han Timur ( 25 – 220 CE ) seorang pejabat bernama Cai Lun (蔡倫 ) mencampur kulit batang pohon, rami, fragmen kain dan jaring ikan menjadi satu untuk menghasilkan kertas yang bermutu tinggi, kertas ini putih dan dibuat untuk menulis lebih mudah. Dan setelah itu, kertas Tionghoa menyebar ketempat-tempat lain: • Korea dan Vietnam di abad ke 4 • Jepang dan Arab pada abad ke 7 • Mesir pada abad ke 10 • Maroko abad ke 11 • Eropa dan Afrika abad ke 12 sampai 16 • Benua Amerika pada abad ke 17. Batu tinta pertama kali digunakan bersamaan dengan kuas dan tinta, dalam sebuah musoleum yang berumur 5.000 tahun lebih, arkeolog menemukan batu tinta terletak di sebelah seorang manusia primitif, bahkan ada tutup batu dan penumbuk batu di lubang batu tinta, ada beberapa batang tinta dan lima cangkir keramik, barang barang ini berbentuk satu set keramik lengkap. Kaligrafi orang Tionghoa dianggap sebagai Seni kata, suatu bentuk tarian garis, musik tanpa suara dan gambar tanpa warna, maka kaligrafi juga disebut tarian tinta. Jenis-jenis gaya tulisan, diantaranya Gaya Segel, gaya berlari, reguler, pejabat dan berjalan. Setiap gaya memiliki ciri-ciri yang unik. Zhuanshu ( gaya segel ) Bentuk huruf panjang, bundar dan menunjukkan keindahan guratan melengkung. Xingshu ( gaya berjalan ) Ini adalah gaya paling umum dalam kaligrafi. Ini perpaduan antara Kaishu dan Caoshu. Tulisan Wang Xizhi dari dinasti Jin Timur dianggap sebagai wakil tipikal karya Xingshu Kaishu ( gaya reguler ) Gaya paling sering dilihat dalam kaligrafi, huruf-hurufnya persegi dan teratur, guratannya penuh dan indah. Gaya ini mencapai kejayaannya selama Dinasti Tang dimana tiga ahli kaligrafi kaishu hidup, Yan Zhengqing, Liu Gongquan, Ouyang Xun. Lishu ( gaya pejabat ) Hurufnya datar dan menampilkan keindahan garis persegi. Caoshu ( gaya berlari ) Menampilkan keindahan garis dengan garis menari yang penuh kehidupan dan semangat. Ini adalah gaya terbaik untuk pengungkapan perasaan dan kepribadian si ahli kaligrafi. Zhang Xu dan Huai Su dari dinasti Tang sangat terkenal untuk gaya ini.
·tionghoa.org·
Sekilas Tentang Shu Fa (書 法 ) / Kaligrafi Tionghoa
Arti Pepatah Tinogkok 一寸光阴一寸金,寸金难买寸光阴 (Yīcùn guāngyīn yīcùn jīn, cùn jīn nán mǎi cùn guāngyīn)
Arti Pepatah Tinogkok 一寸光阴一寸金,寸金难买寸光阴 (Yīcùn guāngyīn yīcùn jīn, cùn jīn nán mǎi cùn guāngyīn)
一寸光阴一寸金,寸金难买寸光阴 Yīcùn guāngyīn yīcùn jīn, cùn jīn nán mǎi cùn guāngyīn Satu inci emas sulit untuk membeli satu inci waktu. Pepatah di atas adalah pepatah umum dari Zeng Guang Xian Wen (增广贤文), yang berarti bahwa satu inci waktu sama mahalnya dengan satu inci emas, tetapi satu inci emas sulit untuk membeli satu inci waktu. Sebuah metafora untuk waktu adalah sangat berharga.
·tionghoa.org·
Arti Pepatah Tinogkok 一寸光阴一寸金,寸金难买寸光阴 (Yīcùn guāngyīn yīcùn jīn, cùn jīn nán mǎi cùn guāngyīn)
Arti Pepatah Tiongkok 万事开头难 (Wànshì kāitóu nán)
Arti Pepatah Tiongkok 万事开头难 (Wànshì kāitóu nán)
万事开头难 Wànshì kāitóu nán Permulaan dari segala sesuatu selalu sulit. Awal dari segala sesuatu selalu tidak mudah, tapi bukan berarti itu mustahil. Proses yang disertai kerja keras dan kegigihan niscaya menghasilkan buah yang manis. Jangan mudah menyerah di permulaan, tetap bertahan, percaya situasi kemudian akan lebih mudah dan lebih baik.
