OBONATO
Aku Ada Karena Kita Ada
(Belajar filosofi kehidupan tentang sebuah kebajikan dari orang-orang sederhana)
Seorang Antropolog mengajak anak-anak dari suku di Afrika untuk memainkan satu permainan.
Ia meletakkan sekeranjang buah di dekat pohon dan mengumumkan kepada anak-anak : “Larilah, siapa diantara kalian yang mencapai pohon itu lebih dahulu akan mendapatkan buah-buahan yang manis”.
Ketika ia memberi isyarat kepada anak-anak untuk memulai perlombaan, anak-anak itu malah bergandengan tangan erat dan berlari bersama, lalu mereka semua duduk bersama dan menikmati buah yang lezat.
Antropolog yang terheran-heran bertanya kepada anak-anak mengapa mereka semua berlari bersama, mengapa tidak berlari paling cepat sehingga bisa menikmati buah untuk dirinya sendiri.
Anak-anak itu menjawab : “Obonato”.
Mungkinkah seseorang bahagia jika orang lain bersedih?
“Obonato” dalam bahasa mereka berarti: “Aku ada karena kita ada”.
Suatu ketika ada seorang pria yang menjalankan bisnis. Dia menghadapi kerugian besar dan harus menjual properti dan mobilnya untuk terus menjalankan bisnis.
Melihat situasi tersebut, sang anak bertanya kepada ayahnya, “Mengapa ayah masih menjalankan bisnis ketika sedang merugi? Mengapa ayah tidak menutup bisnis?”
Ayah tersenyum dan menjawab, “Anakku, hidup dapat membawa kita banyak tantangan dan bahkan dapat mendorong kita ke bawah. Tetapi kita tetap harus berharap bahwa kita dapat mengatasi tantangan apa pun.”
Si anak bertanya, “Bagaimana harapan dapat membantu kita?”
Ayah menjawabnya, “Oke, saya akan tunjukkan!”
Ayah membawa putranya ke sumur besar dan memintanya untuk melompat.
Si anak kaget dan berkata, “Ayah, saya tidak bisa berenang, saya tidak mau melompat.”
Tetapi ayahnya mendorong putranya ke sumur dan pergi ke tempat persembunyian.
Si anak berjuang dan terus mencoba mengapung selama hampir 5 menit. Kemudian ketika dia akan tenggelam, sang ayah melompat dan menarik putranya keluar dari sumur.
Keesokan harinya, sang ayah kembali membawa anaknya ke sumur dan memintanya untuk melompat lagi. Pertama, dia ragu-ragu, lalu dia melompat ke dalam sumur. Ayah kembali bersembunyi.
Anak laki-laki itu kembali berjuang untuk tetap melayang, dan dia berusaha lebih keras. Waktu terus berjalan. Bahkan setelah 15 menit, dia mengatur dirinya sendiri. Kemudian Ayah datang dan menarik anaknya keluar dari sumur.
Ayah bertanya kepada putranya, “Mengapa kamu berusaha lebih keras dari kemarin?”
Si anak menjawab, “Kemarin, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan ketika ayah mendorong saya ke dalam sumur. Dengan rasa takut, saya tenggelam. Tetapi hari ini, saya tahu bahwa ayah akan datang dan menyelamatkan saya jika saya akan tenggelam”.
Hidup bisa memberi kita banyak tantangan.
Ketika kita memaksakan diri dan punya harapan, dan kemudian mempercayai orang-orang di sekitar kita, kita bisa mengatasinya.