·tionghoa.org·
Arti Pepatah Tiongkok 万事开头难 (Wànshì kāitóu nán)
Arti Pepatah Tiongkok 一心不可二用 (yīxīn bù kě èr yòng)
Arti Pepatah Tiongkok 一心不可二用 (yīxīn bù kě èr yòng)
一心不可二用 Yīxīn bù kě èr yòng Satu pikiran tidak dapat digunakan dua kali, tetapi satu pikiran dapat digunakan lebih banyak. Penjelasan: Dalam melakukan suatu kegiatan yang tidak familiar atau baru, perlu lebih banyak perhatian, sedangkan untuk kegiatan familiar yang sudah biasa dan dilakukan pada saat bersamaan tidak perlu terlalu memperhatikan. Misalnya, terkadang saat sedang berjalan, berbicara dengan orang lain, melihat pemandangan sekitar, bahkan memikirkan masalah. Berjalan menjadi tindakan tanpa berpikir. Tentu saja, tidak perlu fokus pada wajah, hanya sedikit perhatian. Ketika orang lain berbicara atau mendiskusikan masalah, mereka menjadi fokus utama mereka, dan secara alami sebagian besar perhatian mereka terfokus pada kegiatan ini. Untuk anak yang sedang belajar berjalan, walaupun ingin melihat pemandangan sekitar saat belajar berjalan, perhatiannya perlu dipusatkan sepenuhnya pada “melangkah”, dan harus menjaga keseimbangan tubuhnya saat berjalan, sehingga tidak jatuh. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai aktivitas dalam waktu bersamaan sering dilakukan, perhatian harus terdistribusi dengan baik, ringan dan berat. Semakin banyak aktivitas yang sudah terbiasa tentu saja tidak membutuhkan perhatian yang tinggi, dan semakin banyak aktivitas yang baru dan tidak familiar, harus memusatkan perhatian. Tidak mungkin untuk fokus pada beberapa kegiatan yang tidak terbiasa pada saat yang bersamaan.
·tionghoa.org·
Arti Pepatah Tiongkok 一心不可二用 (yīxīn bù kě èr yòng)
Luo Han Guo (罗汉果) Sebagai Pengganti Gula dan Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Luo Han Guo (罗汉果) Sebagai Pengganti Gula dan Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Luo han guo (Hanzi: 罗汉果, Pinyin: Luóhànguǒ) merupakan salah satu obat tradisional yang telah digunakan oleh rakyat Tiongkok secara turun temurun. Luo han guo atau bisa juga disebut monk fruit (神仙果) mendapatkan namanya dari kepercayaan biksu Buddha yang merupakan orang-orang yang pertama kali memanfaatkan buah ini. Buah biksu, atau luo han guo, merupakan buah berbentuk melon hijau kecil yang berasal dari Tiongkok Selatan. Buah ini telah terkenal dalam Pengobatan Tradisional Tiongkok (TCM) selama beberapa dekade. Luo han kuo termasuk tumbuhan merambat berdiameter 3-5 cm dengan kulit buah berwarna hijau. Namun, pada saat buah tersebut sudah masak kulit buah ini akan berubah warna menjadi kecoklatan dengan rasa yang sangat manis. Buah ini memiliki beberapa nama sebutan lainnya. Lo han gou, Lor Hon Gor, Ge Si Wei Ruo Guo, Ra Kan Ka. Selain itu bisa disebut sebagai buah arhat, buah Momordica, Momordicae Grosvenori Fructus, buah panjang umur, dan buah ajaib. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Luo han guo yang masak atau yang berubah warna menjadi kecoklatan memiliki rasa yang manis. Rasa manis tersebut muncul dari kandungan Triterpenoid Glycosides yang menyebabkan buah ini memiliki rasa manis yang alami. Rasa manisnya 150-250 kali lebih manis daripada gula pasir, tetapi punya nol kalori dan karbohidrat, serta tidak meningkatkan kadar glukosa darah. Dengan rasa manis alami tersebut, membuat buah ini sering dijadikan sebagai campuran bahan makanan dan minuman. Dapat diolah dengan cara direbus atau diseduh menjadi teh herbal ataupun sebagai bahan pembuat sup dan semur. Beberapa kandungan kimia yang dimiliki oleh buah ini sudah terbukti fungsinya dalam melawan bakteri jahat dalam tubuh serta mendorong aktivitas dari sel anti tumor pada paru-paru dan hati. Luo han guo mengandung vitamin C, salah satu nutrisi yang sangat penting bagi imunitas tubuh. Vitamin C juga berperan penting dalam produksi kolagen yang dibutuhkan tubuh untuk menciptakan sel, jaringan otot, serta pembuluh darah. Manfaat lain dari luo han guo adalah meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan antioksidan dan antiradang dalam buah ini dapat membantu meningkatkan sistem pertahanan tubuh dari berbagai ancaman penyakit.
·tionghoa.org·
Luo Han Guo (罗汉果) Sebagai Pengganti Gula dan Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Sawi Hijau dan Jahe Adalah Sayuran Terpenting (菜重芥姜)
Sawi Hijau dan Jahe Adalah Sayuran Terpenting (菜重芥姜)
Sawi Hijau dan Jahe Adalah Sayuran Terpenting (菜重芥姜) Kalimat di atas diambil dari Seribu Karakter Klasik (Hanzi: 千字文, Pinyin: Qiān zì wén). Terdiri dari 4 karakter: 菜 – cài – sayur mayur 重 – zhòng – penting 芥 – jiè – sawi hijau 姜 – jiāng – jahe Orang Tiongkok menganggap sayur mayur penting karena diyakini mengandung unsur obat-obatan. Diantara aneka ragam jenis sayur mayur, sawi hijau dan jahe adalah yang terpenting. Sawi hijau diyakini baik untuk mata, menurunkan kolesterol, mencegah anemia, membantu pembekuan darah, memperlancar saluran pencernaan, mencegah konstipasi, dan sebagai antikanker. Tapi, bagi orang yang bermasalah dengan ginjal, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi jenis sayuran ini dikarenakan kandungan oksalat yang ada di dalamnya. Okasalat dapat menghambat penyerapan kalsium di dalam tubuh dan bisa menimbulkan pembentukan batu. Sedangkan jahe dapat mengurangi gas dalam sitem tubuh, menambah nafsu makan, mengurangi gejala artritis, mengurangi mual, mengobati batuk berdahak, sakit kepala, dan sakit perut. Namun, jahe tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh orang yang menderita penyakit batu empedu karena jahe meningkatkan pelepasan air empedu dari kantong empedu.
·tionghoa.org·
Sawi Hijau dan Jahe Adalah Sayuran Terpenting (菜重芥姜)
Buah Paling Berharga Adalah Prem dan Apel (果珍李柰)
Buah Paling Berharga Adalah Prem dan Apel (果珍李柰)
Buah Paling Berharga Adalah Prem dan Apel (果珍李柰) Kalimat di atas diambil dari Seribu Karakter Klasik (Hanzi: 千字文, Pinyin: Qiān zì wén), sebuah puisi Tiongkok yang digunakan sebagai dasar untuk mengajarkan karakter Hanzi kepada anak-anak dari abad keenam. Sebaris kalimat puisi ini terdiri dari karakter: 果 – guǒ – buah 珍 – zhēn – berharga 李柰 – lǐ nài – persik, prem, dan apel Bagi orang Tiongkok, buah-buahan seperti persik, prem, dan apel dianggap sangat berharga, setara dengan mutiara. Mereka meyakini buah-buahan yang terbaik dan berharga adalah li (Hanzi: 李, Pinyin: lǐ) dan nai (Hanzi: 柰, Pinyin: nài) Manfaat kesehatan dari buah-buahan ini sudah termasyhur. Peneliti menemukan bahwa buah prem, prem, dan apel dapat mengurangi resiko kanker usus besar, meningkatkan nafsu makan, mengurangi kolesterol, mencegah osteoporosis, menghambat penuaan dini, mengobati batuk kering, dan masih banyak lagi. Serat buah-buahan ini juga membantu mengatur pergerakan usus besar.
·tionghoa.org·
Buah Paling Berharga Adalah Prem dan Apel (果珍李柰)
Pedoman Untuk Menjadi Dewa-Dewi Menurut Ge Hong
Pedoman Untuk Menjadi Dewa-Dewi Menurut Ge Hong
GE HONG (284 – 364 M), merupakan tokoh AGAMA TAO yang sangat ahli dalam ilmu pengobatan. Di dalam salah satu peninggalannya, Beliau memberikan 6 pedoman khusus bagi Umat Agama Tao yang menginginkan Xiu Dao sampai menjadi Shen Xian. Namun demikian hanya 4 poin saja yang bisa dibicarakan secara terbuka, sisanya tidak akan pernah dibahas, supaya tidak digunakan oleh para Tukang Mixin untuk menipu orang lain lagi. Pedoman untuk menjadi Shen Xian: 1. CHI SHAN LI GONG (Berbuat amal kebajikan dan mendirikan GONG DE). GE HONG menasehati semua Umat TAO untuk sedapat mungkin mengumpulkan GONG DE dimulai dari banyak berbuat amal kebajikan, termasuk selalu berusaha menolong orang lain. Sebab hanya dengan demikianlah, Umat Tao baru bisa berusaha lebih lanjut untuk menjadi Shen Xian. Di sini jelas sekali bahwa GE HONG mengingatkan kepada kita, kalau cuma bertapa di goa-goa tanpa mau berbuat amal kebajikan, maka jelas tidak akan pernah lulus jadi Shen Xian, paling-paling hanya jadi orang aneh doang. Sebab hanya orang yang tahu jadi oranglah yang mampu menolong orang lain. Kalau dijelaskan lebih rinci, hanya MANUSIA SEJATI-lah yang mampu dan berusaha selalu menolong manusia lainnya. Sebaliknya kalau selalu mengumpulkan GONG DE, walaupun nantinya tidak lulus jadi Shen Xian, minimal sudah dikenang oleh masyarakat sebagai orang yang baik. Kalau syarat menjadi Shen Xian saja sudah harus banyak menolong orang lain, maka Shen Xian pasti akan bersifat selalu menolong umat manusia sebagai Tugas Utama-Nya. Kalau hal ini masih ada yang mempertanyakannya, itu ybs sangat tidak memadai untuk Xiu Dao ke tingkat lebih lanjut. Nah, sampai di sini kita semua sudah bisa menyadari bahwa pengetahuan Tao Xue (道学) seseorang sangat mempengaruhi cara Xiu Dao orang tsb. Oleh karena itu, kita harus sedapat mungkin belajar ilmu pengetahuan Tao (Tao Xue) berdasarkan ilmiah dan anti ketahyulan. Namun sudah jelas kalau hanya berbuat amal kebajikan saja, masih belum cukup untuk bisa menjadi Shen Xian. Oleh karena itu masih ada poin-poin lainnya, yang harus dilakukan dan dilatih lebih lanjut. 2. CHAO MU YAO ER (Menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat/suplemen). Seorang Ge Hong adalah ahli di bidang pengobatan. Orang yang belajar Agama Tao biasanya selalu bisa dan mengerti tentang tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat dan suplemen untuk membantu menjaga kesehatan diri sendiri dan menolong orang lain. Oleh karena itu, sejak zaman kuno dulu para Tokoh Agama Tao telah banyak memberikan kontribusi terhadap kemajuan Teori Pengobatan Timur (TCM) hingga saat ini. Semua itu ada hubungannya dengan anjuran Ge Hong yang mencantumkan bahwa: “Kemahiran dalam menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai ramuan obat dan suplemen, merupakan salah satu syarat untuk bisa menjadi Shen Xian. (NB: Yang dimaksud adalah kemahiran yang ilmiah dan logis, bukan asal ambil rumput dan secara Mi Xin mengatakan itu sebagai obat. Dan mengatakan pula itu anjuran dari Shen). Pada zaman sekarang ini, mestinya lebih mudah belajar tentang khasiat tumbuh-tumbuhan, karena ada banyak buku tentang hal tsb. Minimalnya kita harus sedikit tahu bahan-bahan makanan apa saja yang punya khasiat, selain sebagai makanan juga sebagai suplemen sekaligus sebagai obat untuk penyakit atau kelemahan-kelemahan tertentu. Ini penting untuk membantu menjaga kesehatan diri kita. Nah, pengetahuan tentang cara menggunakan bahan-bahan makanan untuk menjaga kesehatan tubuh kita itulah yg dianjurkan oleh Ge Hong bagi kita yang sedang Xiu Dao ini, supaya tubuh kita bisa sehat selama mungkin. 3. QU SHEN DAO YIN (Belajar Dao secara sempurna). Poin ke-3 ini menjelaskan bahwa kalau ingin menjadi Shen Xian, kita harus belajar Tao. TYS, dibagi menjadi 2 bagian besar: – Xian Tian TYS atau biasanya disebut Shen Gong TYS. – Hou Tian TYS. TYS jenis ada banyak macamnya, seperti: Qi Gong TYS; Dong Gong TYS (misalnya: Hua Tuo Wu Qin Zhe Shi; Thaiji Wu Xing Jian Shen Fa); Qing Zuo TYS; An Mo Yang Shen TYS (misalnya: Laozi An Mo Fa); dsb. Tentunya yang terpenting adalah Xian Tian TYS yang kita latih sehari-hari. Namun Hou Tian TYS juga penting bagi kita, karena sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan badan kita, bahkan untuk mencegah serta mengobati penyakit-penyakit tertentu. 4. BAO JING AI QI (Menghargai Jing dan mencintai Qi). Ge Hong menasehati kita bahwa orang yang ingin Xiu Dao sampai menjadi Shen Xian, maka salah satu hal terpenting adalah “Berusaha mengatur kegiatan sexualitas; mengatur nafsu birahi masing-masing sesuai hukum alamiah.” Dikatakan bahwa mengatur sexualitas berarti: menjaga jangan sampai berlebihan melakukan kegiatan sexualitasnya (Jangan berlebihan mengumbar nafsu birahi). Sebaliknya, juga jangan sampai kosong tanpa kegiatan sexualitas sama sekali sepanjang hidupnya, bisa-bisa berubah perangainya loh. (Yang laki2 bisa jadi kewanita-wanitaan, yang perempuan bisa berkumis, dsb.) Dikatakan juga kalau terlalu mengumbar nafsu ataupun mengekang nafsu, akan menimbulkan berbagai penyakit yg merugikan buah pinggang dan otak serta jantung manusia. Sehingga akan menyebabkan orang menjadi pendek umurnya. Itulah sebabnya kalimat “HUAN JING BU NAO” (Membalikan mani untuk menguatkan otak), sesungguhnya mengandung arti bahwa orang yang bisa mengatur nafsu birahinya, maka dia akan memiliki lebih banyak energi/Qi yang bisa membuat otaknya lebih berpikiran positif dan lebih sehat. Bukan seperti gosip mixin yang sering digembar-gemborkan oleh oknum tertentu yang mengatakan sebagai membalikkan air mani ke otaknya untuk menguatkan otak mereka.
·tionghoa.org·
Pedoman Untuk Menjadi Dewa-Dewi Menurut Ge Hong
Tradisi & Ide Baru Untuk Festival Pertengahan Musim Gugur
Tradisi & Ide Baru Untuk Festival Pertengahan Musim Gugur
Festival Pertengahan Musim Gugur (中秋节, Zhong Qiu Jie), atau lebih dikenal dengan sebutan Festival Kue Bulan, merupakan perayaan hari sukacita keluarga yang dilambangkan dengan kehadiran bulan purnama penuh. Biasanya pada masa ini adalah moment untuk berkumpul bersama keluarga. Festival Zhong Qiu Jie jatuh pada tanggal 15 bulan ke 8 berdasarkan perhitungan kalender lunar Tiongkok (Imlek). Tradisi Kue Bulan pertama kali muncul pada masa Dinasti Xia dan Dinasti Shang . Ini adalah tradisi ritual masyarakat Tiongkok Kuno yang bersifat ritual, namun perayaan tradisi tersebut baru populer ketika masa Dinasti Tang . Banyak hal hal yang bisa dilakukan saat Festival Pertengahan Musim Gugur, baik tradisi atau tren tren (ide) baru, antara lain: 1. Makan malam bersama Karena Festival Pertengahan Musim Gugur mewakili reuni keluarga, keluarga akan makan malam bersama pada malam itu. Orang-orang yang tidak punya waktu untuk tinggal bersama orang tua mereka akan mencoba yang terbaik untuk pulang setidaknya untuk makan malam bersama. Kalian bisa masak di rumah atau makan di restoran. Di masa lalu, ibu akan memasak makanan lezat di rumah dan keluarga akan menghabiskan waktu bahagia bersama. Saat ini, sebagian besar keluarga cenderung makan malam di restoran daripada memasak di rumah. Oleh karena itu, restoran terkenal dapat dipesan penuh pada malam Festival Pertengahan Musim Gugur. 2. Makan Kue Bulan Kue bulan adalah kue tradisional Tiongkok. Terbuat dari tepung terigu dan isian manis, seperti gula dan bubuk biji teratai. Ini adalah simbol reuni keluarga, dan kue tersebut secara tradisional dipotong menjadi beberapa bagian yang sama dengan jumlah orang dalam keluarga. Makan kue bulan adalah tradisi yang paling umum dan mewakili hari itu. Pada waktu biasa, orang tidak akan membeli atau makan kue bulan tetapi selama Festival Pertengahan Musim Gugur setiap orang akan memiliki kue bulan untuk dirayakan. 3. Menikmati indahnya bulan Dalam kepercayaan orang Tionghoa, bulan purnama adalah simbol reuni keluarga. Banyak penyair kuno terkenal menulis puisi tentang bulan dan mengungkapkan kerinduan mereka. Ketika orang melihat bulan, itu mengingatkan mereka pada keluarga dan tanah air mereka. Saat ini, orang masih suka menghargai bulan selama Festival Pertengahan Musim Gugur di Tiongkok. Anggota keluarga Tionghoa makan malam bersama di malam Festival Pertengahan Musim Gugur. Setelah makan malam, mereka dapat berbicara tentang pekerjaan mereka, anak-anak, dan rencana masa depan mereka. Tempat tempat yang bisa kalian pakai untk menikmati bulan, antara lain: atap, balkon, puncak gunung, tepi danau, atau lainnya. 4. Menyembah bulan (tradisi yang sudah mulai menghilang) Setelah makan malam, setiap keluarga akan meletakkan meja di luar pintu, atau di halaman. Mereka biasa meletakkan kue bulan, buah, dupa, dan tempat lilin di atas meja, menghadap ke bulan. Saat ini, tradisi ini mulai menghilang. Sangat jarang melihat keluarga menyembah bulan di kota-kota besar. Di beberapa kota tua atau kota wisata, orang akan mengadakan upacara pemujaan bulan di alun-alun, taman, atau jalan, tetapi ini lebih seperti pertunjukan. Buah untuk menyembah bulan termasuk semangka, jeruk bali, delima, pir, kesemek, anggur, atau buah musiman lainnya. 5. Membuat lentera warna warni (kegiatan yang sangat anak anak sukai) Membuat lampion warna-warni adalah kegiatan yang menyenangkan antara keluarga dan anak-anak. Lampion memiliki bentuk yang berbeda-beda dan bisa juga menyerupai hewan, tumbuhan, atau bunga. Anak-anak suka membuat lentera warna-warni. Mereka membuatnya dalam berbagai bentuk untuk digantung di pohon atau rumah, atau diapungkan di sungai. Taman juga akan menggantung lentera warna-warni, yang memberikan pemandangan indah di malam hari. Mereka juga membuat lentera Kongming, yang bisa terbang karena lilin yang menyala memanaskan udara di dalam lentera. Anak-anak menulis harapan baik di lentera dan membiarkan mereka terbang ke langit. 6. Memberikan hadiah kepada teman atau kerabat Sangat populer untuk memberikan hadiah kepada teman dan kerabat selama Festival Pertengahan Musim Gugur. Selama festival, orang-orang akan melakukan kunjungan singkat ke teman atau kerabat, membawa hadiah bersama mereka. Mereka biasanya berangkat sebelum jam makan malam. Ini adalah saat yang tepat untuk lebih dekat dengan teman dan kerabat. Biasanya orang orang membagikan kue bulan atau buah. 7. Mengucapkan “Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur! ” atau “Zhōngqiū jié kuàilè!” Orang yang terbiasa menggunakan ponsel akan mengirim pesan perayaan ke teman, kerabat, atau orang yang jauh. Ini juga merupakan cara yang baik untuk mencairkan suasana jika Anda tidak tahu cara memulai percakapan melalui telepon. Di masa lalu, orang mengirim SMS. Saat ini, anak muda suka berkirim pesan melalui aplikasi perpesanan instan, seperti WeChat atau QQ. Pesan yang biasa diucapkan: Bahasa Mandarin: 中秋节快乐 / Zhōngqiūjié kuàilè! Bahasa Indonesia: Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur! 8. Jalan jalan atau wisata pendek Festival Pertengahan Musim Gugur bukan hanya festival tradisional Tiongkok tetapi jugajuga merupakan hari libur umum bagi orang Tionghoa. Biasanya, orang China akan memiliki tiga hari libur termasuk akhir pekan. Oleh karena itu, orang dapat melakukan perjalanan singkat bersama keluarga atau teman. 9. Belanja (populer di kalangan anak muda) Hampir setiap hari libur besar, akan ada promosi diskon di supermarket, pusat perbelanjaan, dan toko online. Selama Festival Pertengahan Musim Gugur, supermarket akan mengadakan undian lotere untuk kue bulan menggunakan struk konsumen. Dan karena cuaca sedang dingin, juga akan ada penjualan musim panas yang besar di pusat perbelanjaan. 10. Menonton serial TV atau film Menonton film bukanlah tradisi untuk festival apa pun karena apat melakukannya kapan saja. Tetapi ketika orang tidak memiliki rencana lain dan ingin mencari cara untuk merayakan festival, menonton film adalah ide yang bagus. Biasanya keluarga atau pasangan akan menonton serial TV atau flm setelah makan malam.
·tionghoa.org·
Tradisi & Ide Baru Untuk Festival Pertengahan Musim Gugur
Lo Ban Teng – Lú Wàn Dìng (卢万定) – Ahli Seni Bela Diri Wuzuquan di Indonesia
Lo Ban Teng – Lú Wàn Dìng (卢万定) – Ahli Seni Bela Diri Wuzuquan di Indonesia
Lo Ban Teng Pinyin: Lú Wàn Dìng Hanzi (Simplified): 卢万定 Hanzi (Traditional): 盧萬定 Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng memiliki nama marga Lú . Berasal dari Zhangzhou, Fujian. Keluarganya menjalankan bisnis minuman keras dan Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng secara alami terlahir dengan bakat bela diri. Ketika berusia 23 tahun, Lo Ban Teng mulai belajar ilmu bela diri Wu Zu Quan (五祖拳, Wǔ Zǔ Quán) dengan pemilik toko yang bernama Yóu Jùnàn (尤俊岸, penulisan lain: Yu Chiok Sam, Yoe Tjoen Gan). Yóu Jùnàn adalah salah satu murid terbaik dari Cài Yùmíng (蔡玉明, penulisan lain: Chua Giok Beng, Tjoa Giok Beng). Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng membantu menjalankan bisnis keluarga dan harus berpergian ke daerah tetangga, seperti Xiamen dan Quanzhou. Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng pindah ke Indonesia pada tahun 1927, saat dia berusia sekitar 41 tahun, dan mulai berlatih pengobatan serta mengajar seni bela diri. Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng kemudian jatuh hati kepada seorang gadis yang ramah halus budi bahasanya. Kemudian nona ini menjadi Nyonya Lo yang kedua. Di Tiongkok Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng telah memiliki seorang istri dan seorang anak perempuan. Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng tidak hanya dikenal karena ketrampilan medisnya, tetapi juga memiliki kekuatan fisik dari seni bela diri. Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng memiliki karakter yang terus terang, jujur dan tegas. Untuk menghormati gurunya, Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng memberikan marga gurunya kepada anak pertamanya dan anak itu diasuh oleh istri pertama Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng di Tiongkok. Dengan istri keduanya, Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng memiliki 12 anak, tidak termasuk anak pertama yang diasuh istri pertamanya. Lo Ban Teng / Lú Wàn Dìng adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam mendirikan Chua Giok Beng-Wuzuquan di Indonesia. Salah satu penekanan utama adalah bernafas dengan benar untuk mengembangkan pukulan keras serta kemampuan untuk menahan pukulan keras lawan.
·tionghoa.org·
Lo Ban Teng – Lú Wàn Dìng (卢万定) – Ahli Seni Bela Diri Wuzuquan di Indonesia